Di bawah ini terdapat panduan/pedoman/modul pelaksanaan kurikulum 2013 atau pedoman pembelajaran lainnya. Panduan ini terdiri dari panduan penilaian SMA terbaru yang sudah ditandatangani, pedoman penyelenggaraan SKS, Modul penyusunan soal HOTS, dan lainnya. Untuk mendownloadnya dengan cara meng-klik judulnya. Mudah-mudahan bermanfaat, Maju Bersama, Hebat Semua.
Selasa, 20 Juni 2017
Minggu, 11 Juni 2017
Cara Mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pada Pembelajaran di dalam Kelas
Tulisan ini
merupakan tulisan kedua tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tulisan
pertama membahas konsep PPK secara umum dan tulisan kedua ini membahas PPK
dalam implementasinya pada pembelajaran di dalam kelas. Sebenarnya pada
pembelajaran dalam kelas ini kunci untuk keberhasilan pelaksanaan PPK secara
umum. Karena pada kegiatan ini guru banyak berperan bersama peserta didik
secara bersama-sama mengimplementasikan karakter di dalam pembelajaran. Implementasi
PPK dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas,
berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling
terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat membantu
satuan pendidikan dalam merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan
PPK. Implementasi PPK berbasis kelas dapat dilakukan dengan 6 cara, yakni 1)mengintegrasikannya
dalam kurikulum; 2)manajemen atau pengelolaan kelas; 3)pemilihan pendekatan/strategi/metode/model
pembelajaran; 4)pembelajaran tematik; 5)gerakan literasi; dan 6)melalui layanan
bimbingan konseling. Berikut ini paparan mengenai 6 cara tersebut.
1.
Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian PPK dalam
kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK
ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran yang
mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Pendidik dapat
memanfaatkan secara optimal materi yang
sudah tersedia di dalam kurikulum secara
kontekstual dengan penguatan
nilai-nilai utama PPK. Terutama ini untuk mata pelajaran agama dan PPKn
yang mempunyai KD sikap baik spiritual maupun sosial.
Langkah-langkah menerapkan PPK
melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan
cara:
a. melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang
terkandung dalam materi pembelajaran;
b. mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih
metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
c.
melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
d.
melaksanakan penilaian otentik
atas pembelajaran yang dilakukan; dan
e.
melakukan
refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
2.
PPK Melalui Manajemen kelas
Manajemen
kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru
sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk
mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh
komunitas kelas membuat komitmen bersama
agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Pendidik memiliki kewenangan
dalam mempersiapkan (sebelum masuk kelas), mengajar, dan setelah pengajaran,
dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai utama
karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan
lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam
proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai
pendidikan karakter. Contohnya, sebelum
memulai pelajaran pendidik bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis
dan emosional memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan
dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang
akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini
dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati
bersama dengan peserta didik. Tujuan
pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan
membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar.
Pengelolaan
kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini contoh pengelolaan
kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter:
a.
Peserta
didik berbaris di depan kelas terlebih dahulu dan bersalaman dengan guru
sebelum masuk ke dalam kelas (dapat menguatkan disiplin dan menghargai guru)
b.
Peserta
didik membaca doa bersama sebelum pembelajaran dimulai dan membaca kitab suci
sesuai dengan agama masing-masing (dapat menguatkan nilai religius)
c.
Peserta
didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan
di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
d.
Peserta
didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan
pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara
(dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
e.
Pemberian
sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk
tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan
tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
f.
Guru
mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar
diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong,
kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan
kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik
di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk
menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
3.
PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Pendekatan/Strategi/Metode/Model
Pembelajaran
Penguatan
Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan
menggunakan pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang tepat. Guru
harus pandai memilih agar pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran yang
digunakan secara tidak langsung menanamkan
pembentukan karakter peserta didik. pendekatan/strategi/metode/model pembelajaran
yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan peserta didik.
Melalui
pendekatan/strategi/metode/model tersebut diharapkan siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada
abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan
kerja sama dalam pembelajaran (collaborative
learning).
Beberapa pendekatan/strategi/metode/model
pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara lain:
a.
Pendekatan
Pembelajaran Saintifik (scientific Learning),
Pendekatan
ini didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan. Di dalam
pembelajaran secara umum sesuai dengan kurikulum 2013 pendekatan ini dimulai
dari mengamati, menanya, mnegumpulkan informasi, mengolah informasi, sampai
dengan mengkomunikasikannya. Namun sekarang sesuai dengan revisi pembelajaran
dalam kurikulum 2013, pendekatan ini tidak lagi menjadi langkah-langkah kaku di
dalam pembelajaran dan hanya sekedar proses berpikir saja. Maka sebaiknya
digunakan model yang didalam langkah-langkahnya sudah terdapat proses berpikir
santifik tersebut. Model tersebut antara lain model discovery learning, inquiry
learning, problem based learning,
dan project based learning.
Minggu, 04 Juni 2017
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Tulisan ini
terdiri dari empat tulisan yang pertama berisikan uraian singkat tentang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), kedua tentang Implementasi PPK di
dalam pembelajaran, ketiga implementasi PPK di sekolah, dan yang keempat implementasi PPK di masyarakat. Pada tulisan pertama ini berisikan pendahuluan tentang PPK, lima
karakter utama yang akan dikembangkan dalam gerakan PPK, prinsip-prinsip gerakan
PPK, dan fokus gerakan PPK.
Pendahuluan
Pendidikan kita
saat ini masih belum memandang siswa sebagai manusia yang utuh, karena
pendidikan kita lebih cenderung menghargai kecerdasan akademik. Hal ini tidak
dapat kita pungkiri dengan masih adanya sekolah-sekolah di daerah akan merasa
bangga bila siswanya mendapat peringkat 10 besar untuk nilai Ujian Nasional
baik tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi, namun untuk tingkat
nasional sudah mulai tidak menjadi tolak ukur utama untuk keberhasilan siswa
atau sekolah. Pada hal kita tahu bahwasanya siswa kita nanti di dalam
kehidupannya kelak lebih membutuhkan karakter dibandingkan dengan kemampuan
akademik.
Lebih dari
itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan atau mengabaikan beberapa dimensi penting
dalam pendidikan, yaitu olah raga (kinestetik), olah
rasa (seni) dan olah hati (etik dan spiritual)
(Effendy, 2016). Apa yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah pikir yang menumbuhkan
kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam sampai kepada
pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru pada
pengembangan olah pikir tingkat rendah. Persoalan ini perlu diatasi dengan
sinergi berkelanjutan antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat
melalui penguatan pendidikan karakter untuk mewujudkan Indonesia yang
bermartabat, berbudaya, dan berkarakter.
Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi
Mental sekaligus bagian integral Nawacita, menempatkan pendidikan karakter
sebagai dimensi terdalam atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan
karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut,
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan
sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang
sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian
dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan
luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah,
keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa
penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
pengembangan karakter siswa, penambahan dan pemajanan kegiatan belajar siswa,
dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian
penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen
Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Baik
pada masa sekarang maupun masa akan datang, pengintegrasian, pendalaman,
perluasan, dan penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut
perlu diabdikan untuk mewujudkan revolusi mental atau revolusi karakter bangsa.
Dengan demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan
Revolusi Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung pada
terciptanya revolusi karakter bangsa.
Lima Karakter
Utama
Ada lima
nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Religius
Nilai karakter religius
mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan
damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga
dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan
sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius
ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain
cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan,
antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.