Sebelumnya sudah kita bahas
secara umum konsep tentang Taksonomi SOLO mulai dari pengertian, asalnya,
prinsip, tingkat, perbedaan dengan Taksonomi Bloom, dan manfaatnya. Maka pada
tulisan ini khusus menjelaskan seperti apa tingkatan pemahaman Taksonomi SOLO
di dalam kelas?
Silakan pahami materi sebelumnya
melalui tautan di bawah ini:
Taksonomi SOLO (Struktur Hasil
Pembelajaran yang Diamati) menguraikan lima tingkat pemahaman, berkembang dari
pemahaman dasar ke pemahaman yang lebih kompleks: Prastruktural,
Unistruktural, Multistruktural, Relasional, dan berpikir Abstrak yang Mendalam.
Tingkatan ini membantu pendidik memahami dan menilai bagaimana siswa memahami
konsep dan menunjukkan pembelajaran mereka
Mari kita uraikan ini ke dalam
istilah yang lebih praktis untuk lebih memahami seperti apa tingkat pemahaman
ini di dalam kelas.
1. Prastruktural
Biggs berpendapat
bahwa “respons pra-struktural tidak tepat sasaran” dan “menunjukkan sedikit
bukti pembelajaran yang relevan” (Biggs & Tang, 2007, hlm. 87).
Kita dapat
mengamati bahwa seorang siswa berada dalam tahap prastruktural ketika mereka
menanggapi pertanyaan dengan jawaban sederhana seperti:
·
"Saya
tidak mengerti."
·
"Apa
yang harus aku lakukan?"
·
"Saya
belum pernah mendengar hal ini sebelumnya."
·
"Aku
tidak tahu"
·
"Saya
punya satu ide."
·
"Saya
dapat mendefinisikan suatu istilah."
·
"Saya
bisa melakukan prosedur sederhana."
·
“Saya
hanya mengulang apa yang seharusnya saya katakan”, atau dengan komentar yang
tidak relevan.
2. Unistruktural
Biggs menjelaskan: “Respons
unistruktual berurusan dengan terminologi, sesuai jalur tetapi tidak lebih dari
itu” (Biggs & Tang, 2007, hlm. 87).
Pada tingkat ini,
seorang siswa mungkin dapat mengidentifikasi dan menyebutkan beberapa hal dan
mengikuti prosedur sederhana yang telah diajarkan kepada mereka.
Meskipun beberapa
elemen suatu topik mungkin telah dibahas oleh siswa, mereka juga akan
kehilangan banyak bagian penting dari topik tersebut yang dibutuhkan untuk
benar-benar memahaminya.
Seorang siswa yang memberikan jawaban tidak terstruktur terhadap suatu pertanyaan kemungkinan besar akan berkata:
· "Saya punya banyak ide tentang topik ini!"
· "Saya dapat menjelaskan beberapa ide saya."
· “Saya memiliki pemahaman tentang topik ini'
· "Saya tidak mengerti bagaimana ide-ide ini saling berhubungan.
3. Multistruktural
Pengetahuan
siswa masih terbatas pada mengingat, menghafal, dan menirukan apa yang telah
mereka pelajari. Oleh karena itu, siswa hanya memiliki pemahaman tingkat
permukaan. Mereka tidak dapat menggunakan suatu konsep dengan cara yang baru
dan inovatif karena mereka belum memahaminya dengan cukup baik.
Contoh:
Siswa multistruktur itu seperti tukang bangunan tanpa alat: semua bagiannya ada, tetapi ia tidak tahu bagaimana menghubungkannya. Anda mungkin pernah merasakan hal ini ketika membongkar beberapa furnitur Ikea dan ternyata tergeletak di lantai berkeping-keping!
Siswa pada tingkat relasional mungkin berkata:
·
"Saya
tahu bagaimana ide-ide ini saling berhubungan."
·
"Saya
dapat menerapkan apa yang telah saya pelajari."
· "Saya
tahu beberapa hal tentang topik ini" atau "Saya telah mengumpulkan
beberapa informasi tentang topik ini".
·
"Saya
dapat menjelaskan MENGAPA ini terjadi."
4. Relasional
Sebagaimana
dikemukakan Biggs: "perubahan kualitatif dalam pembelajaran dan
pemahaman telah terjadi. Ini bukan lagi soal mencatat fakta dan detail"
(Biggs & Tang, 2007, hlm. 87).
Pada
tingkat relasional, siswa mulai melihat bagaimana bagian-bagian suatu topik
disatukan. Mereka dapat:
·
Mengidentifikasi
pola.
·
Jelaskan
bagaimana bagian-bagian suatu topik saling terkait.
·
Bandingkan
dan bedakan berbagai elemen suatu topik.
·
Melihat
suatu topik dari beberapa perspektif.
Inti
dari pengetahuan relasional adalah kemampuan untuk menciptakan struktur dan
sistem untuk memilah pengetahuan. Siswa mulai menjelaskan hubungan antar
berbagai hal dengan menggunakan pemodelan sistemik dan beberapa pemodelan
teoretis.
Siswa pada tingkat
abstrak yang diperluas mungkin berkata:
·
"Saya
dapat menggunakan apa yang saya pelajari dan menerapkannya pada hal lain."
·
"Saya
dapat membuat prediksi berdasarkan apa yang saya pelajari."
·
"Saya
dapat mengevaluasi sesuatu berdasarkan apa yang saya pelajari."
·
“Saya
dapat melihat hubungan antara informasi yang telah saya kumpulkan”.
5. Berpikir Abstrak yang Mendalam
Biggs
berpendapat bahwa esensi dari respons abstrak yang diperluas "melampaui
apa yang telah diberikan" (Biggs & Tang, 2007, hlm. 87). Dengan
kata lain, siswa dapat menciptakan pengetahuan baru dan menerapkan pengetahuan
yang mereka miliki dalam berbagai konteks berkat pemahaman mereka yang mendalam
tentang topik tersebut.
Sebuah
Contoh: Misalnya, seorang siswa dapat mempelajari sesuatu di kelas dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka di luar kelas dalam konteks yang sama
sekali berbeda.
Siswa
juga mungkin dapat menghasilkan ide-ide teoritis dan kemudian menggunakannya
untuk membuat asumsi tentang kejadian di masa mendatang.
Siswa pada tingkat
abstrak yang diperluas mungkin berkata:
·
"Saya
dapat menggunakan apa yang saya pelajari dan menerapkannya pada hal lain."
·
"Saya
dapat membuat prediksi berdasarkan apa yang saya pelajari."
·
"Saya
dapat mengevaluasi sesuatu berdasarkan apa yang saya pelajari."
· “Dengan
merenungkan dan mengevaluasi pembelajaran saya, saya dapat melihat gambaran
yang lebih besar dan menghubungkan banyak ide yang berbeda bersama-sama”.
Sumber:
https://www.structural-learning.com/post/what-is-solo-taxonomy
https://learn.rumie.org/jR/bytes/how-do-i-use-solo-taxonomy-to-help-my-students-succeed/
https://www.educationperfect.com/article/solo-taxonomy/
https://helpfulprofessor.com/solo-taxonomy/
https://blog.tcea.org/tag/solo-taxonomy/
http://www.myrossbush.school.nz/solo-taxonomy.html