Ketika guru mulai menerapkan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dalam implementasi kurikulum merdeka pasti banyak tantangan baik itu dari sisi siswa dan guru itu sendiri. Ada guru yang menyatakan siswanya tidak paham kalau siswa itu sendiri yang menggali informasi atau ada guru yang menanyakan kepada siswa tentang pendapatnya, maka siswa meminta agar guru kembali dengan metode lama yaitu ceramah alias menjelaskan semuanya. Maka dengan pendekatan Scaffolding
(perancah) ini menjadi jalan tengah dari permasalahan tersebut dengan mulai melepaskan kemandirian kepada siswa dalam pembelajarannya secara individu maupun kelompok. Ditambah lagi dengan tujuan pembelajaran yang kompleks dan tuntutannya yang tinggi. Melalui tulisan ini penulis mencoba memaparkan pendekatan scaffolding
(perancah) ini. Semoga bermanfaat.
Minggu, 22 September 2024
Pendekatan Perancah (Scaffolding) untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
Senin, 16 September 2024
CARA GURU MENGELOLA KELAS PADA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Kalau kita memperhatikan gambar di sebelah, maka terlihat pembelajaran dengan berbagai macam model, metode dan strategi. Ada siswa yang dibimbing langsung oleh guru, ada yang berdiskusi, ada yang berpraktek langsung, ada yang belajar menggunakan TIK, ada yang belajar di lantai, dan sebagainya. Idealnya seperti itulah pembelajaran berdiferensiasi.
Strategi diferensiasi memenuhi
berbagai kebutuhan belajar siswa, memastikan pengajaran individual yang
memperhatikan gaya dan kemampuan belajar setiap siswa. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah pendekatan pengajaran yang mengadaptasi konten, proses, produk, dan
lingkungan belajar untuk mengakomodasi kebutuhan unik setiap siswa. Meskipun
pendekatan ini mendorong kelas yang lebih inklusif, pendekatan ini juga dapat
menyita waktu bagi para pendidik. Strategi utama meliputi pembuatan tempat
belajar, menyesuaikan tugas membaca, menggunakan visual, memanfaatkan
teknologi, dan menyediakan penilaian yang bervariasi. Metode ini bertujuan
untuk melibatkan siswa, meningkatkan pemahaman, dan menumbuhkan lingkungan
belajar yang mendukung, memastikan semua siswa mencapai potensi akademis mereka
sepenuhnya.
Minggu, 08 September 2024
CARA GURU MEMAHAMI STRATEGI ASESMEN PADA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Hal terpenting, asesmen awal ,
formatif, dan sumatif menciptakan landasan bagi guru untuk mendesain
pembelajaran berdiferensiasi untuk mendukung siswa dengan lebih baik, seperti
yang dijelaskan dalam "Sorotan" berikut.
Minggu, 01 September 2024
Pengelompokan Fleksibel sebagai Strategi Inti Pembelajaran Berdiferensiasi
Pengelompokan
merupakan suatu istilah yang sangat familiar bagi para pendidik. Ini adalah
sesuatu yang diharapkan dapat kita manfaatkan di kelas kita. Ini adalah salah
satu kriteria yang menjadi dasar penilaian kami dalam evaluasi. Namun, sering
kali ketika kita mendengar istilah “pengelompokan”, kita berpikir
tentang pengelompokan kemampuan dalam istilah pengelompokan heterogen vs.
homogen yang sering digunakan dalam pembelajaran membaca. Namun, ada lebih
banyak hal dalam pengelompokan fleksibel daripada itu.
Minggu, 25 Agustus 2024
16 Sarana Multimedia Terbaik untuk Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas Anda
Pembelajaran dengan
kurikulum merdeka saat ini memberi kebebasan kepada siswa untuk memperoleh
informasi dan menunjukkan kinerja hasil belajar sesuai dengan bakat,
minat, dan preferensi belajarnya. Maka suatu keharusan guru memfasiltasi
siswa dengan berbagai perangkat multimedia dalam pembelajarannya, terutama untuk
pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran menjadi lebih
menarik ketika pendidik menggabungkan pembelajaran dengan sumber belajar
digital. Berikut adalah beberapa sarana pembelajaran multimedia yang dapat
Anda coba di kelas Anda.
Alat pembelajaran
multimedia memainkan peran penting di kelas dalam beberapa hal, termasuk tidak
terbatas pada meningkatkan kreativitas, mendorong keterlibatan siswa,
dan membantu siswa belajar berkolaborasi.
Sabtu, 24 Agustus 2024
Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi Berdasarkan Preferensi Belajar Peserta Didik
Pengantar
Pendekatan pembelajaran
yang berbeda ini dapat digunakan secara efektif untuk pembelajaran berdiferensiasi
bagi peserta didik. Carol Ann Tomlinson adalah salah satu tokoh terkemuka dalam
topik diferensiasi. Dia menulis bahwa ada tiga cara utama yang dapat Anda
lakukan untuk membedakannya, yaitu dengan memodifikasi konten, proses, dan/atau
produk (Tomlinson, 2016). Pembelajaran berdiferensiasi tidak sesulit yang
dipikirkan beberapa guru. Diferensiasi bukan berarti menciptakan pembelajaran
tersendiri bagi setiap peserta didik. Ini benar-benar tentang mengenal peserta didik
Anda dan bagaimana mereka bekerja dengan baik dan membuat keputusan selama pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Minggu, 18 Agustus 2024
Catatan Anekdot: Salah Satu Intrumen Membantu Guru dalam Melaksanakan Asesmen Formatif
Pendahuluan
Seringkali guru dalam
melakukan asesmen pada proses pembelajaran cenderung dengan mengambil
skor peserta didik secara langsung dari kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan tugas, menunjukkan kinerja, menghasilkan produk atau tes. Kemudian
hasil skor tersebut langsung dimasukkan ke buku nilai dalam bentuk angka dan
jarang lagi diberikan umpan balik. Kemudian nanti skor tersebut digabung
atau diambil rata-ratanya untuk menjadi satu angka dan angka tersebut untuk
nilai akhir satu tujuan pembelajaran. Ketika ditanyakan kepada guru tersebut
mereka menyebutkan telah melaksanakan asesmen formatif. Kalau kita
perhatikan lagi konsep asesmen formatif dan sumatif, maka yang dilakukan guru
tersebut lebih cenderung kepada asesmen sumatif.
Minggu, 11 Agustus 2024
Strategi Guru dalam Menerapkan Umpan Balik yang Konstruktif pada Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Pendahuluan
Manusia terus menerus memberi dan menerima umpan balik secara formal
dan informal. Namun, hal ini belum tentu
berarti penerapan praktik ini paling efektif di sekolah. Tujuan dari tulisan
ini adalah untuk memberikan panduan kepada guru dalam hal penyampaian umpan
balik kepada siswa dalam ranah akademik dan perilaku.
Umpan balik adalah informasi yang diberikan semua guru kepada semua siswa
untuk meningkatkan kinerja dalam bidang akademik atau perilaku. Siswa menggunakan informasi untuk
meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan kemandirian mereka. Jika dilakukan secara efektif, umpan balik
akan mengurangi kesenjangan antara pengetahuan dan pemahaman siswa saat ini
dengan apa yang perlu, atau belum, mereka ketahui dan pahami.
Minggu, 05 Mei 2024
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Kontrak Pembelajaran untuk Kemandirian dan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
Pengalaman belajar mandiri bisa sangat bermanfaat bagi siswa dan guru pembimbing mereka. Belajar mandiri memberi siswa kesempatan untuk mengeksplorasi tidak hanya topik tertentu tetapi juga strategi dan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dan kontrak pembelajaran dapat memainkan peran penting dalam memastikan bahwa proses ini berhasil. Kontrak pembelajaran memberikan kepemilikan kepada siswa atas pembelajaran mereka di awal suatu kegiatan pembelajaran, tugas kelas, atau proyek. kontrak tersebut mendorong siswa untuk merefleksikan cara mereka belajar, dan mereka menetapkan tujuan dan jadwal proyek yang jelas. Bagi guru, kontrak pembelajaran berfungsi sebagai pedoman garis besar unit belajar mandiri dan sebagai alat untuk membantu evaluasi.
Minggu, 21 April 2024
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Penugasan Berjenjang Sesuai Kebutuhan dan Keunikan Siswa
Ada pertimbangan penting yang harus direnungkan sebelum menerapkan strategi berdiferensiasi terhadap aspek konten, proses dan produk sebagai respons langsung terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar siswa.
Penugasan berjenjang melibatkan pembuatan beberapa versi tugas atau asesmen pembelajaran, masing-masing dirancang untuk menyesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa yang berbeda. Dalam istilah yang lebih sederhana, ini seperti menawarkan prasmanan pilihan pembelajaran, memastikan bahwa setiap siswa menemukan hidangan yang sesuai.
Minggu, 14 April 2024
Bagaimana Cara Menggunakan Papan Pilihan (Choice Boards) di Kelas Berdiferensiasi?
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berdasarkan kepada preferensi siswa baik kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Maka guru harus kreatif untuk memilih metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan preferensi siswa tersebut. Pada tahap awal penerapan pembelajaran berdiferensiasi pasti membuat guru menjadi bingung dan stress apalagi dengan jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas. Maka papan pilihan (Choice Boards) baik berupa papan Tic-Tac-Toe dan papan menu dapat dijadikan strategi alternatif dalam pembelajaran berdiferensiasi. Tulisan di bawah ini memaparkan secara ringkas dengan papan pilihan termasuk dengan cara membuat dan contohnya dalam beberapa kelompok mata pelajaran.
10 Strategi untuk Menyukseskan Pembelajaran Berdiferensiasi
Ketika Anda memiliki anak usia sekolah, tentu Anda ingin siswa Anda memiliki semua kompetensi yang dia perlukan untuk menyelesaikan akademis. Sayangnya pendekatan pembelajaran “ satu ukuran untuk semua ” mempunyai kelemahan karena melibatkan semua siswa belajar dengan cara yang sama.
Kurikulum harus dibedakan agar sesuai dengan kebutuhan individu setiap siswa yang unik. Hanya dengan cara itulah siswa dapat menerima pendidikan terbaik dan bersiap untuk kesuksesan di masa depan.
Pembelajaran bersifat individual bagi setiap siswa, guru perlu merencanakan pembelajaran yang tidak bersifat universal . Mengingat apa yang sudah diketahui siswa dan menggabungkan variasi seputar konten, prosedur, proses, dan lingkungan belajar untuk menciptakan ruang kelas yang berbeda di mana semua siswa dapat berkembang.
Minggu, 24 Maret 2024
Informasi Seputar Bukti Dukung dalam Pengelolaan Kinerja untuk Guru dan Kepala Sekolah di PMM
Pengelolaan kinerja
guru melalui Plattform Merdeka Mengajar mempunyai beberapa tahap, mulai dari
perencanaan sasaran kerja, pelaksanaan dan penilaian. Namun selain itu juga ada
beberapa variabel dalam penilaian kinerja seorang pegawai. Mulai dari praktik
kinerja, pengembangan kompetensi, perilaku kerja, dan dokumen akuntabilitas
seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini.
Dokumen akuntablitas merupakan dokumen yang menunjukkan akuntabilitas pegawai dalam melakukan kinerja sesuai tugasnya. Dokumen akuntabilitas ini wajib dikumpulkan baik dari sisi guru maupun kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.
Minggu, 03 Maret 2024
PANDUAN DAN CONTOH RUBRIK OBSERVASI KELAS UNTUK GURU DAN KEPALA SEKOLAH PADA PENGELOLAAN KINERJA DI PMM
Saat ini sesuai dengan timeline
pengelolaan kinerja di PMM adalah waktu untuk melakukan observasi kelas.
Maka guru maupun kepala sekolah seharusnya paham apa yang akan dilakukan
dan apa saja yang perlu disiapkan. Maka tulisan ini akan membahas
tentang persiapan yang perlu dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Kemudian
juga pada bagian akhir tulisan ini terdapat 3 macam rubrik, yaitu ketika
diskusi sebelum observasi, ketika observasi, dan setelah observasi yang
dapat Bapak/Ibu Download.
Minggu, 18 Februari 2024
Empat Model Kompetensi Guru Beserta Indikatornya yang Harus Dipahami Guru Sesuai Peraturan Dirjen GTK Kemendikbudristek Terbaru
Guru sebagai pendidik
semakin dituntut dengan berbagai kompetensi dan kompetensi-kompetensi tersebut selanjutnya
diatur oleh Peraturan Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 2626/B/HK.04.01/2023 tentang Model
Kompetensi Guru. Dalam
pertauaran ini dijelaskan berbagai penggunaan dari model kompetensi ini,
misalnya untuk seleksi pengadaan guru, uji kompetensi (Ukom), PPG, PKB,
sampai untuk Program Guru Penggerak (PGP). Jadi sudah seharusnya guru
memahami model kompetensi terbaru ini dalam menjalankan profesi sebagai guru.
Pendahuluan
Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Model Kompetensi Guru adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku dari Kompetensi Teknis Guru yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas profesi.
Kompetensi Teknis adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan.
Satu dari sekian banyak cara mengukur
kualitas Guru dilaksanakan melalui uji kompetensi. Hasil dari uji
kompetensi digunakan untuk pemetaan kompetensi. Pemetaan kompetensi
dilakukan melalui proses mengidentifikasi,
menilai, dan mengevaluasi tingkat penguasaan pengetahuan/keterampilan melalui
instrumen pemetaan kompetensi dengan menggunakan rujukan model kompetensi Guru
yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Nomor 2626/B/HK.04.01/2023 tentang Model Kompetensi Guru, sebagai pemutakhiran
atas Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor
6565/B/GT/2020 tentang Model Kompetensi dalam Pengembangan Profesi Guru.
Hasil dari pemetaan kompetensi dapat
menjadi acuan bagi Guru untuk merefleksikan, merencanakan, dan melakukan
pengembangan diri, pengembangan kompetensi berkelanjutan, serta pengembangan
karier. Bagi pemangku kebijakan dan berbagai pihak yang berkepentingan, hasil
pemetaan kompetensi digunakan untuk menyusun strategi kebijakan dan atau
memperluas akses dalam rangka pembinaan dan peningkatan kompetensi guru.
Penyusunan Model Kompetensi Guru ini
menggunakan rujukan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
yang mendefinisikan ‘kompetensi’ sebagai “seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
Guru atau Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan” (Pasal 1 angka 10).
Selanjutnya, Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, standar kompetensi memuat pengelompokan kompetensi dan uraian
indikator masing-masing kompetensi.
Pengorganisasian Model Kompetensi Guru
Model Kompetensi Guru terdiri dari
beberapa komponen yang saling terkait, yaitu kompetensi, indikator, dan sub-indikator
kompetensi. Komponen-komponen ini dapat disusun dan diorganisasikan sebagai berikut:
Kompetensi
Model kompetensi guru merupakan deskripsi
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dari kompetensi teknis seorang guru. Mengacu pada ketentuan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kemudian dirinci oleh Peraturan Dirjen GTK Kemendikbudristek No. 2626/B/HK.04.01/2023 mengatur tentang model
kompetensi guru. Selanjutnya kompetensi guru terdiri atas empat kelompok sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik, yakni kemampuan mengelola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Kompetensi
pedagogik ini diturunkan dalam 3 (tiga) indikator, yakni:
a.
Kemampuan guru
dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman bagi murid.
b. Kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif yang berpihak pada murid.
c. Kemampuan dalam
melakukan asesmen, umpan balik, dan palopran yang berpihak pada murid.
2.
Kompetensi kepribadian, yakni kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Kemampuan kepribadian tersebut dilakukan melalui refleksi dalam
menjalankan tanggung jawab sebagai guru sesuai kode etik profesi dan berorientasi
pada peserta didik.
Kompetensi Kepribadian ini diturunkan dalam 3 (tiga)
indikator, yakni:
a. Kematangan moral,
emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
b.
Pengembangan diri
melalui kebiasaan refleksi.
c.
Orientasi berpihak
pada murid
3. Kompetensi sosial, yakni kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dilakukan dalam pembelajaran dan pengembangan diri.
Kompetensi Sosial
diturunkan dalam 3 (tiga) indikator, yakni:
a.
Berkolaborasi
untuk meningkatkan pembelajaran.
b. Adanya
keterlibatan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam pembelajaran.
c. Keterlibatan dalam
organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan pembelajaran
4. Kompetensi profesional, yakni Kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Kemampuan penguasaan materi tersebut untuk
menetapkan tujuan pembelajaran dan pengorganisasian konten pengetahuan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Kompetensi Profesional diturunkan dalam 3 (tiga)
indikator, yakni:
a. Penguasaan
terhadap pengetahuan konten pembelajaran dan cara mengajarkannya.
b.
Memahami
karakteristik dan cara belajar murid.
c.
Mampu
mengembangkan kurikulum dan penerapannya
Indikator dan Sub-Indikator Kompetensi
Indikator kompetensi merupakan perilaku
kunci yang esensial dalam sebuah kompetensi. Sementara sub-indikator kompetensi
merupakan deskripsi operasional dari tiap-tiap fokus area dalam indikator
kompetensi guru yang menunjukkan ketercapaian suatu indikator.
Masing-masing kompetensi memuat tiga indikator kompetensi yang mengikuti urutan penomoran setiap kompetensi. Selanjutnya, setiap indikator kompetensi terdiri atas beberapa sub-indikator yang mengacu pada penomoran setiap lingkup indikator kompetensi.
Dalam Perdirjen
tersebut dijelaskan definisi tentang model kompetensi guru yang merupakan
standar minimal yang harus dimiliki oleh guru.
Terdapat 4
(empat) kompetensi dalam model kompetensi guru yang dijabarkan atau diturunkan
dalam 12 indikator dan 41 sub indikator kompetensi guru.
Uraian lengkap tingkat penguasaan kompetensi pada setiap sub-indikator beserta levelnya dijabarkan dalam Kerangka Operasional Model Kompetensi Guru pada tautan ini: TABEL SUB INDIKATOR KOMPETENSI GURU
Level Kompetensi
Level kompetensi merepresentasikan
tingkat penguasaan kompetensi pada setiap sub-indikator untuk masing-masing
indikator kompetensi yang melingkupi setiap kompetensi teknis guru. Level yang
dimaksud terdiri atas lima tingkat taksonomi. Penjelasan mengenai tingkat
penguasaan kompetensi, mulai dari level terendah sampai dengan tertinggi,
adalah sebagai berikut:
Level 1 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Paham
Pemaknaan level penguasaaan kompetensi
ini ditunjukkan dengan kemampuan Guru memahami pengetahuan tentang prinsip-prinsip teori dan praktik
dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan profesional, pengelolaan diri, serta
pengelolaan relasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik.
Level 2 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Dasar
Pemaknaan level penguasaan kompetensi
ini ditunjukkan dengan kemampuan Guru menerapkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip teori
dan praktik dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan profesional, pengelolaan
diri, serta pengelolaan relasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
Level 3 - Tingkat Penguasaan Kompetensi
Menengah
Pemaknaan level penguasaan kompetensi
ini ditunjukkan dengan kemampuan Guru mengevaluasi dan merancang perbaikan terhadap pengetahuan tentang
prinsip-prinsip teori dan praktik dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan
profesional, pengelolaan diri, serta pengelolaan relasi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Level 4 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Mumpuni
Pemaknaan level penguasaan kompetensi
ini ditunjukkan dengan kemampuan Guru berkolaborasi dan berbagi praktik baik dengan guru-guru lainnya untuk mengembangkan pengetahuan
tentang prinsip-prinsip teori dan praktik dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan
profesional, pengelolaan diri, serta pengelolaan relasi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Level 5 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Ahli
Pemaknaan level penguasaan kompetensi
ini ditunjukkan dengan kemampuan Guru membimbing guru lain dalam mengembangkan dan menggunakan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip teori dan praktik dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan
profesional, pengelolaan diri, serta pengelolaan relasi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Sumber:
Kemendikbudristek. 2023. Panduan Operasional
Model Kompetensi Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Peraturan Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Nomor 2626/B/HK.04.01/2023 tentang Model Kompetensi Guru.
Bahan yang dapat di-download:
Minggu, 28 Januari 2024
CARA GURU MENGUMPULKAN DATA DENGAN BERBAGAI INSTRUMEN, MENGANALIS, MELAKUKAN REFLEKSI MELALUI PENILAIAN DIRI
Salah satu langkah dalam siklus inkuiri
pada kegiatan komunitas belajar adalah refleksi awal. Refleksi
awal dibuat berdasarkan catatan hasil evaluasi guru selama melaksanakan
pembelajaran. Berdasarkan pengalaman mengelola komunitas belajar, refleksi yang
dilakukan fokus pada permasalahan yang dihadapi anggota sebagai guru saat
melakukan proses pembelajaran. Namun kadang-kadang masih banyak juga
guru yang bingung untuk melakukan refleksi awal ini. Maka pada tulisan akan
dipaparkan tentang apa itu refleksi, jenis refleksi beserta instrumennya,
manfaatnya, dan proses refleksinya.
Minggu, 21 Januari 2024
Jenis-Jenis Komunitas Belajar (Komunitas Belajar Dalam Sekolah, Komunitas Belajar Antar Sekolah, dan Komunitas Belajar Daring Melalui PMM)
Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas tentang bagaimana membangun dan melakssanakan komunitas belajar dalam sekolah. Maka pada tulisan ini kita akan membahas 2 jenis komunitas lainnya, yaitu komunitas belajar antar sekolah (yang dapat dilakukan dalam forum PKG, KKG/MGMP, KKS/MKKS, atau forum lainnya) dan komunitas belajar daring melalui platform merdeka mengajar. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada paparan di bawah ini.
Sabtu, 20 Januari 2024
Cara Membangun dan Melaksanakan Kegiatan Komunitas Belajar dalam Sekolah
Saat ini sudah
mulai dirasakan kebutuhan komunitas belajar, apa lagi dengan adanya Program
Merdeka Belajar berupa Implementasi Kurikulum Merdeka, Rapor Pendidikan sampai
pada Pengelolaan Kinerja pada Plattform Merdeka Mengajar. Guru, kepala sekolah,
dan pengawas satuan Pendidikan harus bersinergi dalam bentuk kolaborasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.
“Kompetisi
membuat kita (bekerja) lebih cepat, kolaborasi membuat kita (bekerja) lebih
baik”
-unknown-
Kolaborasi
adalah keterampilan bekerja sama secara koperatif untuk mencapai tujuan
bersama. Keterampilan ini adalah salah satu keterampilan abad 21 yang harus dimiliki
semua orang termasuk Guru dan Kepala Sekolah. Kolaborasi akan membuat pekerjaan
lebih efektif dan efisien untuk sampai ke tujuan karena pengetahuan, keterampilan
dan sumber daya dibagi bersama para kolaborator.
Menurut Surat
Edaran Dirjen GTK Kemendikbudristek No. 4263/B/HK.04.01/2023 tentang
Optimalisasi Komnuitas Belajar: “Setiap satuan pendidikan harus memiliki
komunitas belajar dalam sekolah yang berpusat pada pembelajaran murid dengan
siklus inkuiri”. Kemudian juga dalam surat edaran ini disampaikan bahwa
satuan pendidikan perlu melakukan belajar bersama di dalam komunitas belajar
antar sekolah yang berfokus pada pembelajaran murid dengan siklus inkuiri dan komunitas
belajar dalam dan antar sekolah dapat berbagi praktik baik melalui webinar pada
tautan yang tersedia dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Rabu, 10 Januari 2024
Panduan Teknis Fitur Pengelolaan Kinerja Guru untuk Atasan Melalui Plattform Merdeka Mengajar
Pengelolaan Kinerja pada PMM adalah alat bantu yang memudahkan Guru dan Kepala Sekolah untuk menentukan sasaran kinerja yang lebih kontekstual sesuai kebutuhan satuan pendidikan dan pengembangan karir guna peningkatan kualitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Fitur Pengelolaan Kinerja ini telah terintegrasi dengan layanan e-kinerja yang dikelola oleh Badan Kepegawaian Negara.
Minggu, 07 Januari 2024
Bagaimana Caranya Siswa untuk Menentukan Mata Pelajaran Pilihan Kelas XI Fase F pada Kurikulum Merdeka?
Bagi satuan pendidikan yang merupakan sekolah penggerak ataupun termasuk dalam satuan pendidikan Implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri (IKM) yang termasuk kategori mandiri berubah dan mandiri berbagi, maka sudah seharusnya merencanakan dan melaksanakan persiapan pemilihan mata pelajaran pilihan untuk kelas XI Fase F pada bulan Januari semester genap ini. Termasuk juga sudah mempunyai data misalnya hasil dari psikotes. Hal ini menjadi suatu keharusan agar peserta didik dapat memilih mata pelajaran pilihan tersebut sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Sehingga betul-betul dipersiapkan dengan matang dan tidak dadakan dengan melibatkan orang tua dan siswa bersama guru BK dan wali kelas.
Termasuk dalam penentuan mata pelajaran pilihan yang akan diambil oleh siswa selayaknya memang siswa tersebut yang memilih sesuai minat, bakat, dan kemampuannya. Jadi bukan sekolah yang menetapkan di awal mata pelajaran pilihan tersebut. Lakukan lah terlebih dahulu pendataan pilihan mata pelajaran sesuai dengan keinginan siswa. Termasuk seandainya ada siswa yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, maka sekolah seharusnya menyediakan keterampilan bisa jadi bekerjasama dengan pihak lain sebagai bekalnya nanti untuk berwirausaha atau bekerja.
Tulisan ini memaparkan cara siswa agar dapat memilih mata pelajaran pilihan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Pada bagian akhir ada peraturan dan panduan yang mengatur pemilihan mata pelajaran pilihan ini. Semoga bermanfaat.
Senin, 01 Januari 2024
50 CONTOH RUBRIK UNTUK ASESMEN BERBAGAI MATA PELAJARAN PADA KURIKULUM MERDEKA
Sistem
pendidikan harus mendorong tumbuhnya praktik belajar-mengajar yang menumbuhkan
daya nalar dan karakter peserta didik secara utuh. Pencanangan kebijakan ”Merdeka
Belajar” dengan Kurikulum Merdeka oleh pemerintah memberikan peluang
yang seluas-luasnya pada guru dan sekolah untuk mengembangkan kreativitas dan
inovasi dalam mendesain sebuah rencana pembelajaran dan penilaian yang
bertanggungjawab, sehingga pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif
untuk semua kompetensi siswa semakin meningkat. Untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan tersebut, tentu saja harus dapat dibuktikan melalui penilaian (asesmen)
pendidikan secara akuntabel. Asesmen menggunakan rubrik akan lebih akurat menilai kompetensi siswa, karena siswa menampilkan hasil belajarnya secara langsung baik berbasis kinerja/performans maupun produk dibandingkan kalau hanya berbasis tes tulis yang sekedar penguasaan konsep belaka.