Slide 1

Berbagai macam moda pembelajaran

Slide 2

Literasi

Slide 3

Kegiatan Pramuka

Slide 4

Kerucut Pengalaman

Slide 5

Pembelajaran Aktif

Tampilkan postingan dengan label Pengelolaan Pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengelolaan Pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Mei 2021

PORTOFOLIO DIGITAL, CARA MUDAH MENGELOLA DAN MENILAI PORTOFOLIO

Pengantar

Mengingat kerumitan dan perlu persiapan yang lebih, tidak mengherankan jika asesmen portofolio kurang diterapkan di sekolah. Pendekatan penilaian yang lebih otentik ini juga menuntut lebih banyak waktu dan perhatian; refleksi, penilaian diri, dan penetapan tujuan merupakan komponen penting dari proses tersebut. Dengan ukuran kelas yang besar, lebih sedikit dukungan, dan lebih banyak sumber daya yang dikhususkan untuk penilaian harian atau ujian, terdapat batasan pada guru yang mungkin ingin memfasilitasi penilaian portofolio. Sehingga penilaian dengan portofolio banyak ditinggalkan ataupun jarang dilakukan oleh guru untuk menilai kinerja atau performan siswa selama pembelajaran.

Portofolio digital atau ePortofolio adalah alat yang berguna untuk memungkinkan pelajar mempertahankan catatan permanen dari perjalanan belajar mereka dan mereka menyediakan praktisi dengan catatan penilaian diri pelajar dan refleksi yang mudah diakses tentang strategi pembelajaran mereka.

Portofolio digital adalah presentasi perjalanan belajar siswa yang dibuat dengan cermat menggunakan jejak/bukti digital sebagai bukti pembelajaran. Memiliki tujuan yang jelas dan terorganisir dengan baik. Ini mengembangkan dan mendemonstrasikan pembelajaran melalui refleksi siswa yang efektif. Pelajar menggunakan keterampilan metakognitif tingkat tinggi untuk mempertimbangkan apa yang mereka pelajari dan menilai sendiri apa yang perlu mereka fokuskan selanjutnya untuk kemajuan pembelajaran mereka. Bukti/jejak digital dapat diturunkan dari aktivitas pembelajaran di semua domain pembelajaran. Portofolio digital yang efektif dapat digunakan untuk merayakan pencapaian, menunjukkan kemajuan melalui perbandingan dari waktu ke waktu, dan memandu pembelajaran di masa depan.

Produksi portofolio digital mendorong kemitraan antara siswa dan guru mereka dan meningkatkan kepemilikan dan akuntabilitas siswa untuk pembelajaran mereka. Portofolio digital memberi siswa, orang tua, dan guru mereka catatan pembelajaran yang kaya. Portofolio digital bukanlah kumpulan dari semua tugas siswa, tetapi pilihan hati-hati yang menunjukkan pertumbuhan dan pengetahuan baru seperti dua bukti/jejak yang menunjukkan kemajuan dalam belajar dari waktu ke waktu.

Guru dapat menggunakan bukti yang disediakan oleh portofolio untuk merefleksikan keefektifan pembelajaran mereka dan untuk membuat penyesuaian pada praktik pengajaran mereka.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, penilaian portofolio telah mengalami kebangkitan popularitas. Banyak perusahaan teknologi sekarang menawarkan alat portofolio digital untuk digunakan di ruang kelas. Alasan terbesarnya adalah kapasitas teknologi untuk menangkap, menampung, dan berbagi dokumen pembelajaran siswa secara online. Munculnya Internet, bersama dengan sekumpulan perangkat seluler yang terjangkau, telah menyebabkan pendidik memikirkan kembali pekerjaan siswa lebih dari sekadar objek atau file fisik. Dalam menggunakan alat digital untuk menangkap pemikiran dan kemajuan siswa, perjalanan belajar siswa mulai menjadi hidup. Kepercayaan diri mereka terdengar saat berpidato dan melihat antusiasme mereka saat menyampaikan topik penelitian di sekolah. Selain itu, teknologi telah memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dalam proses penilaian itu sendiri. Tablet, laptop, ataupun Smart Phone yang diletakkan di tangan peserta didik memberi mereka lebih banyak kesempatan untuk mendokumentasikan, merenungkan, dan menerbitkan karya mereka. Akses untuk berbagi dan menilai pertumbuhan dan pekerjaan terbaik ini lebih mudah ditangkap dengan portofolio digital. Akhirnya, alat-alat ini memberi tahu keluarga tentang pemahaman anak-anak mereka saat ini dan tujuan masa depan. Bagaimana portofolio digital diintegrasikan ke dalam kelas merupakan langkah penting berikutnya.

Sabtu, 22 Mei 2021

Penilaian Portofolio, Salah Satu Penilaian Berbasis Performan atau Kinerja

Defenisi Penilaian Portofolio

Portofolio adalah kumpulan tugas siswa yang menunjukkan upaya, kemajuan, dan pencapaian siswa dalam satu atau lebih bidang kurikulum. Ini harus mewakili kumpulan pekerjaan terbaik siswa atau upaya terbaik, sampel pengalaman kerja yang dipilih siswa terkait dengan hasil yang dinilai, dan dokumen sesuai pertumbuhan dan perkembangan menuju penguasaan hasil yang diidentifikasi. (Paulson, F.L. Paulson, P.R. dan Meyer, CA.1991). Penilaian portofolio juga merupakan kumpulan sistematis dari pekerjaan siswa dan materi terkait yang menggambarkan aktivitas, pencapaian, dan pencapaian siswa dalam satu mata pelajaran atau lebih di sekolah. Koleksi harus mencakup bukti refleksi siswa dan evaluasi diri, pedoman untuk memilih isi portofolio, dan kriteria untuk menilai kualitas pekerjaan (Venn, 2000, hlm. 530-531) Portofolio memiliki berbagai arti dari "laci" tempat dokumen dan materi lain seperti video ditempatkan, ke kerangka kerja yang sangat terstruktur untuk penilaian holistik individu (Margery Davis).

Penilaian berbasis portofolio, seperti judulnya. Alih-alih menilai siswa hanya pada tes standar, tes unit dan kuis, portofolio berfungsi sebagai kompilasi pekerjaan siswa yang dimaksudkan untuk menunjukkan pertumbuhan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penilaian berbasis portofolio berfungsi sebagai cara untuk melacak kemajuan siswa tidak hanya setiap tahun, tetapi tahun ke tahun sepanjang karir sekolah umum mereka. Sekolah atau ruang kelas yang menerapkan penilaian berbasis portofolio akan mengumpulkan berbagai jenis pekerjaan siswa seperti menulis, seni, foto, proyek kelas, dan pekerjaan lain yang menunjukkan perkembangan siswa di kelas. Pada akhir tahun, atau bahkan setiap tiga bulan, guru bekerja dengan siswa tersebut untuk menilai seberapa jauh kemajuan siswa sejak awal tahun, dan apakah siswa telah menunjukkan pembelajaran yang cukup atau belum. maju untuk naik ke tingkat kelas berikutnya, atau kuartal pengajaran berikutnya. Jika ada siswa yang bertanya, guru harus mengadakan diskusi dengan siswa tersebut dan mungkin memberikan kesempatan lain untuk menunjukkan perkembangan dengan cara alternatif. Penilaian portofolio bermaksud untuk menyamakan dan mengindividualisasikan pembelajaran bagi semua siswa, sekaligus menjadikan pembelajaran dan penilaian relevan dengan kehidupan siswa.

Sabtu, 15 Mei 2021

Cara Menanamkan Keterampilan Abad 21 di Sekolah Anda, Agar Lulusannya Siap Menghadapi Tantangan Masa Depan

Saat ini terjadi perubahan yang sangat cepat di segala bidang dan terutama didalam bidang teknologi informasi.

Semuanya maju cepat sekarang, smartphone dan tablet ramping dan selalu berubah, layanan streaming telah mengubah cara kita mengonsumsi hiburan, dan ekonomi global yang semakin meningkat telah mengubah cara kita melakukan segalanya mulai dari belanja bahan makanan hingga liburan.

Dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat, para pendidik dan praktisi pendidikan mempromosikan keterampilan abad ke-21 untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan yang tidak diketahui dan pekerjaan yang selalu berubah tuntutannya.

Apa keterampilan abad ke-21 itu?

Keterampilan abad ke-21 adalah berbagai kompetensi, yang diajarkan di semua tingkat pendidikan, yang memberi siswa keterampilan yang mereka butuhkan untuk memandu angkatan kerja yang selalu berubah.

Menurut Bernie Trilling dan Charles Fadel, penulis 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, keterampilan abad ke-21 mencerminkan gagasan bahwa "dunia telah berubah secara mendasar dalam beberapa dekade terakhir sehingga peran pembelajaran dan pendidikan di zaman kehidupan hari ini juga telah berubah selamanya. "

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi Negara Maju, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mencatat bahwa keterampilan abad ke-21 mengubah siswa menjadi "ahli serba bisa," yaitu, siswa yang dapat "menerapkan kedalaman keterampilan ke lingkup situasi dan pengalaman yang semakin luas, memperoleh kompetensi baru, membangun hubungan dan mengambil peran baru. "

Minggu, 28 Maret 2021

PEMBELAJARAN CAMPURAN (BLENDED LEARNING) SEBAGAI PEMBELAJARAN TERBAIK DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Perkembangan teknologi dan masa pandemi Covid-19 ini mendorong guru untuk lebih kreatif dan memahami serta memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran agar bisa menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Apa lagi saat ini siswa sudah mulai pembelajaran tatap muka di beberapa daerah dengan pembelajaran secara bergilir dan bisa jadi setiap siswa sekali dalam seminggu ke sekolah dengan waktu yang terbatas. Sehingga kalau kita guru atau pihak sekolah tidak merancang pembelajaran dengan baik, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat. Guru ataupun pihak sekolah pasti sudah mencoba dengan berbagai strategi/metode ataupun model pembelajaran yang berkembang saat ini. Salah satu contohnya mulai berkembangnya model pembelajaran seperti model Blended Learning.

Blended Learning ini sejalan dengan Era Revolusi Industri 4.0 termasuk dalam dunia pendidikan harus menyesuaikan. Di samping itu juga dari beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa Blended Learning lebih baik hasil pembelajaran yang didapatkan dibandingkan tatap muka ataupun pembelajaran online semata.

Pada awalnya istilah Blended Learning digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang mencoba untuk menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Konsep Blended Learning pun mulai berkembang dengan adanya beberapa ahli yang mengembangkan dan mendefinisikan model Blended Learning. Maka pada tulisan ini penulis akan memaparkan tentang pengertian, tantangan, tujuan, jenis, sampai penerapannya di kelas ataupun sekolah.

Minggu, 21 Maret 2021

MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (FLIPPED CLASSROOM) SEBAGAI PEMBELAJARAN TERBAIK UNTUK PEMBELAJARAN TATAP MUKA PADA TATANAN BARU TAHUN 2021

Dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih berkepanjangan dan sangat dirasakan dunia pendidikan. Sistem pembelajaran tatap muka di sekolah pada tahun ajaran 2020/2021 yang telah dimulai pada  Bulan Januari 2021 pun belum berjalan normal. Masih banyak daerah tergolong zona merah, kuning dan oranye belum bisa melakukan sistem pembelajaran secara tatap muka. Tentu saja hal ini membuat kepala sekolah dan guru berpikir keras apa yang harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.

Dengan kondisi tersebut, sangat mungkin kedatangan siswa ke sekolah akan dibatasi, baik jumlah hari maupun jumlah siswa per kelas. Bisa jadi, siswa hanya belajar 2 atau 3 hari di sekolah, selebihnya belajar di rumah. Begitu juga agar jaga jarak bisa dilakukan, setiap kelas diisi separuh siswa saja, separuh lagi masuk hari berikutnya. Kemudian juga ketika siswa tatap muka di sekolah hanya 3,5 jam berada di sekolah dengan 3 mata pelajaran. Kalau hanya mengandalkan pembelajaran di sekolah ketika tatap muka maka tidak akan cukup waktu dalam pembelajaran tersebut. Dengan kondisi seperti ini, para kepala sekolah dan guru terus mencari model pembelajaran efektif dan efisien digunakan pada kondisi di tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum maka ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan. Model tersebut adalah model pembelajaran terbalik (Flipped Classroom). Pada tulisan ini penulis akan menjelaskan apa itu pembelajaran terbalik, seperti apa prosedurnya, langkah-langkahnya, sampai tautan video, dan video yang menjelaskan tentang pembelajaran terbalik ini.

Minggu, 14 Maret 2021

Cara Membuat Penugasan dengan Mengedepankan Umpan Balik Menggunakan LMS Formatif

Saat ini sudah banyak sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka, namun masih ada juga yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Bagi sekolah yang sudah melaksanakan pembelajaran tatap mukanya pun masih ada secara campuran antara yang ada di sekolah dengan siswa yang ada di rumah. Maka para guru harus kreatif untuk mencari pembelajaran alternatif yang menggabungkan tatap muka dengan belajar daring.

Di sinilah Formative sebagai salah satu alat teknologi kelas favorit oleh guru saat ini. Ini adalah alat penilaian gratis yang memungkinkan Anda…

·    Membuat berbagai pertanyaan (pilihan ganda, benar / salah, jawaban singkat dan pertanyaan "tunjukkan pekerjaan Anda" yang dapat digambar) untuk disampaikan kepada siswa.

·    Menambahkan konten lain ke pertanyaan (gambar, teks, coretan papan tulis, atau video YouTube)

·      Menyaksikan saat siswa menjawab dari sisi situs guru.

·      Memberikan umpan balik waktu nyata dalam bentuk nilai dan komentar tertulis.

·   Kemudian Anda dapat menyampaikan pertanyaan/konten kepada siswa melalui ruang kelas yang Anda atur di Formatif atau hanya dengan memberi siswa kode singkat untuk penilaian yang dapat mereka masukkan di goformative.com/join.

Minggu, 14 Februari 2021

CARA MEMBUAT WEBSITE PEMBELAJARAN DENGAN GOOGLE SITES

Untuk membuat website, kita tidak selalu harus merogoh kantong, Google menciptakan Google sites yang merupakan salah satu yang bisa kita pilih untuk membuat situs pribadi ataupun komunitas tanpa mengeluarkan biaya. Dengan menggunakan google sites sebagai media pembelajaran, guru bisa memasukkan materi pembelajaran berbentuk teks, visual hingga video pembelajaran. Semua itu bisa kita masukkan ke dalam google sites dan dipublikasikan ke siswa. Selain itu guru juga bisa menyimpan dokumentasi semua kegiatan di kelas atau sekolah ke dalam google sites, dengan ruang yang hampir tak terbatas sehingga bisa menyimpan banyak dokumentasi sekolah.

Selain itu google sites memberikan ruang bagi semua kalangan, tidak hanya siswa, wali murid ataupun pengguna lain bisa berintereaksi, memberikan komentar dan berkontribusi. Guru bisa mengajak siswa untuk berinteraksi dalam pembelajaran online, yang bisa dilaksanakan di luar jam pembelajaran bahkan di luar lingkungan sekolah. Selain itu, google sites bisa dimanfaatkan sebagai mading online yang bisa dilihat oleh semua orang, dimana guru bisa meminta siswa membuat prakarya kemudian diunggah ke situs dan dishare, sehingga orang tua bisa melihat karya anak mereka dengan masuk ke sites.

Maka untuk itu penulis berusaha memaparkan cara untuk membuat website sederhana dengan Google Sites tersebut seperti pada pemaparan di bawah ini.

Minggu, 23 Agustus 2020

Cara Membuat dan Melakukan Asesmen Diagnostik Akademik Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Tulisan ini mengenai cara membuat dan melakukan asesmen diagnostik akademik dan merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang asesmen diagnostik non akademik. Tulisan dimulai dengan pendahuluan tentang apa itu tes atau asesmen diagnostik, cara membuat asesmen diagnostik untuk pembelajaran jarak jauh, melaksanakan asesmen, dan mengolah hasil asesmen diagnostik akademik. Selain itu juga ada buku saku sebagai panduan dalam merancang dan melaksanakan asesmen diagnostik akademik. Mudah-mudahan bermanfaat agar pembelajaran jarak jauh yang kita laksanakan dalam masa pandemi Covid-19 ini lebih bermakna bagi siswa-siswa kita.

Pendahuluan

Tes atau asesmen diagnostik dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik pemahaman siswa terhadap konsep–konsep kunci sebelum, selama dan setelah proses pembelajaran (Edusains 2014, 21 Oktober 2016). Menurut Arikunto (2013), tes atau asesmen diagnostik adalah tes atau asesmen yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Asesmen diagnostik dapat dilakukan terhadap siswa yang sedang mempelajari materi. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap pelajaran. Ada siswa yang memiliki kesulitan dalam mengikuti pelajaran, oleh karena itu guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa.

Selain terhadap siswa yang sedang mempelajari suatu materi, asesmen diagnostik dilakukan pada saat siswa akan mengakhiri materi. Melalui asesmen ini maka guru akan mengetahui sejauh mana pelajaran dapat diikuti oleh siswa. Melalui asesmen ini guru dapat memetakan pada bagian mana siswa mengalami kesulitan, sehingga dapat segera disiapkan materi remedial

Sabtu, 22 Agustus 2020

Cara Membuat dan Melakukan Assessmen Non Akademik untuk Pembelajaran Jarak Jauh

Asesmen adalah upaya untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki, hambatan/kesulitan yang dialami, mengetahui latar belakang mengapa hambatan atau kesulitan itu muncul dan untuk mengetahui bantuan apa yang dibutuhkan oleh yang bersangkutan. Berdasarkan data hasil asesmen tersebut dapat dibuat program pembelajaran yang tepat bagi anak itu.

Asesmen perkembangan (non-akademik) meliputi asesmen perkembangan kognitif, persepsi, motorik, social-emosi, perilaku dan asesmen perkembangan bahasa. Seorang guru yang akan melakukan asesmen perkembangan harus memahami secara mendalam tentang perkembangan anak, jika tidak maka asesmen hambatan perkembangan sulit untuk dilakukan.

Bagaimana langkah-langkah menyusun sebuah instrumen asesmen?, secara umum (1) menetapkan dan merumuskan tujuan melakukan asesmen, (2) menetapkan aspek kemampuan anak yang akan diasesmen, (3) menetapkan dan menyusun instrumen asesmen yang akan dipergunakan. Akan lebih baik, jika instrumen sudah tersusun kemudian mengajak teman-teman sejawad untuk mengkajinya bersama-sama agar mendapatkan instrumen yang lebih baik. Maka untuk assessmen non akademik ini sebaiknya dibuat oleh Guru Bimbingan Konseling (BK) dan dilakukan dalam Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

 

Kamis, 05 Oktober 2017

Sistem Penjaminan Mutu Internal di Sekolah

Tulisan ini berisikan sistem penjaminan mutu secara internal yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka memenuhi 8 standar pendidikan. Program penjaminan mutu ini merupakan program sekolah model yang dilaksanakan oleh LPMP. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari sekolah yang mengisi instrumen PMP yang kemudian dilakukan pemetaan mutu dan membuat program kegiatan untuk meningkatkan standar yang memang belum mempunyai nilai baik. Maka seyogyanya satuan pendidikan mengisi instrumen PMP sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga bisa dibuat program yang betul-betul bisa meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Tulisan ini juga dilengkapi dengan bahan yang bisa diunduh pada bagian akhir tulisan ini. Mudah-mudahan bermanfaat.

A.     Pendahuluan
Penjaminan mutu memang menjadi permasalahan tersendiri di dunia pendidikan kita. Banyak sekolah bagus ketika berganti kepala sekolahnya kembali menjadi sekolah biasa-biasa saja. Hal ini terjadi karena kepala sekolah baru tidak melanjutkan program-program yang baik dari kepala sekolah sebelumnya. Kepala sekolah tersebut membuat program atau kebijakan hanya berdasarkan inspirasi sesaat tanpa kajian yang mendalam dalam bentuk rencana kerja baik jangka pendek/satu tahun, jangka menengah, dan jangka panjang. Kalau ini terus berlangsung maka pendidikan kita hanya akan berjalan di tempat tanpa ada kemajuan yang berarti.
Kemudian juga wajar setiap survei internasional (PISA, TIMS, dan lain-lain) peringkat mutu pendidikan di negara kita ini tidak ada perubahan secara signifikan. Jarak antara nilai ujian sekolah dan ujian nasional yang jauh. Para guru kita hanya berkutat dan menghabiskan waktu untuk membuat perangkat saja. Atau pun para guru kita di dalam proses pembelajarannya tidak sejalan dengan apa yang direncanakan, apa yang dilaksanakan, dan apa pula yang dinilai.
Berdasarkan survei ke beberapa sekolah dan diskusi sekolah umumnya memang belum melaksanakan penjaminan mutu secara utuh. Dalam beberapa diskusi Kepala Sekolah atau guru juga tidak tahu standar mutu yang harus mereka capai seperti apa. Peningkatan mutu dianggap bukan tugas sekolah namun menjadi tanggung jawab pemerintah. 
Perencanaan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah tidak sepenuhnya merencanakan peningkatan mutu sekolah untuk memenuhi 8 SNP. Sebagai akibatnya guru akan mengajar sesuai kemampuannya dengan fasilitas seadanya, bahkan alat-alat bantu pembelajaran yang mereka miliki terkadang tidak mereka gunakan. Sekolah favorit umumnya telah mampu melakukan pengelolaan sekolah dengan baik, namun sebagian besar sekolah (umumnya bukan sekolah favorit) tidak tahu bagaimana melakukan pengelolaan sekolah sesuai standar mutu pengelolaan. Kontrol pada seluruh kegiatan di sekolah belum dilakukan dengan baik dan kalaupun dilakukan oleh kepala sekolah umumnya mereka tidak memiliki catatan tentang kekurangan yang terjadi, misalnya:
1.  apakah guru kelas atau mapel telah melakukan proses pembelajaran sesuai dengan standar mutu?
2.  apakah praktikum yang djalankan telah sesuaindengan standar mutu yang seharusnya?
3.  apakah metode pembelajaran yang dijalankan oleh guru dijamin dapat membuat siswa paham, terampil dan telah membentuk sikap siswa (berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya)?
4.  apakah saranaprasarana yang dimiliki telah terkelola dengan baik, misalnya apakah kantin cukup sehat, ruang kelas, ruang guru, dan fasilitas umum cukup bersih dan nyaman, sarana sanitasi bersih, taman dan ruang terbuka hijau terkelola, sampah sudah terkelola dengan baik dan sebagainya?
5.  bagaimana perilaku siswa, apakah masih terjadi perkelahian antar siswa, bullying, tidak disiplin, kurang hormat atau sopan, tidak bisa bekerjasama, tidak menghormati hak orang lain dan sebagainya?
Artinya review terhadap mutu pendidikan secara keseluruhan belum dilakukan oleh sekolah, dengan kata lain sekolah belum memiliki peta mutu pendidikan. Sebagai akibatnya perencanaan tahunan yang dibuat tidak ditujukan untuk peningkatan mutu, terutama peningkatan mutu pembelajaran dan pengelolaan sekolah untuk dapat menghasilkan lulusan yang bermutu.
Pengawasan oleh pengawas sekolah belum sepenuhnya mampu membaca bagaimana mutu pengelolaan dan proses pembelajaran sekolah. Demikian juga pendampingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah, belum secara signifikan bisa meningkatkan mutu sekolah dan dapat ditunjukkan dengan ukuran yang jelas. Hasil review oleh pengawas tidak disatukan dengan Evaluasi Diri Sekolah yang datanya dikelola oleh Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan.
B.     Pengertian
Sistem penjaminan mutu internal adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan.
Sistem penjaminan mutu internal pendidikan dasar dan menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
Berdasarkan gambar di atas untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan maka dilandasi pengelolaan satuan pendidikan yang baik dengan pendidik dan tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan yang mendukung untuk menjalankan isi, proses, dan penilaian yang dinamis sesuai dengan kebutuhan zaman.

Minggu, 11 Juni 2017

Cara Mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pada Pembelajaran di dalam Kelas



Tulisan ini merupakan tulisan kedua tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tulisan pertama membahas konsep PPK secara umum dan tulisan kedua ini membahas PPK dalam implementasinya pada pembelajaran di dalam kelas. Sebenarnya pada pembelajaran dalam kelas ini kunci untuk keberhasilan pelaksanaan PPK secara umum. Karena pada kegiatan ini guru banyak berperan bersama peserta didik secara bersama-sama mengimplementasikan karakter di dalam pembelajaran. Implementasi PPK dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat membantu satuan pendidikan dalam merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan PPK. Implementasi PPK berbasis kelas dapat dilakukan dengan 6 cara, yakni 1)mengintegrasikannya dalam kurikulum; 2)manajemen atau pengelolaan kelas; 3)pemilihan pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran; 4)pembelajaran tematik; 5)gerakan literasi; dan 6)melalui layanan bimbingan konseling. Berikut ini paparan mengenai 6 cara tersebut.
1.     Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan  nilai-nilai utama PPK. Pendidik dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai utama PPK. Terutama ini untuk mata pelajaran agama dan PPKn yang mempunyai KD sikap baik spiritual maupun sosial.
Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
a.     melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran;
b.    mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
c.      melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
d.     melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan; dan
e.      melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
2.     PPK Melalui Manajemen kelas
Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Pendidik memiliki kewenangan dalam mempersiapkan (sebelum masuk kelas), mengajar, dan setelah pengajaran, dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai utama karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter. Contohnya,  sebelum memulai pelajaran pendidik bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan,  didialogkan, dan disepakati bersama dengan peserta   didik. Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar.
Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter:
a.      Peserta didik berbaris di depan kelas terlebih dahulu dan bersalaman dengan guru sebelum masuk ke dalam kelas (dapat menguatkan disiplin dan menghargai guru)
b.     Peserta didik membaca doa bersama sebelum pembelajaran dimulai dan membaca kitab suci sesuai dengan agama masing-masing (dapat menguatkan nilai religius)
c.      Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
d.     Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
e.      Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
f.       Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
3.     PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Pendekatan/Strategi/Metode/Model Pembelajaran
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan  melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai memilih agar pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang digunakan   secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik.
Melalui pendekatan/strategi/metode/model tersebut diharapkan siswa  memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
Beberapa pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara lain:
a.      Pendekatan Pembelajaran Saintifik (scientific Learning),
Pendekatan ini didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai   dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan. Di dalam pembelajaran secara umum sesuai dengan kurikulum 2013 pendekatan ini dimulai dari mengamati, menanya, mnegumpulkan informasi, mengolah informasi, sampai dengan mengkomunikasikannya. Namun sekarang sesuai dengan revisi pembelajaran dalam kurikulum 2013, pendekatan ini tidak lagi menjadi langkah-langkah kaku di dalam pembelajaran dan hanya sekedar proses berpikir saja. Maka sebaiknya digunakan model yang didalam langkah-langkahnya sudah terdapat proses berpikir santifik tersebut. Model tersebut antara lain model discovery learning, inquiry learning, problem based learning, dan project based learning.

Minggu, 04 Juni 2017

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)



Tulisan ini terdiri dari empat tulisan yang pertama berisikan uraian singkat tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), kedua tentang Implementasi PPK di dalam pembelajaran, ketiga implementasi PPK di sekolah, dan yang keempat implementasi PPK di masyarakat. Pada tulisan pertama ini berisikan pendahuluan tentang PPK, lima karakter utama yang akan dikembangkan dalam gerakan PPK, prinsip-prinsip gerakan PPK, dan fokus gerakan PPK.
Pendahuluan
Pendidikan kita saat ini masih belum memandang siswa sebagai manusia yang utuh, karena pendidikan kita lebih cenderung menghargai kecerdasan akademik. Hal ini tidak dapat kita pungkiri dengan masih adanya sekolah-sekolah di daerah akan merasa bangga bila siswanya mendapat peringkat 10 besar untuk nilai Ujian Nasional baik tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi, namun untuk tingkat nasional sudah mulai tidak menjadi tolak ukur utama untuk keberhasilan siswa atau sekolah. Pada hal kita tahu bahwasanya siswa kita nanti di dalam kehidupannya kelak lebih membutuhkan karakter dibandingkan dengan kemampuan akademik.
Lebih dari itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan atau mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik dan spiritual) (Effendy, 2016). Apa yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah pikir yang menumbuhkan kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam sampai kepada pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru pada pengembangan olah pikir tingkat rendah. Persoalan ini perlu diatasi dengan sinergi berkelanjutan antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat melalui penguatan pendidikan karakter untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, berbudaya, dan berkarakter.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita, menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut, Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa, penambahan dan pemajanan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Baik pada masa sekarang maupun masa akan datang, pengintegrasian, pendalaman, perluasan, dan penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut perlu diabdikan untuk mewujudkan revolusi mental atau revolusi karakter bangsa. Dengan demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Revolusi Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa.
Lima Karakter Utama
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.   Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku  melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.