Pendahuluan
Selain kita melaksakan asesmen diagnostik non kognitif ataupun
kognitif sebagai persiapan di awal tahun pembelajaran ini, maka kita guru juga
perlu melakukan asesmen awal (Pre-Asesmen) terhadap kesiapan,
ketertarikan, dan profil belajar semua siswa yang akan kita belajarkan
dalam suatu pembelajaran.
Setelah ini dilakukan baru kita bisa mendesain atau merancang
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa atau dikenal dengan “Pembelajaran
Differensiasi”. Karena tanpa ini kita tidak akan dapat menyesuaikan
pembelajaran kita dengan kebutuhan siswa yang beraneka ragam dalam satu kelas.
Maka pada awal tulisan ini penulis akan memaparkan sedikit tentang
pentingnya asesmen awal yang akan digunakan dalam merancang pembelajaran
differensiasi dan pada akhir tulisan ada format dan berbagai tautan platform
atau aplikasi yang dapat digunakan secara gratis untuk menentukan
kesiapan, ketertarikan, dan profil belajar dari siswa yang akan kita
belajarkan.
Pembelajaran differensiasi adalah modifikasi kurikulum di mana semua siswa
bisa belajar dalam satu kelas dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Pendekatan ini dilakukan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan berbagai
kemampuan siswa yang berbeda dalam kelas tersebut. Maksud dari differensiasi itu sendiri adalah setiap siswa mempunyai standar kurikulum yang
berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan bahwa
guru harus memodifikasi isi, proses/cara berpikir (the thinking process) dan
produk yang harus dikerjakan sebagai
evaluasi, berdasarkan karakteristik siswa, tingkat kesiapan siswa, interest atau kesukaan siswa, kecerdasan majemuk (mulltiple intelegences), pemberian instruksi dan pembelajaran atau materi yang
berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, memperdalam
pemahaman, dan melibatkan kerja kelompok.
Baca Juga : PEMBELAJARAN
DIFERENSIASI, PEMBELAJARAN MELAYANI KEUNIKAN SISWA
Menurut Gregory dan Chapman (2007:2) mengungkapkan hal-hal yang
mendukung pandangan atau filosofi mengenai pembelajaran diferensiasi adalah
sebagai berikut.
1. Semua siswa pada dasarnya memiliki kekuatan
dalam bidang-bidang tertentu.
2. Semua siswa memiliki bidang yang butuh untuk
dikuatkan.
3. Setiap otak siswa adalah unik seperti suatu
sidik jari (fingerprint).
4. Tidak ada kata terlambat untuk belajar.
5. Ketika memulai suatu topik yang baru, siswa
membawa dasar pengetahuan mereka sebelumnya dan pengalaman dalam belajar.
6. Emosi, perasaan, dan sikap berpengaruh pada
belajar.
7. Semua siswa dapat belajar.
8. Siswa-siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda-beda pula.
Asesmen Awal untuk Mendesain Pembelajaran Differensiasi
Pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, kita harus
berpikir bahwa siswa memiliki kebutuhan belajar yang beragam dan berbeda
satu dengan yang lainnya. Guru harus proaktif menemukan dan melakukan
perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana siswanya
bisa belajar. Guru akan bisa merencanakan cara bagaimana siswa belajar
dengan melakukan asesmen terlebih dahulu berdasarkan tingkat kesiapan siswa,
ketertarikan dan gaya belajar dari setiap siswanya tersebut.
Siswa di dalam kelas akan mempunyai karakteristik yang berbeda,
yang mungkin akan mengindikasikan dalam kebutuhan modifikasi kurikulum dan
pembelajaran. Adapun penjelasan mengenai ketiga hal yang akan dilakukan asesmen
adalah:
1. Readiness
(Kesiapan)
Kesiapan belajar (readiness)
adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang
mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa siswa keluar dari zona
nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang
memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan siswa akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda seperti pada gambar di bawah ini.
Perlu diingat bahwa kesiapan
belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini
lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang
dimiliki siswa saat ini, sesuai dengan keterampilan atau
pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan
tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada
bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan
belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).
Siswa yang memiliki kesiapan untuk belajar suatu
hal yang mana sudah mempunyai pengetahuan mengenai apa yang akan dipelajari,
memahaminya dan memiliki ketrampilan yang bagus, dipastikan akan sukses dan
bisa mencapai tugas yang diberikan. Lain halnya bagi siswa yang belum memahami
apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan menjadi murid yang sulit dalam
mempelajari tema/topik pembelajaran dan mungkin akan frustasi karena tidak bisa
menyelesaikan tugas dengan baik.
Pemahaman dalam belajar akan lebih bagus apabila
tingkat kesulitan yang diberikan sedikit lebih tinggi dari level pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan sebelumnya. Hal tersebut akan membantu dalam menghubungkan
pengetahuan yang baru dan tingkat pengetahuan baru. Kesiapan siswa akan erat hubungannya
dengan tingkat perkembangan pemehaman dan prestasi siswa di kelas (achievement).
2. Interest
(Ketertarikan)
Kita tahu bahwa seperti juga kita
orang dewasa, murid juga memiliki ketertarikan/minat sendiri. Ada murid yang
minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak,
dsb. Minat adalah salah satu motivator
penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.
Ketertarikan merupakan
faktor terbesar dari dalam diri seseorang dalam memotivasi untuk belajar. Guru
yang bijak akan menghubungkan konten yang dipelajari dengan ketertarikan
(interest) dari siswanya. Hal ini akan mempertahankan level perhatian siswa
dalam belajar. Ketertarikan dari siswa ini berhubungan dengan semua hal yang siswa
suka atau tidak suka dan mengenai hobinya.
Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:
a. Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari atau bentuk lain sesuai minat mereka.
b. Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
c. Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
d. Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.
e. Membuat model.
3. Learning profile (Profil belajar)
Gaya belajar merupakan cara/jalan bagaimana siswa
tersebut bisa belajar dengan baik. Beberapa siswa mungkin akan lebih bagus
belajar dengan cara diskusi dengan teman sebayanya, tetapi ada juga sebagian siswa
yang lebih bagus belajar sendiri. Ada siswa yang belajar dari beberapa bagian
dari tema tetapi adapula yang menganalisanya. Guru harus jeli dalam memahami gaya
belajar setiap siswanya.
Adapun dalam profil belajar siswa akan
dihubungkan pula dengan faktor sosial/emosi yaitu mengenai bahasa, budaya, kesehatan,
kenyataan dalam keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu learning
profile juga berhubungan dengan gaya belajar (learning style) seseorang. Ada beberapa yang memiliki gaya belajar dengan visual
(melihat gambar, membaca), ada yang auditory (mendengarkan ceramah atau
diskusi), ada juga yang memiliki gaya belajar dengan bergerak (kinestetik).
Multiple intelegances juga berhubungan dengan learning profile ini, yang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Howard Gardner.
Menurut Howard Gardner ada 8 intelegensi yaitu logic-matematis, linguistik,
musikal, spasial, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Teori ini akan membantu dalam mengadaptasikan pengajaran kepada siswa, selain itu
guru juga harus mengetahui learning
profile atau gaya belajar dari
masing-masing siswanya.
Setelah dilakukan asesmen seperti pada tabel di atas kemudian baru
membuat design atau perencanaan pengalaman belajar berdasarkan dari
pemahaman murid, memperhitungkan produk/hasilbelajar yang akan dibuat atau
membuat asesmen akhir sebagai final untuk mengetahui kesuksesan siswa dalam belajar.
Dalam gambar di atas menjelaskan proses pelaksanaan DI (Differentiated of instruction), yaitu dengan terlebih dahulu guru melakukan
(assessment) awal atau mengadakan (pre-test) dengan tujuan mengetahui sejauh mana kemampuan dari masing-masing
siswa, sehingga guru bisa merencanakan untuk mendesain dan memodifikasi
kurikulum berdasarkan tingkat kesiapan siswa, interest atau ketertarikan siswa, gaya belajar serta pengetahuan yang
sudah didapat siswa sebelumnya (Prior
Knowledge). Masing-masing siswa akan mendapatkan pencapaian
standar yang berbeda-beda. Hal ini sangat penting dilakukan oleh guru, karena
dengan cara ini guru bisa mengetahui
tingkat kemampuan siswa.
Adapun tingkat dari kemampuan belajar (Level of Learning) dari setiap siswa dibedakan menjadi tiga, antara lain sebagai
berikut.
1.
Independent
Level (tingkat mandiri)
Siswa pada tingkatan ini tidak memerlukan
bantuan dan bisa mengerjakan tugas secara mandiri.
2.
Instructional
Level (tingkat pemberian
perintah)
Siswa pada tingkatan ini memerlukan bimbingan
dalam memahami suatu konsep dan memerlukan bantuan dalam mengerjakan tugas.
3.
Frustration
Level (tingkat frustasi)
Pada tingkatan ini siswa sangat kesulitan dalam
mengikuti pelajaran dikarenakan karena belum matangnya konsep-konsep dasar
serta pengetahuan yang dimiliki sehingga siswa akan mudah menyerah dan frustasi
dalam mengerjakan tugas.
Menurut (Karten, 2005:60-61), pada dasarnya semua siswa itu
belajar, tetapi mereka mempunyai kemampuan yang berbeda-beda di dalam kelas yang
sama. Seorang guru harus teliti dan menyadari tingkat kemampuan dari
masing-masing anak sebelum memberikan suatu instruksi.
Dengan melakukan asesmen ketiga hal tersebut di atas, guru akan
mengetahui tingkat pemahaman murid, pengetahuan yang mereka miliki sehingga
akan menjadi modal guru dalam merancang pembelajaran di kelas berdasarkan tingkat
kesiapan, serta dalam memberikan tugas disesuaikan dengan ketertarikan dan
profil belajar anak. Kita harus ingat bahwa setiap apa yang dilakukan murid
merupakan sumber potensi informasi mengenai pemahaman dan keterampilan yang
mereka pahami, yang harus kita perhatikan.
Dalam memberikan asesmen, format asesmen adalah sederhana dan
menegaskan apa yang ingin kita ketahui mengenai apa yang murid pahami. Dalam melakukan
asesmen terkadang guru juga harus melakukan berbagai strategi dan tidak harus
dalam bentuk individual tetapi bisa juga dengan melakuka berbagai aktivitas.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa contoh dalam melakukan
asesmen, bisa
dalam bentuk format asesmen dan juga aktivitas dalam bentuk dokumen
maupun aplikasi secara online.
Instrumen Asesmen Awal
1. Bentuk Dokumen
Contoh Format asesmen dalam mengidentifikasi tingkat
kesiapan (rediness), ketertarikan dan profil belajar.
2. Aplikasi Online
Di bawah ini ada beberapa aplikasi/platform yang
dapat digunakan untuk asesmen awal persiapan perencanaan pembelajaran
differensiasi.
a.
Readiness (kesiapan
Kuisioner Kesiapan Mengikuti Pembelajaran Online: Klik DISINI
b.
Interest (ketertarikan)
Test Karir : Klik
Tautan 1. DISINI; 2. DISINI; 3. DISINI.
c.
Learning Profile (profil belajar
Kuisioner untuk gaya belajar:
Klik Tautan .1 DISINI; .2 DISINI; .3 DISINI; .4 DISINI
Kuisioner Kecerdasan Ganda:
Klik Tautan .1 DISINI; .2 DISINI; .3 DISINI; .4 DISINI; .5 DISINI.
Tes Minat Bakat :
Klik Tautan .1 DISINI; .2 DISINI.
Test Kompetensi :
Klik Tautan .1 DISINI; .2 DISINI.
Test Kepribadian:
Klik Tautan .1 DISINI; .2 DISINI; .3 DISINI, .4 DISINI; .5 DISINI.
Kuisioner Kekuatan dan Kelemahan : Klik
Tautan DISINI.
Tes Kemampuan Bahasa Inggris: Klik
Tautan DISINI.
Sumber:
Dinar Westri Andini. “Differentiated Instruction”: Solusi Pembelajaran dalam Keberagaman Siswa di Kelas Inklusif. Yogyakarta. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Di mana bisa di download
BalasHapusTerima kasih, banyak informasi yang saya dapatkan
BalasHapus