
Tulisan ini
merupakan tulisan kedua tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tulisan
pertama membahas konsep PPK secara umum dan tulisan kedua ini membahas PPK
dalam implementasinya pada pembelajaran di dalam kelas. Sebenarnya pada
pembelajaran dalam kelas ini kunci untuk keberhasilan pelaksanaan PPK secara
umum. Karena pada kegiatan ini guru banyak berperan bersama peserta didik
secara bersama-sama mengimplementasikan karakter di dalam pembelajaran. Implementasi
PPK dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas,
berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling
terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat membantu
satuan pendidikan dalam merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan
PPK. Implementasi PPK berbasis kelas dapat dilakukan dengan 6 cara, yakni 1)mengintegrasikannya
dalam kurikulum; 2)manajemen atau pengelolaan kelas; 3)pemilihan pendekatan/strategi/metode/model
pembelajaran; 4)pembelajaran tematik; 5)gerakan literasi; dan 6)melalui layanan
bimbingan konseling. Berikut ini paparan mengenai 6 cara tersebut.
1.
Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian PPK dalam
kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK
ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran yang
mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Pendidik dapat
memanfaatkan secara optimal materi yang
sudah tersedia di dalam kurikulum secara
kontekstual dengan penguatan
nilai-nilai utama PPK. Terutama ini untuk mata pelajaran agama dan PPKn
yang mempunyai KD sikap baik spiritual maupun sosial.
Langkah-langkah menerapkan PPK
melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan
cara:
a. melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang
terkandung dalam materi pembelajaran;
b. mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih
metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
c.
melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
d.
melaksanakan penilaian otentik
atas pembelajaran yang dilakukan; dan
e.
melakukan
refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
2.
PPK Melalui Manajemen kelas
Manajemen
kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru
sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk
mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh
komunitas kelas membuat komitmen bersama
agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Pendidik memiliki kewenangan
dalam mempersiapkan (sebelum masuk kelas), mengajar, dan setelah pengajaran,
dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai utama
karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan
lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam
proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai
pendidikan karakter. Contohnya, sebelum
memulai pelajaran pendidik bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis
dan emosional memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan
dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang
akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini
dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati
bersama dengan peserta didik. Tujuan
pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan
membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar.
Pengelolaan
kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini contoh pengelolaan
kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter:
a.
Peserta
didik berbaris di depan kelas terlebih dahulu dan bersalaman dengan guru
sebelum masuk ke dalam kelas (dapat menguatkan disiplin dan menghargai guru)
b.
Peserta
didik membaca doa bersama sebelum pembelajaran dimulai dan membaca kitab suci
sesuai dengan agama masing-masing (dapat menguatkan nilai religius)
c.
Peserta
didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan
di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
d.
Peserta
didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan
pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara
(dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
e.
Pemberian
sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk
tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan
tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
f.
Guru
mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar
diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong,
kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan
kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik
di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk
menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
3.
PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Pendekatan/Strategi/Metode/Model
Pembelajaran
Penguatan
Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan
menggunakan pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang tepat. Guru
harus pandai memilih agar pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang
digunakan secara tidak langsung menanamkan
pembentukan karakter peserta didik. pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran
yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan peserta didik.
Melalui
pendekatan/strategi/metode/model tersebut diharapkan siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada
abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan
kerja sama dalam pembelajaran (collaborative
learning).
Beberapa pendekatan/strategi/metode/model
pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara lain:
a.
Pendekatan
Pembelajaran Saintifik (scientific Learning),
Pendekatan
ini didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan. Di dalam
pembelajaran secara umum sesuai dengan kurikulum 2013 pendekatan ini dimulai
dari mengamati, menanya, mnegumpulkan informasi, mengolah informasi, sampai
dengan mengkomunikasikannya. Namun sekarang sesuai dengan revisi pembelajaran
dalam kurikulum 2013, pendekatan ini tidak lagi menjadi langkah-langkah kaku di
dalam pembelajaran dan hanya sekedar proses berpikir saja. Maka sebaiknya
digunakan model yang didalam langkah-langkahnya sudah terdapat proses berpikir
santifik tersebut. Model tersebut antara lain model discovery learning, inquiry
learning, problem based learning,
dan project based learning.