Sesuai dengan pendekatan
pembelajaran mendalam khususnya pada pengalaman belajar menyatakan bahwa siswa harus memahami dulu baru dapat mengaplikasikan
dan merefleksi pembelajarannya. Maka dengan Taksonomi SOLO ini
merupakan pengembangan dari Taksonomi Bloom dengan tingkat berpikir yang
mudah diamati pada setiap levelnya dan guru dapat menentukan jenis bantuan
yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Senin, 18 Agustus 2025
Teori ke Praktik: Bagaimana Guru Dapat Menerapkan Taksonomi SOLO Pada Pembelajaran Mendalam di dalam Kelas?
Minggu, 17 Agustus 2025
Seperti Apa Tingkatan Pemahaman Taksonomi SOLO di dalam Kelas?
Sebelumnya sudah kita bahas
secara umum konsep tentang Taksonomi SOLO mulai dari pengertian, asalnya,
prinsip, tingkat, perbedaan dengan Taksonomi Bloom, dan manfaatnya. Maka pada
tulisan ini khusus menjelaskan seperti apa tingkatan pemahaman Taksonomi SOLO
di dalam kelas?
Silakan pahami materi sebelumnya
melalui tautan di bawah ini:
Taksonomi SOLO (Struktur Hasil
Pembelajaran yang Diamati) menguraikan lima tingkat pemahaman, berkembang dari
pemahaman dasar ke pemahaman yang lebih kompleks: Prastruktural,
Unistruktural, Multistruktural, Relasional, dan berpikir Abstrak yang Mendalam.
Tingkatan ini membantu pendidik memahami dan menilai bagaimana siswa memahami
konsep dan menunjukkan pembelajaran mereka
Mari kita uraikan ini ke dalam
istilah yang lebih praktis untuk lebih memahami seperti apa tingkat pemahaman
ini di dalam kelas.
1. Prastruktural
Biggs berpendapat
bahwa “respons pra-struktural tidak tepat sasaran” dan “menunjukkan sedikit
bukti pembelajaran yang relevan” (Biggs & Tang, 2007, hlm. 87).
Kita dapat
mengamati bahwa seorang siswa berada dalam tahap prastruktural ketika mereka
menanggapi pertanyaan dengan jawaban sederhana seperti:
·
"Saya
tidak mengerti."
·
"Apa
yang harus aku lakukan?"
·
"Saya
belum pernah mendengar hal ini sebelumnya."
·
"Aku
tidak tahu"
·
"Saya
punya satu ide."
·
"Saya
dapat mendefinisikan suatu istilah."
·
"Saya
bisa melakukan prosedur sederhana."
·
“Saya
hanya mengulang apa yang seharusnya saya katakan”, atau dengan komentar yang
tidak relevan.
2. Unistruktural
Biggs menjelaskan: “Respons
unistruktual berurusan dengan terminologi, sesuai jalur tetapi tidak lebih dari
itu” (Biggs & Tang, 2007, hlm. 87).
Pada tingkat ini,
seorang siswa mungkin dapat mengidentifikasi dan menyebutkan beberapa hal dan
mengikuti prosedur sederhana yang telah diajarkan kepada mereka.
Meskipun beberapa
elemen suatu topik mungkin telah dibahas oleh siswa, mereka juga akan
kehilangan banyak bagian penting dari topik tersebut yang dibutuhkan untuk
benar-benar memahaminya.
Seorang siswa yang memberikan jawaban tidak terstruktur terhadap suatu pertanyaan kemungkinan besar akan berkata:
· "Saya punya banyak ide tentang topik ini!"
· "Saya dapat menjelaskan beberapa ide saya."
· “Saya memiliki pemahaman tentang topik ini'
· "Saya tidak mengerti bagaimana ide-ide ini saling berhubungan.
3. Multistruktural
Pengetahuan
siswa masih terbatas pada mengingat, menghafal, dan menirukan apa yang telah
mereka pelajari. Oleh karena itu, siswa hanya memiliki pemahaman tingkat
permukaan. Mereka tidak dapat menggunakan suatu konsep dengan cara yang baru
dan inovatif karena mereka belum memahaminya dengan cukup baik.
Contoh:
Siswa multistruktur itu seperti tukang bangunan tanpa alat: semua bagiannya ada, tetapi ia tidak tahu bagaimana menghubungkannya. Anda mungkin pernah merasakan hal ini ketika membongkar beberapa furnitur Ikea dan ternyata tergeletak di lantai berkeping-keping!
Siswa pada tingkat relasional mungkin berkata:
·
"Saya
tahu bagaimana ide-ide ini saling berhubungan."
·
"Saya
dapat menerapkan apa yang telah saya pelajari."
· "Saya
tahu beberapa hal tentang topik ini" atau "Saya telah mengumpulkan
beberapa informasi tentang topik ini".
·
"Saya
dapat menjelaskan MENGAPA ini terjadi."
4. Relasional
Sebagaimana
dikemukakan Biggs: "perubahan kualitatif dalam pembelajaran dan
pemahaman telah terjadi. Ini bukan lagi soal mencatat fakta dan detail"
(Biggs & Tang, 2007, hlm. 87).
Pada
tingkat relasional, siswa mulai melihat bagaimana bagian-bagian suatu topik
disatukan. Mereka dapat:
·
Mengidentifikasi
pola.
·
Jelaskan
bagaimana bagian-bagian suatu topik saling terkait.
·
Bandingkan
dan bedakan berbagai elemen suatu topik.
·
Melihat
suatu topik dari beberapa perspektif.
Inti
dari pengetahuan relasional adalah kemampuan untuk menciptakan struktur dan
sistem untuk memilah pengetahuan. Siswa mulai menjelaskan hubungan antar
berbagai hal dengan menggunakan pemodelan sistemik dan beberapa pemodelan
teoretis.
Siswa pada tingkat
abstrak yang diperluas mungkin berkata:
·
"Saya
dapat menggunakan apa yang saya pelajari dan menerapkannya pada hal lain."
·
"Saya
dapat membuat prediksi berdasarkan apa yang saya pelajari."
·
"Saya
dapat mengevaluasi sesuatu berdasarkan apa yang saya pelajari."
·
“Saya
dapat melihat hubungan antara informasi yang telah saya kumpulkan”.
5. Berpikir Abstrak yang Mendalam
Biggs
berpendapat bahwa esensi dari respons abstrak yang diperluas "melampaui
apa yang telah diberikan" (Biggs & Tang, 2007, hlm. 87). Dengan
kata lain, siswa dapat menciptakan pengetahuan baru dan menerapkan pengetahuan
yang mereka miliki dalam berbagai konteks berkat pemahaman mereka yang mendalam
tentang topik tersebut.
Sebuah
Contoh: Misalnya, seorang siswa dapat mempelajari sesuatu di kelas dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka di luar kelas dalam konteks yang sama
sekali berbeda.
Siswa
juga mungkin dapat menghasilkan ide-ide teoritis dan kemudian menggunakannya
untuk membuat asumsi tentang kejadian di masa mendatang.
Siswa pada tingkat
abstrak yang diperluas mungkin berkata:
·
"Saya
dapat menggunakan apa yang saya pelajari dan menerapkannya pada hal lain."
·
"Saya
dapat membuat prediksi berdasarkan apa yang saya pelajari."
·
"Saya
dapat mengevaluasi sesuatu berdasarkan apa yang saya pelajari."
· “Dengan
merenungkan dan mengevaluasi pembelajaran saya, saya dapat melihat gambaran
yang lebih besar dan menghubungkan banyak ide yang berbeda bersama-sama”.
Sumber:
https://www.structural-learning.com/post/what-is-solo-taxonomy
https://learn.rumie.org/jR/bytes/how-do-i-use-solo-taxonomy-to-help-my-students-succeed/
https://www.educationperfect.com/article/solo-taxonomy/
https://helpfulprofessor.com/solo-taxonomy/
https://blog.tcea.org/tag/solo-taxonomy/
http://www.myrossbush.school.nz/solo-taxonomy.html
Taksonomi SOLO, Sebuah Pendekatan untuk Memahami Berbagai Tingkat Pemahaman Siswa Sesuai dengan Pembelajaran Mendalam
Ruang kelas masa kini beragam.
Peserta didik datang ke kelas kita dari berbagai latar belakang dan posisi
yang berbeda dalam perkembangan dan pembelajaran mereka. Sebagai guru, kita
harus berupaya menciptakan dan menyediakan pengalaman pembelajaran di
mana: semua pelajar adalah peserta aktif dalam pembelajaran mereka dan semua
pelajar diberikan dukungan yang menawarkan mereka kesempatan untuk sukses.
Inilah pola pikir untuk praktik
inklusif yang bermakna dan disengaja. Melalui praktik inklusif, kita
berupaya mengidentifikasi apa yang harus diketahui, dipahami, dan mampu
dilakukan peserta didik sebagai hasil dari pengalaman pendidikan ini,
mengartikulasikan tujuan pembelajaran dan kriteria keberhasilan yang jelas,
serta menyediakan perancah yang diperlukan dan tepat agar setiap peserta
didik dapat mencapai kriteria keberhasilan tersebut. Lalu, bagaimana kita dapat
berhasil menyediakan lingkungan inklusif yang secara aktif melibatkan peserta
didik dari berbagai latar belakang dan di berbagai posisi dalam perjalanan
perkembangan mereka?
Rabu, 30 Juli 2025
Cara Satuan Pendidikan Merencanakan Kegiatan Kokurikuler (Pengganti P5) pada Pembelajaran Mendalam
Dengan
keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025
tentang Standar Kompetensi Lulusan, maka Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah tidak berlaku lagi. Sehingga dampaknya juga profil
lulusan sebelumnya yang berupa Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6
rumusan karakter dan kompetensi (Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia; Berkebinekaan global; Bergotong royong; Mandiri; Bernalar
kritis; dan Kreatif) berganti dengan 8 Dimensi Profil Lulusan yang
terdiri dari: keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; kewargaan; penalaran
kritis; kreativitas; kolaborasi; kemandirian; kesehatan; dan komunikasi. Selain
itu juga sebelumnya ada rapor P5 dan sekarang tidak ada lagi rapor P5 diganti
dengan ada satu kolom untuk deskripsi kokurikuler pada rapor yang memuat
mata pelajaran seperti biasanya. Kegiatan kokurikuler ini dilaksanakan untuk semua
kelas dan bukan hanya kelas level bawah saja.
Minggu, 20 Juli 2025
Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu Sebagai Salah Satu Kokurikuler Pengganti P5 pada Pembelajaran Mendalam
Berdasarkan Permendikdasmen No 13
Tahun 2025 tentang Struktur Kurikulum terdapat pembelajaran yang bersifat kokurikuler.
Kalau pada struktur kurikulum sebelumnya digunakan untuk Proyek P5. Kokurikuler
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu,
gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat, dan/atau cara lainnya. Pembelajaran
kolaboratif lintas disiplin ilmu ini dapat dilaksanakan berupa pembelajaran
berbasis proyek, STEM, STEAM, atau pembelajaran kolaboratif lainnya.
Jumat, 18 Juli 2025
Kumpulan Peraturan, Pedoman, Panduan, dan Sumber Belajar untuk Pembelajaran Mendalam dan Koding/Kecerdasan Artifisial
Sekarang
ini lagi saatnya Kementerian Pendidikan Dasar Menengah melalui Balai/Kantor
Guru dan Tenaga Kependidikan di setiap provinsi di seluruh Indonesia
melaksanakan pelatihan untuk Pembelajaran Mendalam (PM) dan Koding serta Kecerdasan
Artifisial (KKA). Maka untuk itu kami mengumpulkan bahan-bahan yang berupa
peraturan, pedoman, panduan, dan sumber belajar yang berhubungan dengan dua
tema tersebut. Semoga bermanfaat.
Jumat, 11 Juli 2025
30 Contoh Jingle dan Yel-Yel MPLS Ramah Tahun Ajaran Baru 2025/2026
Pengenalan
lingkungan sekolah menjadi tahap penting untuk membentuk kesan awal peserta
didik baru. Oleh sebab itu, kehadiran jingle dan yel-yel MPLS Ramah 2025
memberikan pendekatan kreatif yang mampu menyemarakkan suasana secara
menyenangkan sesuai dengan prinsip dari MPLS yaitu ramah dan edukatif.
Maka di bawah ini terdapat 30 contoh jingle dan yel-yel yang dikumpulkan dari
berbagai sumber untuk dapat digunakan pada kegiatan MPLS. Semoga bermanfaat.
Kamis, 10 Juli 2025
Apa itu Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) Ramah dan Bagaimana Teknis Pelaksanaannya?
Masa sekarang ini ketika awal tahun pelajaran pada hari-hari minggu pertama masuk sekolah pasti sekolah atau satuan pendidikan disibukkan dengan persiapan pengenalan lingkungan sekolah atau disebut dengan MPLS. Maka Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengeluarkan panduan resmi masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) untuk siswa PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK baru tahun ajaran 2025/2026 dalam bentuk surat edaran nomor 10 tahun 2025 dan panduan pelaksanaannya. Dalam surat edaran tersebut jelas sekali perbedaanya dengan tahun sebelumnya, mulai dari waktu, jenis kegiatan, materi, dan sampai larangan dalam kegiatan MPLS ini. Maka tulisan ini akan menguraikan hal-hal tersebut dan pada akhir tulisan ada tautan sumber belajar MPLS Ramah dan bahan yang dapat Anda unduh. Semoga setiap satuan pendidikan dapat mengimplementasikannya dengan baik.
Minggu, 29 Juni 2025
Inkuiri Kolaboratif Sebagai Pengganti Komunitas Belajar Untuk Memperkuat Implementasi Pembelajaran Mendalam
Jepang terkenal dengan kualitas
pendidikannya dengan berhasil mempertahankan posisinya di sepuluh besar untuk
standar pendidikan tertinggi di dunia selama ini. Salah satu rahasianya dengan Lesson
Study. Lesson Study menciptakan ruang aman tempat guru
dapat mengeksplorasi pendekatan dan mengambil risiko, sambil mengamati
dengan saksama dampaknya pada pembelajaran siswa mereka dan dengan berfokus
bersama pada pembelajaran siswa mereka, mereka memahami inti dari apa yang
harus diubah dalam pengajaran mereka. Maka kita di Indonesia mencoba dengan
pendekatan baru dalam pengembangan professional guru dengan inkuiri
kolaboratif yang sebelumnya dikenal juga dengan komunitas belajar (Kombel)
dengan siklus refleksi awal, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Mari kita
simak bersama seperti apa inkuiri kolaboratif itu mulai dari pengertian,
perbedaan dengan inkuiri tradisional, pentingnya, manfaat, prinsip, dan nilai
yang harus dipegang oleh guru dengan berbagai peran didalamnya.
Sabtu, 21 Juni 2025
Bagaimana Penerapan Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial di Satuan Pendidikan?
Pemanfaatan teknologi seperti
kecerdasan artifisial (AI), mahadata (big data), dan Internet of
Things (IoT) makin mendominasi berbagai sektor. Digitalisasi telah mengubah
cara manusia bekerja, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Agar setiap anak
memiliki kesempatan yang sama untuk menghadapi tantangan ini, sistem pendidikan
perlu memastikan bahwa literasi digital, termasuk pembelajaran koding dan
kecerdasan artifisial, menjadi bagian dari kurikulum. Dengan demikian, pendidikan
yang bermutu dapat diakses oleh semua peserta didik, tanpa terbatas pada
daerah atau latar belakang tertentu.