A. Pendahuluan: Mengapa Sekolah Terasa Begitu Jauh
dari Dunia Nyata?
Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa pelajaran di sekolah sering
kali terasa seperti menghafal fakta-fakta yang akan dilupakan setelah ujian
selesai? Di satu sisi, kita belajar rumus fisika. Di sisi lain, dunia
nyata menuntut kita menghadapi tantangan global yang kompleks. Ada jurang
yang terasa begitu lebar di antara keduanya.
Data pun berbicara. Hasil PISA menunjukkan bahwa kemampuan literasi
sains dan memecahkan masalah siswa Indonesia masih sangat rendah. Ini
bukan sekadar angka, ini adalah sinyal bahwa cara kita belajar mungkin tidak
lagi relevan untuk mempersiapkan generasi masa depan.
Di tengah kegelisahan ini, muncullah istilah "STEM". Banyak
yang mengira STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) adalah sekadar
tumpukan mata pelajaran baru yang lebih sulit dan menakutkan. Tapi bagaimana
jika anggapan itu salah besar? Mari kita lihat seperti apa sebenarnya STEM ini.
Ada tiga pilar utama pembelajaran STEM yang merupakan karakteristik
pembelajaran STEM seperti pada gambar di bawah.
STEM bukanlah tentang apa yang kita pelajari, melainkan tentang bagaimana
kita belajar. Ia adalah sebuah pendekatan revolusioner yang dirancang
untuk menjembatani jurang antara ruang kelas dan dunia nyata. Artikel
ini akan membahas cara merancang dan melakasanakan pembelajaran STEM sebagai
pembelajaran lintas mata pelajaran dan hal ini sejalan dengan salah satu bentuk
kokurikuler sesuai dengan pendekatan pembelajaran mendalam.
B. Perspektif Implementasi
Pembelajaran STEM di Indonesia
Implementasi
pembelajaran STEM di Indonesia sering kali dilakukan melalui tiga perspektif
utama, yaitu STEM sebagai kerangka berpikir lintas mata pelajaran, STEM sebagai
pendekatan terpadu, dan STEM sebagai mata pelajaran.
Berikut adalah
penjelasan mengenai ketiga perspektif tersebut:
1. STEM sebagai Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran:
Perspektif ini menempatkan STEM sebagai pendekatan pengorganisasian
pembelajaran berbasis isu nyata yang dapat diterapkan oleh semua pendidik,
termasuk guru bidang non-STEM seperti bahasa, seni, dan IPS. Model ini sangat
adaptif untuk berbagai kondisi satuan pendidikan, termasuk sekolah dengan keterbatasan
sarana, karena lebih menekankan pada budaya kolaboratif
antarpendidik dan pemecahan masalah kontekstual.
2. STEM sebagai Pendekatan Terpadu: Perspektif ini mengintegrasikan
sains, teknologi, enjinering, dan matematika ke dalam satu unit pembelajaran
atau modul berbasis proyek. Implementasinya dapat berupa pendekatan tertanam
(embedded), di mana satu mata pelajaran utama menyisipkan
elemen disiplin STEM lainnya, atau pendekatan terpadu (integrated)
yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu dalam satu proyek holistik.
3. STEM sebagai Mata Pelajaran: Pada perspektif ini, STEM
diposisikan sebagai mata pelajaran khusus yang berdiri sendiri dalam
kurikulum, bukan sekadar integrasi lintas bidang. Fokus utamanya adalah
memberikan kedalaman materi dan persiapan jalur belajar (pipeline) bagi murid
yang berminat melanjutkan studi atau berkarier di bidang sains murni,
teknik, dan ilmu komputer. Model ini membutuhkan kesiapan infrastruktur serta
laboratorium yang tinggi sehingga lebih tepat diterapkan pada satuan pendidikan
unggulan.
Analogi: Ketiga perspektif ini dapat
diibaratkan seperti cara kita menikmati buah-buahan; kita bisa memakannya
sebagai pelengkap berbagai hidangan berbeda (Kerangka Berpikir), mencampurnya
menjadi satu gelas jus kombinasi yang segar (Pendekatan Terpadu), atau
menikmatinya secara khusus sebagai satu porsi buah utuh untuk mendapatkan
nutrisi yang paling mendalam (Mata Pelajaran).
Implementasi pembelajaran STEM di Indonesia
dilakukan melalui tiga perspektif yang memiliki karakteristik, fokus, dan
kebutuhan sarana yang berbeda. Misalnya untuk guru dengan STEM sebagai kerangka
berpikir lintas mata pelajaran melibatkan seluruh pendidik, termasuk
guru bidang non-STEM seperti bahasa, seni, dan IPS; STEM sebagai pendekatan terpadu
hanya guru mata pelajaran STEM yang berkolaborasi dalam unit proyek
tematik; dan STEM sebagai mata pelajaran
hanya guru yang spesialis yang memiliki kesiapan tinggi dalam kedalaman
materi dan teknis. Untuk lebih jelas perbedaan antara ketiganya berikut adalah
tabel perbandingan untuk memudahkan pemahaman para pendidik:
Analogi: Ketiga
perspektif ini dapat diibaratkan seperti cara mengelola sebuah kebun. Kerangka
Berpikir adalah seperti menggunakan prinsip berkebun organik di seluruh
area sekolah (melibatkan semua orang); Pendekatan Terpadu adalah membuat
satu petak kebun khusus tempat berbagai sayuran tumbuh bersama dalam satu
sistem; sedangkan Mata Pelajaran adalah membangun laboratorium botani
khusus untuk meneliti satu jenis varietas unggul secara mendalam.
Untuk memahami lebih jelas lagi tentang perspektif STEM di Indonesia dapat dilihat melalui tayangan video di bawah ini:
C. Pendekatan STEM sebagai Kerangka
Berpikir Lintas Mata Pelajaran
Namun kali ini kita
akan membahas STEM
sebagai kerangka berpikir lintas mata pelajaran. Hal ini karena STEM sebagai
kerangka berpikir lintas mata pelajaran dianggap lebih mudah dilaksanakan
karena tidak bergantung pada fasilitas atau sarana laboratorium yang canggih.
Pendekatan ini sangat adaptif untuk berbagai kondisi satuan pendidikan
di Indonesia karena lebih menekankan pada pemecahan masalah berbasis fenomena
lokal dan komunitas. Selain itu, model ini inklusif bagi seluruh pendidik, yang
berarti guru mata pelajaran non-STEM seperti bahasa, seni, dan IPS dapat
turut serta mengimplementasikannya tanpa harus kehilangan identitas mata
pelajarannya.
Beberapa alasan
spesifik mengapa pendekatan ini lebih praktis meliputi:
· Efisiensi
Sumber Daya:
Pembelajaran dapat dilakukan dengan biaya murah karena memanfaatkan alat dan
bahan sederhana atau barang bekas yang aman dan tersedia di lingkungan sekitar.
· Adaptabilitas
Tinggi: Model
ini sangat mudah diadaptasi di berbagai kondisi satuan pendidikan karena tidak
bergantung pada fasilitas atau sarana yang canggih.
· Relevansi
Lokal: Praktik
ini sangat cocok untuk satuan pendidikan di Indonesia yang memiliki
keterbatasan sarana, karena lebih menekankan pada pemecahan masalah berbasis
fenomena lokal dan komunitas.
· Budaya
Kolaboratif:
Mendorong penguatan budaya kerja sama antarpendidik dalam merancang proyek
autentik, sehingga beban pengajaran terbagi dan lebih terintegrasi.
· Fleksibilitas
Konteks: Isu
nyata yang diangkat tidak harus kompleks, melainkan bisa berupa masalah
sederhana yang bermakna bagi murid sesuai dengan tahap perkembangannya.
· Fleksibilitas
Terminologi:
Satuan pendidikan dapat memperluas kerangka ini menjadi terminologi yang lebih
luas sesuai karakteristiknya, seperti STEAM (Seni), STREAM (Agama), hingga
STEAMMI (Nilai Islami dan Montessori),.
· Penguatan
Profil Lulusan:
Memungkinkan penguatan delapan dimensi profil lulusan melalui pengalaman
belajar yang menyenangkan dan berorientasi pada solusi nyata,.
Sebagai contoh praktis,
sebuah sekolah dapat menjalankan proyek energi terbarukan yang secara terpadu
menggabungkan mata pelajaran Fisika, Ekonomi, dan Bahasa Indonesia untuk
mencari solusi energi di lingkungan sekitar murid.
Analogi: Implementasi STEM dalam
perspektif ini dapat diibaratkan seperti memasak hidangan lezat menggunakan
bahan-bahan segar dari kebun sendiri. Kita tidak memerlukan dapur profesional
dengan peralatan mewah (fasilitas canggih) untuk menghasilkan makanan yang
bergizi; yang paling utama adalah kreativitas dalam meramu bahan yang tersedia
(kerangka berpikir) agar menjadi sajian yang bermanfaat bagi keluarga (solusi
masalah nyata).
STEM sebagai kerangka
berpikir lintas mata pelajaran adalah perspektif yang menempatkan STEM sebagai
pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis isu nyata yang dapat
diterapkan oleh semua pendidik. Dalam model ini, STEM tidak hanya terbatas
pada bidang sains dan matematika, tetapi juga dapat diimplementasikan oleh guru
bidang non-STEM seperti bahasa, seni, dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Fokus
utamanya adalah menggunakan STEM sebagai landasan berpikir untuk menghubungkan
berbagai disiplin ilmu dalam menyelesaikan sebuah tantangan atau proyek.
D. Langkah-Langkah STEM sebagai Kerangka Berpikir
Lintas Mata Pelajaran
Perencanaan dan
pelaksanaan STEM sebagai Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran berfokus pada
penggunaan STEM sebagai landasan untuk menghubungkan berbagai disiplin ilmu
(termasuk non-STEM) dalam menyelesaikan isu nyata. Pendekatan ini sangat
mengandalkan budaya kolaboratif antarpendidik dan pemanfaatan potensi lokal.
Secara umum untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STEM ini terdiri
dari tiga tahap seperti pada gambar di bawah ini.
Berikut adalah
langkah-langkah sistematis perencanaan dan pelaksanaannya menurut sumber:
1. Tahap Perencanaan
Pendidik perlu
menyusun rancangan yang kontekstual dan selaras dengan Capaian Pembelajaran
(CP) melalui empat langkah utama:
a. Identifikasi Masalah atau Potensi
Lokal: Langkah
awal adalah menentukan topik proyek yang berbasis pada masalah nyata di
lingkungan sekitar yang menantang keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menentukan
topik proyek dapat juga berdasarkan isu nyata di sekitar sekolah. Masalah tidak
harus rumit; bisa berupa pengelolaan sampah atau fenomena alam lokal. Pada
tahap ini, pendidik harus menetapkan Kriteria (standar solusi yang diharapkan)
dan Batasan (aturan atau keterbatasan sumber daya) untuk menstimulasi
kreativitas murid.
b. Penetapan Kriteria dan Batasan: Tentukan spesifikasi solusi
yang diharapkan (kriteria) dan batasan sumber daya seperti waktu, biaya, atau
material yang tersedia untuk memacu kreativitas enjiniring murid.
c. Analisis CP dan Integrasi Mata
Pelajaran: Pendidik
harus memetakan kompetensi dari berbagai mata pelajaran yang saling
bersinggungan untuk memastikan proyek tetap selaras dengan kurikulum nasional.
Caranya dengan menganalisis kompetensi yang ingin dicapai dan bagaimana
komponen Sains, Teknologi, Enjinering, dan Matematika berpadu dengan materi
dari mata pelajaran lain (seperti Bahasa Indonesia, Seni, atau IPS).
d. Menentukan Strategi Praktik
Saintifik dan Enjinering:
Menetapkan alur kerja siswa, mulai dari bertanya, bertukar pikiran,
mendesain, hingga mengomunikasikan solusi. Gunakan model Project-Based
Learning (PjBL) atau Design Thinking untuk memandu alur kerja murid
secara sistematis. Alurnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang
merupakan suatu siklus.
• Bertanya dan Mengidentifikasi
Masalah: Murid
melakukan observasi dan studi literatur untuk memahami akar permasalahan.
• Bertukar Pikiran dalam Menentukan
Solusi: Sesi
curah pendapat (brainstorming) untuk mencari berbagai alternatif solusi kreatif
sebelum memilih satu rancangan terbaik.
• Pembuatan dan Pengujian Purwarupa: Murid membangun model fisik
atau simulasi digital, kemudian mengujinya terhadap kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan.
• Iterasi (Mendesain Ulang): Berdasarkan data hasil uji coba, murid melakukan perbaikan pada rancangan mereka untuk mencapai performa yang paling optimal.
Sebagai
contoh untuk menetapkan alur kerja siswa dapat dilihat pada pada gambar di
bawah ini.
e. Penyusunan Modul Ajar dan Asesmen: Menyusun dokumen perencanaan
yang mencakup dimensi profil lulusan, tujuan pembelajaran, dan teknik penilaian
yang akan digunakan.
Untuk Template Perencanaan/Modul
Ajar Lengkap dapat diunduh melalui tautan berikut: TEMPLATE
PERENCANAAN KOKURIKULER STEM
1. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dilandasi
oleh praktik saintifik dan enjinering sebagai wahana pengalaman belajar yang
utuh. Prosesnya meliputi:
a. Pemberian Pengalaman Belajar Aktif: Murid terlibat dalam eksplorasi masalah nyata, pengaitan konsep lintas disiplin, dan pengambilan keputusan desain.
Berhubungan dengan pembelajaran aktif ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru. Anda dapat meminimalkan dan bahkan mungkin menghilangkan penolakan siswa terhadap pembelajaran aktif dengan meluangkan sedikit waktu pada hari pertama kelas untuk menjelaskan apa yang akan Anda lakukan, mengapa Anda akan melakukannya, dan apa manfaatnya bagi siswa. Selanjutnya Anda harus menghindari jebakan dalam pelaksanaan pembelajaran aktif yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Enam
Kesalahan Umum dalam Pembelajaran Aktif
|
No |
Kesalahan |
Cara
Menghindari Kesalahan |
|
1 |
Langsung
terjun ke pembelajaran aktif tanpa penjelasan. |
Pertama,
jelaskan apa yang akan Anda lakukan dan mengapa hal itu demi kepentingan
terbaik siswa. |
|
2 |
Mengharapkan
semua siswa untuk dengan antusias membentuk kelompok pada pertama kali Anda
meminta mereka. |
Bersikap
proaktif dengan siswa yang enggan dalam beberapa aktivitas kelompok pertama
yang Anda lakukan. |
|
3 |
Membuat
aktivitas terlalu mudah. |
Buat
tugas pembelajaran aktif cukup menantang untuk membenarkan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukannya. |
|
4 |
Membuat
aktivitas terlalu panjang, seperti memberikan seluruh masalah dalam satu
aktivitas. |
Jaga
agar aktivitas tetap singkat dan terfokus (lima detik hingga tiga menit).
Bagi masalah besar menjadi bagian-bagian kecil. |
|
5 |
Meminta
sukarelawan setelah setiap
aktivitas. |
Setelah
beberapa aktivitas, panggil secara acak individu atau kelompok untuk
melaporkan hasil mereka. |
|
6 |
Terjebak
dalam rutinitas yang dapat diprediksi. |
Variasikan
format dan durasi aktivitas serta interval di antara aktivitas tersebut. |
b. Kolaborasi Lintas Bidang: Pendidik dari berbagai mata
pelajaran bekerja sama membimbing murid. Misalnya, dalam proyek energi
terbarukan, guru Fisika membahas konsep energi, guru Ekonomi membahas biaya,
dan guru Bahasa Indonesia membimbing laporan akhir.
Ciptakan
ekosistem belajar yang melampaui ruang kelas dengan menjalin kolaborasi
eksternal.
• Kolaborasi Guru: Pendidik dari berbagai mata
pelajaran bekerja sebagai tim pengajar (team teaching) untuk merancang dan
memantau proyek secara terpadu.
• Kemitraan Pihak Luar: Melibatkan ahli dari BMKG,
perguruan tinggi, atau praktisi industri sebagai mentor untuk memberikan
konteks dunia kerja yang nyata kepada murid.
• Pemanfaatan Digital: Menggunakan laboratorium
virtual, platform diskusi daring, dan media sosial untuk mendokumentasikan
serta mempublikasikan hasil karya.
c. Pemberian Scaffolding: Pendidik memberikan
pendampingan bertahap sesuai tingkat kesiapan murid, mulai dari arahan penuh
pada jenjang PAUD/SLB hingga pemberian kemandirian yang lebih besar pada
jenjang yang lebih tinggi.
3. Tahap Asesmen
Penilaian dilakukan
secara autentik dan holistik untuk mengukur kompetensi murid selama proses dan
hasil akhir:
a. Penilaian Berbasis Tahapan: Asesmen dapat disusun berdasarkan
tahap praktik enjinering, misalnya rubrik observasi untuk tahap identifikasi
masalah atau rubrik produk untuk tahap pembuatan solusi.
b. Koordinasi Antarpendidik: Setiap guru mata pelajaran
dapat menilai aspek yang relevan dengan bidangnya tanpa keluar dari konteks
proyek. Contohnya, guru Matematika menilai akurasi data pengukuran, sementara
guru Bahasa Indonesia menilai efektivitas komunikasi dalam presentasi.
c. Penilaian Dilakukan Secara
Berkesinambungan:
Asesmen ini mencakup proses dan hasil belajar murid melalui berbagai instrumen.
· Rubrik
Kinerja:
Digunakan untuk menilai keterampilan teknis dalam praktik saintifik/enjinering
serta kualitas produk akhir.
· Penilaian
Rekan Sejawat (Peer Rating):
Mengukur kontribusi individu dalam tim guna mengembangkan keterampilan
kolaborasi dan meminimalkan fenomena penumpang bebas (hitchhiking).
· Refleksi
Metakognitif:
Murid diminta menuliskan jurnal atau "minute papers"
untuk mengevaluasi proses berpikir dan kendala yang dihadapi selama pengerjaan
proyek
Baca
Juga: 27 Strategi, Teknik, dan
Aktivitas Pembelajaran untuk Mengembangkan Metakognitif di Dalam Kelas
Analogi: STEM sebagai kerangka berpikir
lintas mata pelajaran dapat diibaratkan seperti menulis sebuah naskah film.
Tidak hanya membutuhkan pengetahuan teknis kamera (Sains), tetapi juga
kemampuan bercerita (Bahasa), penataan set (Seni), perhitungan durasi dan
anggaran (Matematika), serta koordinasi antar tim untuk menghasilkan satu karya
utuh yang bermakna bagi penonton (solusi masalah nyata).
E. Peran Antar Guru Pada STEM
sebagai Kerangka
Berpikir Lintas Mata Pelajaran
Dalam perspektif STEM
sebagai Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran, pembagian peran antar guru
didasarkan pada budaya kolaboratif untuk menyelesaikan isu nyata melalui
penggabungan berbagai keahlian disiplin ilmu,. Guru tidak lagi bekerja dalam
sekat-sekat mata pelajaran yang terpisah, melainkan bertindak sebagai satu tim
pengajar (teaching team) yang merancang pengalaman belajar terpadu.
Berikut adalah
rincian pembagian peran antar guru berdasarkan tahapannya:
1. Peran dalam Perancangan dan
Pelaksanaan
Guru dari berbagai
mata pelajaran (baik STEM maupun non-STEM seperti Bahasa, Seni, dan IPS)
bekerja sama untuk:
a. Menentukan Topik: Guru berkolaborasi
mengidentifikasi masalah atau fenomena lokal di sekitar sekolah yang akan
dijadikan dasar proyek,.
b. Integrasi Kurikulum: Setiap guru menganalisis
Capaian Pembelajaran (CP) masing-masing untuk melihat bagian mana yang dapat
dikontribusikan dalam proyek tersebut tanpa meninggalkan identitas mata
pelajarannya,.
c. Pemberian Pengalaman Belajar: Selama pelaksanaan, guru berbagi waktu (jam pelajaran) sehingga proyek dapat berjalan secara berkesinambungan di semua mata pelajaran terkait.
Contoh
Pembagian Peran Pelaksanaan Berdasarkan Disiplin Ilmu
Dalam sebuah proyek
(misalnya penanganan pencemaran air), peran spesifik guru mencakup:
a. Guru IPA: Menanamkan konsep ilmiah
(seperti kualitas air berdasarkan pH atau kandungan bakteri) dan membimbing
praktik saintifik.
b. Guru Matematika: Memfasilitasi analisis data
hasil eksperimen, seperti menghitung rata-rata polutan atau memodelkan prediksi
penurunan konsentrasi zat melalui regresi.
c. Guru Informatika: Membimbing murid merancang
sistem pemantauan berbasis sensor atau memvisualisasikan data secara digital.
d. Guru IPS: Menyoroti dimensi
sosial-ekonomi, seperti dampak ekonomi dari air yang tercemar atau peraturan
pemerintah yang relevan.
e. Guru Bahasa Indonesia: Membimbing murid dalam menyusun
laporan ilmiah dan melakukan komunikasi persuasif saat mempresentasikan solusi.
2. Peran dalam Asesmen
Setiap guru dapat
melakukan penilaian terhadap aspek yang menjadi tujuan pembelajaran mata pelajarannya
masing-masing di dalam konteks proyek STEM yang sama.
a. Guru Matematika menilai akurasi
pengukuran data.
b. Guru IPA menilai proses
eksperimen.
c. Guru Bahasa menilai efektivitas
komunikasi dalam poster atau presentasi.
Analogi: Pembagian peran guru dalam
kerangka berpikir ini seperti sebuah tim dokter spesialis yang sedang menangani
satu pasien. Meskipun ada dokter jantung (IPA), ahli gizi (Matematika), dan
psikolog (IPS), mereka semua berdiskusi dan bekerja menggunakan satu rekam
medis yang sama (proyek STEM) untuk mencapai tujuan satu tujuan, yaitu
kesembuhan pasien (solusi masalah nyata).
F. Contoh Lain Kolaborasi Antar Mata
Pelajaran
Kolaborasi guru
lintas mata pelajaran adalah kunci agar proyek STEM tingkat SMA berjalan
efisien tanpa membebani satu jadwal saja. Berikut adalah cara membagi tugas
tersebut menggunakan contoh proyek "Mitigasi Krisis Air/Iklim":
1. Pembagian Peran Berdasarkan
Kompetensi
Setiap guru fokus
pada bagian proyek yang selaras dengan Capaian Pembelajaran (CP) masing-masing:
a. Guru Sains (Biologi/Kimia/Fisika): Membimbing murid dalam
penyelidikan ilmiah, seperti memahami mekanisme adaptasi spesies atau menguji
kualitas air (pH dan polutan).
b. Guru Matematika: Memfasilitasi analisis data,
seperti menghitung rata-rata, simpangan baku, atau menggunakan distribusi
normal untuk memprediksi peluang kepunahan berdasarkan data suhu.
c. Guru Informatika/Teknologi: Membimbing perancangan alat
(seperti sensor pemantau otomatis) atau penggunaan perangkat lunak visualisasi
data.
d. Guru Bahasa Indonesia/Seni: Menilai kemampuan komunikasi
murid dalam menyusun laporan teknis, membuat poster kampanye, atau
mempresentasikan hasil secara efektif.
e. Guru IPS/Ekonomi: Mengarahkan murid untuk menganalisis dampak sosial-ekonomi dari masalah tersebut terhadap masyarakat sekitar.
2. Koordinasi dan Manajemen Waktu
a. Tim Pengajar (Team Teaching): Para guru bekerja sebagai tim
untuk merancang satu proyek terpadu, sehingga beban instruksi terbagi merata.
b. Fleksibilitas Jam Pelajaran: Proyek ini dikerjakan di jam
pelajaran semua mata pelajaran yang terlibat, sehingga murid tidak merasa
kehabisan waktu dan guru tetap bisa mengejar target kurikulum.
c. Validasi Bersama: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) divalidasi bersama oleh koordinator guru dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk memastikan keselarasan.
3. Penilaian Terpadu (Integrated
Assessment)
Setiap guru menilai
aspek yang berbeda dari satu produk atau aktivitas murid yang sama. Misalnya,
saat murid menguji purwarupa:
a. Guru IPA menilai proses eksperimennya.
b. Guru Matematika menilai ketepatan
pengukuran datanya.
c. Guru Bahasa menilai cara mereka
melaporkan temuan tersebut.
Dengan pembagian ini,
guru bertindak sebagai inisiator dan inovator yang menghubungkan berbagai
strategi pembelajaran demi hasil yang optimal.
G. Ide Membelajaran STEM sebagai Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran
Berikut adalah tabel contoh ide pembelajaran STEM di tingkat SMA yang
dirancang secara kolaboratif lintas disiplin ilmu:
|
Topik
Proyek |
Mata
Pelajaran Terkait |
Integrasi
Komponen STEM |
|
Mitigasi Kepunahan Spesies
akibat Krisis Iklim |
Biologi, Matematika
Tingkat Lanjut, Geografi |
Sains: Mekanisme evolusi dan seleksi alam. Teknologi:
Pemetaan data suhu global (NASA Worldview). Enjinering: Desain
purwarupa habitat adaptif. Matematika: Prediksi peluang kepunahan
dengan distribusi normal. |
|
Kota Masa Depan
Berkelanjutan |
Fisika, Ekonomi, Bahasa
Indonesia, Informatika |
Sains: Konsep energi terbarukan. Teknologi:
Sensor otomatis lampu jalan. Enjinering: Maket bangunan hemat energi. Matematika:
Optimasi tata ruang dan perhitungan konsumsi energi. |
|
Distilasi Air Laut Tenaga
Surya |
Proyek IPAS, Kimia
Analisis, Matematika |
Sains: Pemisahan campuran (penguapan &
kondensasi). Teknologi: Penggunaan sensor TDS digital. Enjinering:
Rancang bangun alat penyulingan. Matematika: Trigonometri untuk
menghitung sudut kemiringan kaca. |
|
Biodiesel dari Minyak
Jelantah |
Kimia, Fisika, Matematika |
Sains: Reaksi kimia pengolahan limbah. Teknologi:
Penggunaan viscometer sederhana. Enjinering: Alur kerja produksi
biodiesel. Matematika: Perhitungan massa jenis, viskositas, dan rasio
bahan. |
|
Sistem Pertanian Modern
(Vertikultur) |
Biologi, Matematika,
Ekonomi |
Sains: Proses fotosintesis. Teknologi:
Sensor kelembaban tanah. Enjinering: Konstruksi rak vertical garden.
Matematika: Perhitungan volume media tanam dan analisis nilai ekonomi. |
Langkah ini memastikan bahwa proyek tidak hanya fokus pada satu subjek,
tetapi membantu murid melihat keterkaitan konsep secara holistik. Apakah
Anda ingin mendiskusikan bagaimana cara membagi tugas di antara guru-guru mata
pelajaran yang berbeda untuk salah satu topik di atas?
Atau contoh lain:
G. Perencanaan STEM
sebagai Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran
Berikut adalah contoh perencanaan pembelajaran STEM untuk tingkat SMA
dengan perspektif STEM sebagai Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran.
Perencanaan ini disusun berdasarkan panduan integrasi lintas bidang yang
melibatkan mata pelajaran STEM (Fisika) dan non-STEM (Ekonomi dan Bahasa
Indonesia).
Modul Ajar STEM SMA:
"Energi Terbarukan untuk Kemandirian Sekolah"
1. IDENTITAS
· Fase/Kelas: F / XII.
· Mata Pelajaran Terintegrasi: Fisika, Ekonomi, dan Bahasa Indonesia.
· Alokasi Waktu: 4 Pertemuan (12 JP).
2. IDENTIFIKASI
· Dimensi Profil Lulusan: Penalaran Kritis, Kreativitas, dan Kolaborasi.
· Topik: Solusi
Energi Alternatif di Lingkungan Satuan Pendidikan.
3. DESAIN PEMBELAJARAN
· Konten Masalah: Ketergantungan sekolah pada energi fosil menyebabkan biaya operasional
listrik tinggi dan kontribusi pada emisi karbon. Murid ditantang untuk mencari
solusi energi alternatif yang paling efisien diterapkan di sekolah berdasarkan
potensi lokal (misal: tenaga surya atau angin).
· Kriteria Solusi:
o Rancangan purwarupa harus mampu menghasilkan energi
listrik terukur.
o Memuat analisis biaya-manfaat (cost-benefit)
yang realistis.
o Laporan akhir harus menggunakan bahasa yang
persuasif dan sesuai kaidah ilmiah.
· Batasan:
o Menggunakan material sederhana atau bahan bekas
yang tersedia di sekitar.
o Pengerjaan dilakukan secara kolaboratif dalam waktu
tiga minggu.
4. INTEGRASI MATA PELAJARAN DAN KOMPONEN STEM
· Sains (Fisika): Memahami konsep transformasi energi, arus listrik, dan hukum kekekalan
energi.
· Teknologi:
Memanfaatkan alat ukur digital (multimeter) atau aplikasi simulasi energi untuk
mengambil data.
· Enjinering: Melaksanakan tahapan merancang, membuat, menguji, dan mengevaluasi
purwarupa alat pembangkit energi sederhana.
· Matematika: Menghitung daya listrik yang dihasilkan, memprediksi penghematan biaya
listrik bulanan, dan menyajikan data dalam grafik.
· Ekonomi (Non-STEM): Menganalisis nilai investasi awal dibandingkan
dengan potensi penghematan jangka panjang (aspek ekonomi terapan).
· Bahasa Indonesia (Non-STEM): Menyusun laporan teknis dan melakukan presentasi
publik untuk mengomunikasikan ide solusi kepada pemangku kepentingan sekolah.
5. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN (Praktik Saintifik
& Enjinering)
|
Tahapan |
Aktivitas
Murid |
|
Bertanya &
Mengidentifikasi Masalah |
Murid mengobservasi
penggunaan listrik sekolah dan melakukan wawancara dengan petugas
sarana-prasarana mengenai tagihan bulanan. |
|
Bertukar Pikiran |
Murid berdiskusi
menentukan jenis energi terbarukan yang paling cocok di lingkungan sekolah
(misal: panel surya mini jika sekolah banyak terpapar cahaya matahari). |
|
Mendesain Solusi |
Murid membuat sketsa
teknis alat dan menyusun anggaran biaya sederhana untuk pembuatan purwarupa. |
|
Membuat & Menguji
Solusi |
Murid merakit alat dan
menguji kinerjanya di bawah sinar matahari/angin, lalu mencatat data tegangan
yang dihasilkan. |
|
Mendesain Ulang &
Evaluasi |
Berdasarkan data uji coba,
murid melakukan perbaikan pada kemiringan panel atau efisiensi kabel untuk
mendapatkan hasil optimal. |
|
Mengomunikasikan |
Murid menyajikan laporan
komprehensif yang mencakup sisi teknis (Fisika), sisi finansial (Ekonomi),
dan presentasi lisan yang efektif (Bahasa Indonesia). |
6. ASESMEN PEMBELAJARAN
· Formatif: Observasi
selama diskusi kelompok dan jurnal refleksi mingguan.
· Sumatif:
o Produk: Penilaian fungsionalitas
dan kerapian purwarupa alat energi.
o Analisis Data: Ketepatan perhitungan matematika dan logika ekonomi dalam laporan.
o Komunikasi: Rubrik presentasi untuk menilai kejelasan gagasan dan kemampuan
menjawab pertanyaan.
Analogi: Perencanaan
STEM ini seperti membangun sebuah tim ekspedisi; guru Fisika adalah
navigator teknis, guru Ekonomi adalah manajer logistik, dan guru Bahasa adalah
komunikator misi. Mereka tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan bersatu
menggunakan satu peta yang sama (masalah energi sekolah) untuk mencapai tujuan
akhir yang sukses.
I. Memulai STEM Sebagai Kerangka
Berpikir Lintas Mata Pelajaran
Implementasi STEM
dengan perspektif Kerangka Berpikir Lintas Mata Pelajaran di tingkat SMA sangat
efektif karena fleksibel dan tidak harus bergantung pada fasilitas laboratorium
yang canggih. Fokus utama jenjang SMA adalah pada proyek rekayasa yang
kompleks, pemodelan matematis, dan kemitraan eksternal.
Berikut adalah tips
dan triks untuk memulai STEM di SMA berdasarkan panduan dalam sumber:
1. Mulailah dari Masalah di
"Halaman Belakang" Sekolah
Jangan mencari
masalah yang terlalu jauh atau rumit di awal. Identifikasi isu nyata di lingkungan
sekitar satuan pendidikan agar pembelajaran menjadi bermakna.
Trik: Pendidik yang baru memulai
disarankan menggunakan konten masalah tipe 1, yaitu mengangkat kembali praktik
atau proyek yang pernah dilakukan sebelumnya namun diperkuat dengan elemen
STEM. Contohnya, isu limbah minyak jelantah di masyarakat sekitar rawa dapat
menjadi ide proyek biodiesel yang sangat relevan.
2. Libatkan Pendidik Non-STEM
Perspektif ini
memungkinkan seluruh mata pelajaran berkontribusi, termasuk Bahasa, Seni,
Ekonomi, dan Pendidikan Agama.
Tips: Gunakan proyek lintas disiplin
sebagai perekat. Misalnya, dalam proyek Liquid Window untuk hemat energi, guru
Fisika membahas perpindahan panas, guru Matematika menghitung volume hidrogel,
dan guru Agama/Pancasila mengajak murid merefleksikan tanggung jawab menjaga
bumi sebagai wujud syukur.
3. Manfaatkan Kecerdasan Artifisial
(AI) untuk Perencanaan
Pendidik tidak perlu
merasa terbebani saat menyelaraskan kurikulum yang berbeda.
Trik: Gunakan AI untuk mencari
inspirasi topik proyek, membantu analisis integrasi Capaian Pembelajaran (CP)
antar mata pelajaran, serta merancang aktivitas praktik saintifik dan
enjinering. Hal ini akan sangat membantu efisiensi waktu pendidik dalam
menyusun modul ajar.
4. Bangun Kemitraan Strategis (Pilar
Kemitraan)
Untuk jenjang SMA,
keterlibatan pihak eksternal sangat penting untuk memberikan validasi ilmiah
dan konteks dunia kerja.
Tips: Jalin kemitraan dengan
Perguruan Tinggi untuk akses fasilitas penelitian atau narasumber ahli. Anda
juga bisa melibatkan ilmuwan atau praktisi lokal untuk membantu memeriksa
rancangan solusi murid agar hasil proyeknya menjadi penelitian kecil yang
kredibel dan sahih.
5. Strategi "Asesmen
Berbagi"
Masalah waktu sering
menjadi kendala kolaborasi antar guru. Tipsnya adalah melakukan asesmen yang
terintegrasi di jam pelajaran masing-masing.
Trik: Setiap guru menilai aspek yang
menjadi tujuan pembelajarannya tanpa keluar dari konteks proyek. Contoh: Guru
Matematika menilai keterampilan mengukur data saat uji coba, sementara guru
Bahasa Indonesia menilai kemampuan komunikasi murid saat presentasi atau
pembuatan laporan proyek.
6. Fokus pada Literasi dan Karakter,
Bukan Hanya Produk Digital
Ingatlah bahwa
penekanan utama STEM bukan sekadar hasil digital, melainkan penalaran
matematis, literasi sains, dan kecakapan desain.
Tips: Gunakan Siklus Enjinering (EDP)
atau Design Thinking secara berulang (iterative). Biarkan murid melakukan
kesalahan, menguji purwarupa mereka, menganalisis kegagalannya, dan melakukan
desain ulang. Proses iterasi inilah yang membangun kemandirian dan keterampilan
berpikir kritis murid.
Analogi: Memulai STEM dengan kerangka berpikir lintas mata pelajaran ibarat menyusun sebuah orkestra. Setiap instrumen (mata pelajaran) memiliki partiturnya sendiri, namun STEM adalah lagu (isu nyata) dan dirigen (kerangka berpikir) yang menyatukan mereka semua menjadi sebuah simfoni yang indah dan bermakna bagi penonton (masyarakat).



























0 comments:
Posting Komentar