Akhir-akhir ini banyak permasalahan yang berkaitan dengan
disiplin siswa di sekolah. Bukan menjadi rahasia lagi, persoalan disiplin siswa
yang lemah juga rasa hormat kepada guru sudah semakin memudar. Para guru sering
terpancing untuk melakukan tindakan yang dianggap sebuah kekerasan oleh siswa,
orang tua maupun masyarakat. Para guru saat ini juga terjebak pada dua pilihan
untuk memberi hukuman supaya wibawa seorang guru dan disiplin tercipta atau guru
akan kena teguran atasan dan orang tua atau bahkan berurusan dengan Komnas
perlindungan anak dan institusi penegak hukum lainnya.
Segala tindakan guru kepada peserta didik yang bersifat kekerasan, diluar batas logis, dan tidak merubah respon anak selanjutnya merupakan sebuah hukuman. Apabila seorang siswa terlambat kemudian si siswa di perintahkan untuk “push up”, “scot jump”, lari keliling lapangan, meghormat bendera atau ditahan digerbang merupakan contoh-contoh hukuman yang sering dialami siswa dipagi hari setelah menginjakkan kaki di gerbang sekolah. Pertanyaan adalah, apakah ada hubungan logis antara si siswa terlambat dengan “push up”, “scot jump”, lari keliling lapangan, meghormat bendera atau ditahan digerbang? Tentu sangat sulit untuk menjelaskannya.