Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran
pada pendidikan dasar dan menengah pada lampirannya menyatakan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempunyai nama, ciri,
sintak, pengaturan, dan budaya. Pada lampiran tersebut juga disebutkan model pembelajaran yang
mendukung penerapan pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran
Berbasis Penemuan (Discovery Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning). Tulisan ini akan memaparkan defenisi, konsep,
penjelasan kegiatan siswa/guru dalam sintak, penilaian, dan contoh dalam
kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk setiap model.
1.
Pembelajaran Berbasis
Penemuan (Discovery Learning)
a.
Definisi dan Konsep
1)
Definisi
Discovery mempunyai prinsip
yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada
peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Pada Discovery Learning materi
yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan
tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui
dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.
2)
Konsep
Di dalam proses belajar,
Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,
peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah
hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui
kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan
hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
b.
Langkah-langkah Operasional
Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah-langkah dalam
mengaplikasikan modeldiscovery learning
di kelas adalah sebagai berikut:
1)
Perencanaan
Perencanaan
pada model ini meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a)
Menentukan tujuan pembelajaran.
b)
Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan
awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya)
c)
Memilih materi pelajaran.
d)
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e)
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
f)
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik.
g)
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
2)
Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas,ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan
pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.Dengan demikian seorang Guru harus
menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan
mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau
eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis.Data dapat diperoleh melalui membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah
proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
3)
Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran discovery, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun
non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap,
atau penilaian hasil kerja peserta didik.Jika bentuk penialainnya berupa
penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format
penilaian sikap seperti yang ada pada uraian penilaian proses dan hasil belajar
pada materi berikutnya.
c.
Contoh dalam kegiatan
pembelajaran di RPP
2.
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang
agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir
dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan
yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
a.
Konsep
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah modelpembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu modelpembelajaran yang menantang
peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk
mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL) yaitu:
1)
Permasalahan sebagai kajian.
2)
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3)
Permasalahan sebagai contoh
4)
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5)
Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam
pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut.
b.
Model PBL mengacu pada hal-hal
sebagai berikut :
1)
Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional,
karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.
2)
Responsibility: PBL menekankan
responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya.
3)
Realisme: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan
yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan
tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional.
4)
Active-learning: menumbuhkan isu yang
berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban
yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang
mandiri.
5)
Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para
peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6)
Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada
keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar
pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
7)
Driving Questions: PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu
peserta didik berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan
ilmu pengetahuan yang sesuai.
8)
Constructive Investigations: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan
dengan pengetahuan para peserta didik.
9)
Autonomy: proyek menjadikan aktivitas peserta didik sangat
penting.
c.
Prinsip Proses Pembelajaran
PBL
Prinsip-prinsip
PBL yang harus diperhatikan
meliputi konsep dasar, pendefinisian masalah, pembelajaran mandiri,
pertukaran pengetahuan dan penilaiannya
Konsep Dasar (Basic
Concept)
Pada pembelajaran ini fasilitator dapat memberikan
konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat
mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Konsep yang diberikan tidak perlu detail,
diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat
mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming dengan
cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus.
ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok
untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat.
Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik yang akhirnya
diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka
ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang
diperlukan untuk menjembataninya.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta
didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi misalnyadari artikel tertulis di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tujuan utama tahap investigasi, yaitu: (1) agar peserta didik mencari
informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang
telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan
di kelas, relevan dan dapat dipahami.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya dapat dibantu guru untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah
selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan mengakomodasi masukan dari
pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan
setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.
d.
Langkah langkah Pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase 1: Mengorientasikan Siswa
pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL,
tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci
apa yang harus dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana guru akan
mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam
proses ini, yaitu sebagai berikut.
1)
Tujuan utama pengajaran tidak untuk
mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang
mandiri.
2)
Permasalahan dan pertanyaan yang
diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit
atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3)
Selama tahap penyelidikan, siswa
didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
4)
Selama tahap analisis dan penjelasan,
siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh
kebebasan.
Fase 2: Mengorganisasikan
Siswa untuk Belajar
Di
samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga
mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing
antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih
dan memecahkan masalah yang berbeda.
Fase 3: Membantu Penyelidikan
Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan
adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik
penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek
yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri.
Fase 4: Mengembangkan dan
Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap
penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.
Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah
dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi
masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya
kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah
selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa lainnya,
guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan
umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi
Proses Pemecahan Masalah
Fase
ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
e.
Penilaian Pembelajaran
Berbasis Masalah
Penilaian
pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang
dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam
kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL
dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment)
dan peer-assessment.
1)
Self-assessment.
Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya
dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh peserta didik itu sendiri
dalam belajar.
2)
Peer-assessment.
Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun
oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian
yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini.
1)
Penilaian kinerja peserta didik
Pada
penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis
karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu
masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2)
Penilaian portofolio peserta didik
Penilaian
portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya
terbaik peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam
penghargaan, atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam
suatu mata pelajaran.
3)
Penilaian potensi belajar
Penilaian
yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur
kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang
lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4)
Penilaian usaha kelompok
Menilai
usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan
yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil
pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
f.
Contoh dalam kegiatan
pembelajaran di RPP:
3.
Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning)
a.
Pengertian
Pembelajaran Berbasis Proyek
atau Project Based Learning (PBL)
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek)
yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan,
membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk
dan laporan pelaksanaanya.
Model pembelajaran ini
menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara
langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar
bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner,
dan melibatkan siswa sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan dan
melaporkan hasil kegiatan (student
centered).
Dalam pelaksanaannya, PBL
bertitik tolak dari masalah sebagai langkah awal sebelum mengumpulkan data dan informasi dengan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan sebagai
wahana pembelajaran dalam memahami permasalahan yang komplek dan melatih serta
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
melakukan kajian untuk menemukan solusi permasalahan.
Pembelajaran Berbasis Proyek
dirancang dalam rangka: (1) Mendorong
dan membiasakan siswa untuk menemukan sendiri (inquiry), melakukan penelitian/pengkajian, menerapkan keterampilan
dalam merencanakan (planning skills),
berfikir kritis (critical thinking),
dan penyelesaian masalah (problem-solving
skills) dalam menuntaskan suatu kegiatan/proyek. (2) Mendorong siswa untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
tertentu ke dalam berbagai konteks (a
variety of contexts) dalam menuntaskan kegiatan/proyek yang dikerjakan. (3)
Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar menerapkan interpersonal skills
dan berkolaborasi dalam suatu tim sebagaimana orang bekerjasama dalam sebuah tim dalam lingkungan
kerja atau kehidupan nyata.
Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek
memiliki karakteristik berikut ini.
1)
Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2)
Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik;
3)
Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4)
Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5)
Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6)
Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas
yang sudah dijalankan;
7)
Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara
kualitatif; dan
8)
Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran
Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara
untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan
inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam
implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain banyak guru merasa nyaman dengan
kelas tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan
suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai
teknologi.
Untuk itu disarankan
menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik
lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan
lay-out ruang kelas, seperti: traditional
class (teori), discussion group
(pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar bebas dan
menyenangkan.
b.
Fakta Empirik Keberhasilan
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dijelaskan sebagai berikut.
Keuntungan Pembelajaran
Berbasis Proyek
1)
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
2)
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3)
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
4)
Meningkatkan kolaborasi.
5)
Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6)
Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
7)
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8)
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9)
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
10)
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran
Berbasis Proyek
1)
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam penelitian atau
percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
2)
Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
3)
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Untuk mengatasi kelemahan dari
pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi
dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi
waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi
penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan
biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur
dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek
ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan
refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa
untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi
berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih
percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga
meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan
antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih
banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata
pelajaran lainnya.
c.
Langkah-langkah Operasional
dan Penilaiannya
1)
Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Proyek dapat dijelaskan sebagai berikut.
Penjelasan Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
a)
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial,
yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan
suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang
diangkat relevan untuk para peserta didik.
b)
Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara
pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan
merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
c)
Menyusun Jadwal (Create
a Schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara
lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
(4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
d)
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor
terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan
kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
e)
Menguji Hasil (Assess
the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam
mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f)
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate
the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan
diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga
pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
1)
Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
Penilaian pembelajaran dengan
model Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian
produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)
Pengertian
Penilaian proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Penilaian proyek dilakukan
mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.
Pada
penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
(1)
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
(2)
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
(3)
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta
didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
b)
Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan
mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk
itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan
tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.
Penilaian Proyek dilakukan
mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu
perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan
penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
c)
Peran Guru dan Peserta Didik
Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek
meliputi: a) Merencanakan dan mendesain pembelajaran, b) Membuat strategi
pembelajaran, c) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan
peserta didik, d) Mencari keunikan peserta didik, e) Menilai peserta didik
dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian dan f) Membuat portofolio
pekerjaan peserta didik.
Peran peserta didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek
meliputi : a) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, b) Melakukan riset
sederhana, c) Mempelajari ide dan konsep baru, d) Belajar mengatur waktu dengan
baik, e) Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok, f) Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan
dan g) Melakukan interaksi sosial, antara lain wawancara, survey, observasi.
d.
Contoh dalam kegiatan pembelajaran di RPP:
Daftar Pustaka
Adi
Saputra, 2016. RPP Kimia 2. Batam: SMA Negeri 3 Batam.
……………….2015.
Model-Model Pembelajaran Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Kemendikbud.
Popy
Kamalia Devi.2015. Modul Pelatihan Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan, Kemendikbud.
sangat membantu sekali.... tengkyuh
BalasHapussaya membacanya untuk referensi penyusunan proposal penelitian saya,,terima kasih
BalasHapusHatur nuhun
BalasHapus