Pada tahun pelajaran 2023/2024 ini
seyogyanya semua satuan pendidikan menggunakan pendekatan pembelajaran
dan asesmen sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen pada kurikulum
merdeka, karena sudah dikeluarkannya Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Kurikulum 2013 yang baru oleh Kemdikbudristek. Salah satu poin pentingnya
adalah mengenai asesmen.
Asesmen merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dalam pembelajaran. Asesmen yang dilakukan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembelajaran. Karena ada asesmen yang dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai, ada ketika saat pembelajaran berlangsung, dan
ada ketika selesai suatu pembelajaran. Begitu juga dengan teknik dan
bentuk penilaiannnya juga beragam. Maka guru harus mempunyai keterampilan untuk
memilah dan memilih asesmen yang akan dilakukan. Begitu juga untuk menentukan
kriteria ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang sudah dilakukan.
Kriteria ketercapaian ini juga menjadi
salah satu pertimbangan dalam memilih/membuat instrumen asesmen, karena belum
tentu suatu asesmen sesuai dengan tujuan dan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran. Kriteria ini merupakan penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan
apa yang perlu ditunjukkan/didemonstrasikan peserta didik sebagai bukti bahwa
ia telah mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, pendidik tidak
disarankan untuk menggunakan angka mutlak (misalnya, 75, 80, dan
sebagainya) sebagai kriteria. Yang paling disarankan adalah menggunakan deskripsi,
namun jika dibutuhkan, maka pendidik diperkenankan untuk menggunakan interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan sebagainya).
Dengan demikian, kriteria yang digunakan untuk
menentukan apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran dapat
dikembangkan pendidik dengan menggunakan beberapa pendekatan, di
antaranya: (1) menggunakan deskripsi dengan menggunakan daftar ceklis sehingga
apabila peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut maka dianggap belum
mencapai tujuan pembelajaran, (2) menggunakan rubrik yang dapat
mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran, (3)
menggunakan rating skala atau interval nilai, atau pendekatan lainnya
sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam mengembangkannya. Berikut
adalah penjelasan pendekatan yang dimaksud dalam menentukan ketercapaian suatu
tujuan pembejaran.
Jenis Penilaian
Berikut
ini ikhtisar jenis penilaian saat ini (diadaptasi dari Deißinger/Hellwig 2011,
18):
Berdasarkan tabel di
atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode asesmen apa pun tetap
proses asesmennya melalui memeriksa, mengkategorikan, dan memberi peringkat.
Untuk memeriksa itu menggunakan daftar ceklis, mengkategorikan melalui rubrik,
dan memberi peringkat dengan rating skala.
Daftar ceklis, rubrik, dan rating skala adalah alat yang menyatakan kriteria khusus dan memungkinkan guru dan siswa mengumpulkan informasi dan membuat penilaian tentang apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa sehubungan dengan hasil. Mereka menawarkan cara sistematis untuk mengumpulkan data tentang perilaku, pengetahuan, dan keterampilan tertentu.
Kualitas
informasi yang diperoleh melalui penggunaan daftar ceklis, rubrik, dan rating skala sangat bergantung pada kualitas
deskriptor yang dipilih untuk asesmen.
Manfaat mereka juga tergantung pada keterlibatan langsung siswa dalam penilaian
dan pemahaman umpan balik yang diberikan.
Tujuan Penggunaan Daftar Ceklis, Rubrik, dan Rating Skala
Tujuan
dari daftar ceklis, rubrik, dan rating skala adalah untuk:
1. menyediakan
instrumen asesmen
untuk mendokumentasikan
secara sistematis
2. menyediakan
instrumen
untuk penilaian diri
3. memberikan
sampel kriteria untuk siswa sebelum mengumpulkan dan mengevaluasi data tentang
pekerjaan mereka
4. mencatat pengembangan keterampilan khusus,
strategi, sikap dan perilaku yang diperlukan untuk mendemonstrasikan
pembelajaran
5. mengklarifikasi
kebutuhan pembelajaran
siswa dengan menghadirkan catatan pencapaian saat ini.
Kiat untuk Mengembangkan Daftar Ceklis, Rubrik, dan Rating Skala
1. Gunakan
daftar periksa, skala peringkat, dan rubrik terkait dengan hasil dan standar.
2. Gunakan
format sederhana yang dapat dipahami oleh siswa dan yang akan mengkomunikasikan
informasi tentang pembelajaran siswa kepada orang tua.
3. Pastikan
bahwa karakteristik dan deskriptor yang tercantum jelas, spesifik, dan dapat
diamati.
4. Mendorong
siswa untuk membantu dengan membangun kriteria yang sesuai. Misalnya,
deskriptor apa yang menunjukkan tingkat kinerja dalam pemecahan masalah?
5. Pastikan
daftar periksa, skala penilaian, dan rubrik diberi tanggal untuk melacak
kemajuan dari waktu ke waktu.
6. Sisakan
ruang untuk merekam catatan anekdot atau komentar.
7. Gunakan
templat generik yang sudah familiar bagi siswa dan yang dapat ditambahkan
berbagai deskriptor dengan cepat, bergantung pada hasil yang sedang dinilai.
8. Berikan
panduan kepada siswa untuk menggunakan dan membuat daftar periksa, skala
penilaian, dan rubrik mereka sendiri untuk tujuan penilaian diri dan sebagai
pedoman untuk penetapan tujuan
1. Daftar Ceklis
Daftar ceklis
biasanya menawarkan format ya/tidak sehubungan dengan unjuk kerja/kinerja/penampilan dari
siswa tentang kriteria tertentu. Ini mirip dengan saklar lampu; lampu menyala
atau mati. Mereka dapat digunakan untuk mencatat pengamatan individu, kelompok
atau seluruh kelas secara klasikal.
Daftar Cek adalah alat rekam observasi memuat sebuah daftar
pernyataan tentang aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam sebuah situasi,
tingkah laku, dan kegiatan (individu/ kelompok). Gejala-gejala perilaku siswa
dapat diobservasi dengan instrumen/ pedoman daftar cek adalah: kebiasaan
belajar matematika di kelas/ di rumah, kebiasaan belajar pada jam kosong dan
saat guru tidak ada di kelas, kebiasaan dan keterampilan bekerja, aktivitas
diskusi kelompok/ kelas, keterampilan komunikasi dengan teman sebaya pada jam
istirahat, aktivitas ekstrakurikuler di sekolah (seperti Pramuka, KIR, PMR,
Basket, Volly, dsb.), dan lain-lain topik yang relevan dengan kegiatan akademik
dan non akademik di sekolah.
Manfaat
Daftar Cek
Berbagai manfaat Daftar Cek untuk kepentingan pemahaman
diri siswa di antaranya adalah (a) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku
secara sistematis, (b) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu
singkat, (c) mencatat kemunculan perilaku di dalam dan/ atau di luar sekolah,
serta (d) mencatat kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.
Keunggulan dan Kelemahan
Menggunakan Dafta Ceklis
Keunggulan
Ceklis mudah digunakan. Karena
ceklis membutuhkan sedikit intruksi atau sedikit latihan, maka guru dapat
dengan cepat belajar menggunakannya. Tidak seperti tes standar, ceklis dapat
digunakan kapan saja asesmen diperlukan. Perilaku dapat dicatat sewaktu-waktu,
ceklis selalu ditangan, kapan saja guru memiliki informasi baru, ia dapat memperbaharui
catatan.
Kelemahan
Ceklis membutuhkan waktu
untuk menggunakannya. Terutama bila
guru-guru baru saja menggunakan ceklis, mereka melaporkan bahwa ketika mereka
sedang menyimpan catatan tentang ceklis akan menggurangi waktu mereka dengan siswa.
Contoh Daftar Ceklis
Berdasarkan
contoh di atas maka siswa yang dikatakan sudah mencapai tujuan pembelajaran
kalau minimal 3 kriteria dari 4 kriteria yang ada sudah tercapai.
2. Rubrik
Rubrik
menggunakan serangkaian kriteria untuk mengevaluasi kinerja siswa. Mereka
terdiri dari skala pengukuran tetap dan deskripsi rinci tentang karakteristik
untuk setiap tingkat kinerja. Deskripsi ini berfokus pada kualitas produk atau
kinerja dan bukan kuantitasnya; misalnya, bukan jumlah paragraf, contoh untuk
mendukung ide, kesalahan ejaan. Rubrik biasanya digunakan untuk mengevaluasi
kinerja siswa dengan maksud memasukkan hasil dalam nilai untuk tujuan
pelaporan. Rubrik dapat meningkatkan konsistensi dan keandalan penilaian.
Rubrik
menggunakan serangkaian kriteria khusus untuk mengevaluasi kinerja siswa.
Mereka dapat digunakan untuk menilai individu atau kelompok dan, seperti skala
peringkat, dapat dibandingkan dari waktu ke waktu.
Mengembangkan
Rubrik dan Kriteria Penilaian
Rubrik
semakin diakui sebagai cara untuk menilai pembelajaran siswa secara efektif dan
mengkomunikasikan harapan secara langsung, jelas dan ringkas kepada siswa.
Dimasukkannya rubrik dalam sumber pengajaran memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan
seperti apa demonstrasi pembelajaran itu, dan untuk menggambarkan tahapan dalam
pengembangan dan pertumbuhan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan. Agar
paling efektif, rubrik harus memungkinkan siswa untuk melihat perkembangan
penguasaan dalam pengembangan pemahaman dan keterampilan.
Rubrik
harus dibangun dengan masukan dari siswa bila memungkinkan. Awal yang baik
adalah menentukan seperti apa kualitas kerja berdasarkan hasil pembelajaran.
Contoh prestasi perlu digunakan untuk menunjukkan kepada siswa apa kinerja yang
sangat baik atau dapat diterima. Ini memberikan kumpulan karya berkualitas bagi
siswa untuk digunakan sebagai poin referensi. Setelah standar ditetapkan, mudah
untuk menentukan seperti apa tingkat teladan dan tingkat kinerja yang kurang
memuaskan. Rubrik terbaik memiliki tiga sampai lima tingkat deskriptif untuk
memungkinkan diskriminasi dalam evaluasi produk atau tugas. Rubrik dapat
digunakan untuk tujuan sumatif untuk mengukur nilai dengan menetapkan skor
untuk masing-masing dari berbagai tingkatan.
Saat
mengembangkan rubrik, pertimbangkan hal berikut:
1. Apa
hasil spesifik dalam tugas?
2. Apakah
siswa memiliki pengalaman dengan ini atau tugas serupa?
3. Seperti
apa kinerja yang luar biasa itu? Apa kualitas yang membedakan respon yang
sangat baik dari tingkat lain?
4. Seperti
apa tanggapan lain di sepanjang kontinum kualitas kinerja?
5. Apakah
setiap deskripsi secara kualitatif berbeda dari yang lain? Apakah ada jumlah
deskriptor yang sama pada setiap tingkat kualitas? Apakah perbedaannya jelas
dan dapat dipahami oleh siswa dan orang lain?
Contoh Rubrik
Berdasarkan contoh di atas maka siswa yang dikatakan sudah mencapai tujuan pembelajaran kalau minimal dengan 2 kriteria yang ada berada pada posisi cakap.
3. Rating Skala
Rating Skala
memungkinkan guru untuk menunjukkan tingkat atau frekuensi perilaku,
keterampilan, dan strategi yang ditampilkan oleh siswa. Untuk melanjutkan analogi sakelar
lampu, rating skala
seperti sakelar peredup yang menyediakan berbagai tingkat kinerja. Skala penilaian
menyatakan kriteria dan memberikan tiga atau empat pilihan jawaban untuk
menggambarkan kualitas atau frekuensi pekerjaan siswa.
Guru
dapat menggunakan rating skala
untuk mencatat pengamatan dan siswa dapat menggunakannya sebagai instrumen penilaian diri. Mengajar siswa untuk
menggunakan kata-kata deskriptif, seperti selalu, biasanya, kadang-kadang, dan
tidak pernah membantu mereka menunjukkan kekuatan dan kebutuhan tertentu. Rating skala juga memberikan informasi kepada
siswa untuk menetapkan tujuan dan meningkatkan kinerja. Dalam rating skala, kata deskriptif lebih penting
daripada angka terkait. Semakin tepat dan deskriptif kata-kata untuk setiap
titik skala, semakin andal instrumen
tersebut.
Rating skala
yang efektif menggunakan deskriptor dengan ukuran yang dipahami dengan jelas,
seperti frekuensi. Skala yang mengandalkan deskriptor subjektif kualitas,
seperti adil, baik atau sangat baik, kurang efektif karena kata sifat tunggal
tidak berisi informasi yang cukup tentang kriteria apa yang ditunjukkan pada
masing-masing poin pada skala tersebut.
Contoh Rating Skala
Berdasarkan contoh di atas maka siswa yang dikatakan sudah mencapai tujuan pembelajaran kalau berada pada minimal pada rentang 61 – 80. Jadi bukan angka mutlak seperti pada KKM di Kurikulum 2013. Mendekati rentang saja siswa sudah dikatakan mencapai tujuan pembelajaran atau tuntas.
Nilai Tambah
Tingkatkan
nilai penilaian dari daftar ceklis
atau rating
skala dengan menambahkan dua atau tiga langkah tambahan yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi keterampilan yang ingin mereka tingkatkan
atau keterampilan yang menurut mereka paling penting. Misalnya:
· beri bintang di samping keterampilan
yang menurut Anda paling penting untuk menyemangati siswa lain.
· lingkari keterampilan yang paling
ingin Anda tingkatkan
· garis bawahi keterampilan yang paling
menantang bagi Anda.
Sumber:
Kemendikbudristek. 2022. Panduan Pembelajaran dan
Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Jakarta.
Deißinger T. 2011. Structures and functions of Competency-based Education and Training CBET a comparative perspective. Beiträge aus des praxis der beruflichen bildung.
https://www.learnalberta.ca/content/mewa/html/assessment/checklists.html
0 comments:
Posting Komentar