Waktunya
telah tiba untuk membekali masyarakat di seluruh dunia dengan keterampilan
literasi digital dan media. Untuk membuat keputusan berdasarkan informasi,
orang membutuhkan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan terlibat dalam
pemikiran kritis tentang pesan harian yang mereka terima tentang berbagai
masalah seperti kesehatan dan politik. “Hampir semua rumah sudah terhubung” saat ini memberi orang
akses ke teknologi informasi dan komunikasi terbaru dan apalagi dengan adanya “smartphone”.
Untuk menjadi peserta yang efektif dalam masyarakat informasi abad ke-21, orang
tidak hanya membutuhkan keterampilan multimedia tetapi juga kemampuan untuk
menggunakan keterampilan ini secara efektif. Salah satu cara yang dapat dicapai
adalah dengan memasukkan literasi digital dan media dalam pendidikan formal. Maka sekolah sabagai agen perubahan juga harus berubah
untuk memenuhi tantangan tersebut dengan membekali siswanya dengan
keterampilan-keterampilan untuk menghadapi dunia yang selalu berubah.
Terdapat tiga komponen dalam kegiatan pendidikan. Ketiga komponen tersebut adalah (1) materi yang dibelajarkan, (2) proses pembelajaran, dan (3) hasil belajar. Materi pembelajaran adalah daftar materi ajar yang harus dikuasai peserta didik. Materi ajar bisa berupa pengetahuan, keterampilan, atau nilai-nilai dan perilaku. Muara dari semua kompetensi itu adalah perubahan sikap ke arah yang diharapkan. Namun, biasanya materi ajar yang dianggap penting dalam pendidikan di sekolah adalah pengetahuan. Padahal mestinya satu paket yakni sikap yang terbentuk atas pengetahuan dan keterampilan.
Selama ini materi ajar tertuang dalam
daftar kompetensi yang ditentukan pemerintah. Lalu secara terstruktur
dituangkan dalam paket-paket yang harus
dikuasai dalam waktu tertentu. Misalnya
harus dikuasai dalam satu semester, satu tahun, dan tiga tahun. Materi ajar ini
kemudian disajikan dalam buku-buku ajar yang menjadi salah satu sumber belajar.
Gambar dibawah ini menjelaskan perkembangan proses pembelajaran.
Materi materi ajar tersebut kemudian
diproses dalam sebuah kegiatan pembelajaran sehingga materi ajar tersebut dikuasai
peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan. Cara melakukan proses pembelajaran
dilakukan secara beragam dengan variasi yang sangat luas. Dalam hal inilah dibutuhkan
inovasiinovasi pembelajaran yang tujuannya menyesuaikan dengan konteks lingkungan
dan kondisi peserta didik.
Secara periodik, ketercapaian kompetensi
peserta didik dinilai dengan pola penilaian yang beragam pula. Hasil dari
proses itu adalah peserta didik memiliki sikap yang didasarkan atas pengetahuan
dan keterampilan yang diajarkan. Secara skematis gambaran perubahan
pembelajaran dapat dilihat pada gambar.
1.
Pembelajaran Online
Salah satu hal yang
terjadi di masa datang adalah pembelajaran online. Pengertian online ini
bermakna sangat luas. Bukan hanya ketersediaan materi ajar, melainkan juga interaksi
dalam proses belajar bahkan satu paket dengan penilaian. Di dalam aplikasi belajar
online bisanya sudah mencakup materi ajar, proses dan penilainnya dalam satu
kesatuan.
Dalam hal materi ajar,
layanan belajar online bukan hanya menyediakan materi
ajar sesuai aturan pemerintah, melainkan berbagai materi yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Jadi anak tidak terpaku pada daftar kompetensi/materi ajar yang ditentukan
pemerintah.
Materi pembelajaran yang
dibelajarkan pada abad 21 akan dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan
dalam bentuk teks, video, audio dan media interaktif, simulasi, augmented reality, dan beragam jenis
lainnya yang
dapat diakses dengan mudah. Dalam hal ini siswa didorong untuk melihat keterkaitan antara apa yang mereka
pelajari dengan kenyataan yang mereka lihat pada lingkungan di
sekitar mereka serta apa manfaat yang mereka peroleh dari pembelajaran
itu. Melalui pembelajaran online akan didorong interaksinya di dunia nyata.
Pembelajaran tersedia
secara online dalam pola yang diatur
dalam sistem pembelajaran yang tertuang dalam learning management system (LMS). Setiap orang dapat
mengakses LMS dari mana saja kapan saja, yang terpenting peserta didik dapat
mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini berakibat pada waktu belajar
yang ditentukan dalam pola jam pelajaran menjadi tidak lagi relevan.
Terlebih materi ajar
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap
tersedia dalam beragam bentuk, entah itu berbentuk teks, audio, video,
permainan, atau media interaktif yang tersedia secara luas di internet. Dunia maya
adalah sumber belajar yang luas dan beragam. Peserta didik akan dengan mudah
mengakses sumber belajar itu sesuai keinginannya.
Selain dalam bentuk
terintegrasi dalam LMS, secara luas kini sudah banyak penyedia bahan ajar
sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ditentukan pemerintah. Bahan ajar ini tersedia
untuk memudahkan peserta didik memahami dan mencapai kompetensi yang disyaratkan.
Misalnya aplikasi seperti Alison, edX, atau yang berbasis lokal seperti Ruang Guru, Quiper Video, termasuk aplikasi gratis yang
disediakan pemerintah yakni Rumah Belajar. Kini terdapat cukup banyak situs belajar online yang menyediakan materi ajar
dan proses untuk menguasai materi ajar tersebut.
Ke depan situs
pembelajaran online itu akan terintegrasi
dengan sistem manajemen fisik yang ada di sekolah. Interaksi antara aktivitas
fisik dengan dunia cyber akan menyatu sehingga
aktivitas yang terjadi di sekolah dalam keseharian akan lebih banyak berupa
penerapan dari apa yang dipelajari dalam pembelajaran secara mandiri.
2.
Administrasi Pembelajaran
Bagaimana dengan
administrasi pembelajaran? Selama ini sekolah disibukan dengan berbagai hal
terkait dengan administrasi. Soal kehadiran peserta didik, tugas-tugas,
ulangan, dan berbagai hal lainnya. Hal demikian, agaknya akan tereduksi melalui
sistem pembelajaran secara online.
Ketika anak log in saja ke dalam sistem,
maka akan tercatat kehadirannya. Lalu aktivitas apa yang dilakukan dalam
sistem tersebut, semua akan terekam sebagai jejak digital yang menjadi big data. Semua profil aktivitas anak akan dicatat
secara otomatis dalam ruang penyimpanan di awan (cloud). Big data tersebut akan diolah secara
otomatis dengan kecerdasan buatan (artificial intelligent) berupa aplikasi pintar akan diolah untuk menjadi
informasi tentang sesuatu yang diinginkan.
Para guru dapat mengetahui siapa
saja yang aktif, jam berapa mereka mulai belajar, apa yang dipelajari,
bagaimana capaiannya, dan beragam informasi lainnya dapat diketahui dengan mudah.
Tidak ada manipulasi data di sana. Bahkan capaian kompetensi pun dapat diketahui
secara detail. Secara real time profil capaian kompetensi peserta didik dapat disajikan
dalam grafis.
Apakah tetap diperlukan
kehadiran fisik? Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan kebersamaan
secara fisik untuk menerapkan semua ilmu dan pengetahuan yang dipelajarinya.
Oleh karena itu kebersamaan
di sekolah tetap menjadi sebuah aktivitas yang dibutuhkan. Akan tetapi, kegiatannya
sudah jauh berubah. Kualitas interaksi sesuai norma dan nilai yang berlaku di daerah
menjadi sebuah kekuatan yang bernilai.
Oleh karena itu, dalam
sistem pembelajaran online yang bersifat global, kekuatan
yang dapat ditonjolkan di satu wilayah adalah kekuatan lokalnya. Apa
yang ada di satu wilayah, itulah kekuatan yang harus dipelajari secara rinci,
dan kekuatan lokal itu yang diangkat ke panggung dunia.
3.
Penilaian/Asesmen
Bagaimana
dengan penilaian? Proses penilaian juga mengalami perubahan yang cukup berarti.
Proses penilaian pendidikan akan menyatu dengan proses pembelajaran
secara online. Ketercapaian
kompetensi, terutama dalam pengetahuan dan keterampilan akan dengan mudah
tercatat dalam aplikasi online. Deskripsi ketercapaian kompetensi dapat diketahui
secara real time. Prinsip bahwa setiap
orang dapat belajar, hanya saja dengan cara dan lama waktu yang berbeda, akan
dapat diakomodasi melalui pembelajaran online.
Sehingga
waktu tes yang kaku dalam rentang waktu tertentu menjadi kurang relevan. Kemampuan
seseorang untuk mempelajari satu materi akan berbeda satu dengan yang
lain. Ada anak yang membutuhkan waktu
satu pekan, sementara yang lain dua pekan. Akan tidak fair manakala waktu tes
ditentukan setelah anak belajar satu pekan. Oleh karena itu, dengan
pembelajaran online, fleksibilitas akan
terjadi mengikuti kemampuan seseorang. Hal ini akan menyebabkan tidak relevannya
aktivitas seperti ulangan bersama dan kegiatan sejenis lainnya.
Penilaian akan terjadi secara otomatis
dalam capaian setiap kompetensi. Nilai tidak
diperoleh dari ulangan bersama, melainkan dari capaian kompetensi yang secara sistem
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. jadi, rapor dapat ditampilkan
kapanpun dibutuhkan.
Sampai
di sini, peran guru dalam melakuan penilaian menjadi sangat minimal. Akan tetapi,
terkait dengan sikap, terdapat banyak indikator yang harus diketahui dari
aktivitas interaksi langsung. Sikap seperti ramah, sopan, pandai bergaul,
sederhana, berkomunikasi dengan baik, kolaborasi, adalah hal yang harus diukur
dari interaksi langsung antar manusia.
Di sinilah
peran guru sebagai sosok orang dewasa memiliki kewajiban untuk mendampingi anak
memiliki karakter yang kuat.
4.
Peran Guru
Di mana peran guru di era
digital? Peran guru sebagai teladan, pemberi motivasi, pendamping bagi anak-anak
adalah sebuah profesi yang tergantikan. Terlebih dengan pembelajaran online yang di dalamnya
terdapat beragam materi positif negatif, baik dan buruk, perlu ada sosok yang mendampingi
untuk mengarahkan anak hidup dalam rel yang sesuai nilai dan norma agama.
Di sinilah peran guru menjadi kunci.
Adapun dalam mengajarkan
materi ajar tertentu yang bersifat pengetahuan dan keterampilan, tugas guru
makin ringan karena tergantikan oleh perangkat aplikasi yang bersifat online. Lagi pula, mempelajari ilmu
pengetahuan, pada dasarnya mempelajari sesuatu yang diperoleh masa lalu. Jika hanya
konten ilmu saja yang dipelajari, maka hal ini tidak memberi manfaat bagi kehidupan
di masa datang yang kondisinya berbeda. Oleh karena itu yang harus dipelajari
dari ilmu pengetahuan adalah landasan yang melahirkan ilmu pengetahuan tersebut.
Landasan itulah yang menjadi pijakan bagi anak untuk memecahkan persoalan kehidupan
di masa yang akan datang.
Hal inilah yang akan
menjadi fokus kerja guru di masa yang akan datang. Ia harus dapat memastikan
bahwa peserta didik memiliki kecakapan berpikir kreatif untuk memahami
pondasi dari ilmu pengetahuan yang dipelajari. Selain itu, guru harus memiiliki
kompetensi digital yang memadai untuk membimbing peserta didik dalam melakukan
proses belajar. Sebagai gambaran, kompetensi guru harus terus ditingkatkan,
khususnya dalam penguasaan TIK. Paling tidak terdapat empat langkah kompetensi
guru dalam penguasaan TIK, yakni ICT literacy, Knowledge Deepening, Knowledge Creation dan Knowledge Sharing. Secara visual dapat digambarkan
sebagai berikut.
Dengan demikian, guru
harus terus mengembangkan kompetensinya di bidang TIK secara terus
menerus. Tentu tidak bisa mengkuti perkembangan secagai ahli, tapi harus
dapat memetakan bagaimana pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran. Hal ini
adalah mutlak, tidak dapat ditawar lagi, karena bagaimanapun, saat ini, bila
kita mengajar, seperti apa yang dilakukan sebelumnya, sejatinya kita telah merenggut
masa depan anak.
Oleh karena itu, dalam menjalankan profesinya, guru harus terus meningkatkan kompetensi dirinya dalam memahami landasan pembelajaran yang terus berubah. Guru harus memahami lima perubahan yang senantiasa terjadi di dunia pendidikan yakni:
- Konteks kehidupan masa depan. Apa yang harus dipelajari untuk hidup di masa yang akan datang;
- Perkembangan Ilmu dan Teknologi. Bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi di masa di mana anak menjalani kehidupannya;
- Teori belajar. Sejauh mana teori belajar bisa mengadopsi konteks kehidupan masa depan, dan perkembangan ilmu dan teknologi;
- Teori penilaian pembelajaran. Bagaimana cara melakukan penilaian yang sesuai untuk mengukur ketercapaian kompetensi dan pemanfaatan big data di sekolah sebagai sumber penilaian;
- Karakteristik peserta didik. Perbedaan karakteristik peserta didik harus dikembangkan sesuai bakat dan minatnya.
Namun
ada prinsip dasar yang tetap harus dikuasai dan tidak berubah. Yakni setiap
anak harus memiliki adaptabilitas tinggi dengan fondasi yang kuat, yakni
karakter dasar manusia. Karakter, perilaku, budi pekerti, dan nama sejenis lainnya,
adalah pembeda manusia dengan lainnya, yang tidak berubah.
Jenis keterampilan guru apa yang berpotensi relevan dengan frekuensi
penggunaan teknologi digital selama mengajar dan jenis kegiatan belajar siswa
yang melibatkan teknologi digital? Keterampilan digital dasar guru dalam
hal “kemampuan individu untuk menggunakan komputer untuk menyelidiki,
membuat, dan berkomunikasi agar dapat berpartisipasi secara efektif di rumah,
di sekolah, di tempat kerja, dan di masyarakat” (Fraillon et al., 2014,
hal. .17) juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi digital selama mengajar.
Selain keterampilan digital dasar, keterampilan mengajar terkait teknologi
khusus selama merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi skenario
pembelajaran dan pengajaran digital berpotensi terkait dengan aktivitas
pembelajaran konstruktif dan interaktif siswa serta frekuensi penggunaan
teknologi digital selama pengajaran. Kami akan memperkenalkan jenis
keterampilan guru ini di bagian berikut.
Pengertian penggunaan komputer mengacu pada pengetahuan dan keterampilan
dasar untuk memproses informasi melalui teknologi digital. Mengumpulkan
informasi mengacu pada mencari, mengakses, mengevaluasi dan mengelola informasi.
Memproduksi informasi dengan teknologi digital mengacu pada transformasi dan
penciptaan produk baru yang dapat dibangun di atas yang sudah ada. Komunikasi
mengacu pada pertukaran informasi melalui teknologi digital.
Kami menganggap keterampilan mengajar terkait teknologi sebagai hal yang
berbeda dari keterampilan digital dasar guru dan diperlukan untuk penggunaan
teknologi digital secara efektif di ruang kelas. Berdasarkan model TPACK
jenis pengetahuan tertentu dianggap perlu untuk menggunakan teknologi secara
efektif saat mengajar.
Model TPACK tersebut menekankan interaksi
antara tiga jenis pengetahuan: pengetahuan konten, pengetahuan pedagogis,
dan pengetahuan teknologi. Interaksi tersebut meliputi pengetahuan
konten pedagogis, seperti pengetahuan tentang pendekatan instruksional
dalam pendidikan matematika; pengetahuan konten teknologi, seperti
pengetahuan tentang teknologi khusus yang digunakan dalam pendidikan matematika;
pengetahuan pedagogis teknologi, seperti pengetahuan tentang penggunaan
teknologi yang efektif dalam situasi pedagogis; dan pengetahuan konten
pedagogis teknologi, seperti pengetahuan tentang integrasi teknologi yang
efektif dalam situasi pengajaran matematika.
Pengetahuan pedagogis, teknologi, dan konten dapat menjadi basis
pengetahuan profesional bagi guru yang menggunakan teknologi secara efisien,
tetapi pendekatan terbaru mengusulkan perspektif yang lebih berorientasi
pada tindakan yang menghubungkan keterampilan mengajar dengan fase yang
lebih umum dalam mengajar dan memulai kegiatan belajar dengan teknologi digital.
Pendekatan lain untuk mengkonseptualisasikan keterampilan mengajar terkait teknologi dengan mendefinisikan keterampilan inti bagi
guru untuk mengajar di dunia digital dan mengintegrasikan keterampilan
digital dasar dan keterampilan mengajar terkait teknologi. Pendekatan umum
model ini adalah mendalilkan bahwa keterampilan digital dasar adalah
prasyarat untuk mengajar dengan teknologi, tetapi tidak cukup untuk mendorong
dan menggunakan semua jenis kegiatan belajar siswa. Guru perlu memiliki
basis pengetahuan yang memadai, seperti yang digariskan oleh model TPACK, dan
keterampilan terkait teknologi yang dibangun di atas basis pengetahuan
tersebut dan yang berorientasi pada tahapan tindakan umum dalam berbagai fase
pengajaran dengan teknologi. Fase
tersebut mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengajaran dengan
teknologi. Fase-fase ini dilengkapi dengan fase
yang disebut berbagi. Keterampilan mengajar terkait teknologi yang didalilkan dapat ditugaskan ke
empat fase penggunaan teknologi yang berbeda di kelas: perencanaan,
penerapan, evaluasi, dan berbagi skenario pengajaran terkait teknologi. Perencanaan
mencakup keterampilan untuk merencanakan penggunaan teknologi berbasis bukti di
kelas. Selama menerapkan teknologi, guru harus mampu mendiagnosa dan
mendorong proses belajar siswa mereka dengan bantuan scaffolding adaptif.
Keterampilan evaluasi meliputi pengumpulan data dan refleksi penggunaan
teknologi digital berdasarkan data yang dikumpulkan sendiri tentang proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa di kelas. Terakhir, berbagi skenario
pengajaran terkait teknologi berarti mendokumentasikan, mengomunikasikan,
dan menyerahkan skenario yang dikembangkan dan dijelaskan serta mencari,
mengadaptasi, dan menggunakan skenario yang telah dibuat dan dijelaskan oleh
orang lain.
Dengan mengalihkan fokus dari
teknologi digital ke pengembangan keterampilan guru dan bagaimana guru
menerapkan keterampilan tersebut untuk memungkinkan kegiatan belajar siswa. Keterampilan tersebut menjadi salah satu penggerak
utama dari berbagai kegiatan belajar siswa yang melibatkan teknologi
digital di sekolah.
Sumber:
Kemdikbud. 2019. SMA DI ERA DIGITAL.
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0742051X21000706
0 comments:
Posting Komentar