Pada tulisan sebelumnya
kita sudah membahas bagaimana cara nya untuk mengumpulkan berbagai informasi
mengenai siswa baik dari segi kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Data
tersebut tidak akan berguna kalau kita tidak olah dan ditindaklanjuti dengan
menyusun strategi ataupun rancangan pembelajaran differensiasi berdasarkan preferensi
tersebut. Maka pada tulisan ini kita akan membahas cara merancang strategi
pembelajaran differensiasi berdasarkan data yang sudah diperoleh tersebut.
Merancang Pembelajaran Differensiasi
Pembelajaran differensiasi dirancang
dengan membedakan isi, proses,dan produk berdasarkan perbedaan kesiapan
belajar, minat, dan profil belajar siswa.
Sebelum memulai pembelajaran diferensiasi, guru memastikan bahwa cara pandangnya harus berubah dengan mengajukan pertanyaan berikut:
1. Apa yang saya lakukan agar siswa saya mau belajar?
2. Bagaimana saya bisa mengetahui jika mereka telah mempelajarinya?
3. Bagaimana saya akan
merancang pembelajaran untuk membantu mereka belajar?
4.
Apa yang akan lakukan
jika siswa tidak belajar?
Jika pertanyaan tersebut
telah terjawab dengan tuntas, maka sudah bisa dikatakan bahwa guru sudah
berubah cara pandangnya. Untuk itu, langkah berikutnya adalah merancang
pembelajaran diferensiasi. Mulai dari asesmen sampai dengan evaluasi yang
berbasis kurikulum. Strategi pembelajaran seperti bertanya, panduan antisipasi,
pengajaran timbal balik, jigsaw, dan simulasi sangat berguna dalam proses belajar
mengajar. Mereka bisa digunakan untuk itu memperkenalkan, menilai, dan
mengkonsolidasikan pembelajaran dan mengumpulkan bukti untuk mengevaluasi
pembelajaran.
Merancang pembelajaran dapat membantu guru
dalam:
1. Merencanakan tujuan akhir.
2. Menentukan unsur-unsur pelajaran yang akan
didiferensiasikan.
3. Garis besar strategi, struktur dan proses
pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran terbagi pada tiga
fase:
1. Fase
awal, untuk memfokuskan dan
melibatkan siswa dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Terkadang dengan mengajukan pertanyaan dan menyelidiki pemahaman saat ini
(Minds On).
Bentuk kegiatan fase awal:
a. Membangun lingkungan belajar yang positif.
b. Menghubungkan ke pembelajaran sebelumnya.
c.
Mengajukan pertanyaan dan
menyelidiki pemahaman saat ini.
2. Fase tengah, untuk memperkenalkan atau memperluas pembelajaran, dan
menyediakan peluang untuk latihan dan umpan balik (Aksi).
Bentuk kegiatan fase tengah:
a. Memperkenalkan pembelajaran baru.
b. Memberikan kesempatan untuk latihan (misalnya,
belajar mandiri), menerapkan pembelajaran dan umpan balik.
3. Fase akhir, untuk mengkonsolidasikan pembelajaran dan memberikan peluang
untuk refleksi (Konsolidasi dan Koneksi). Memberikan kesempatan pada siswa
untuk merefleksikan pembelajaran.
A. Pembelajaran Diiferensiasi Berdasarkan Isi, Proses,
dan Produk
Selanjutnya pembelajaran differensiasi
dirancang dengan membedakan isi, proses, dan produk berdasarkan perbedaan
kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa seperti pada penjabaran
di bawah ini.
1. Content
(Isi)
Tomlinson (2000) menjelaskan bahwa
differensiasi isi merujuk pada pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajari oleh
siswa. Dalam merancang pembelajaran yang berdifferensiasi isi ada tiga hal yang
harus diperhatikan (Hall,
2010), yaitu:
a. guru
harus menggunakan tindakan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, sikap
dan keterampilan;
b.
menyelaraskan tugas
dengan tujuan pembelajaran; dan
c.
isi instruksi harus membahas konsep yang sama pada
semua siswa, tetapi
tingkat kompleksitas harus disesuaikan sesuai dengan keberagaman
siswa.
Heacox
(Joseph, Thomas, Simonette
& Ramsook, 2013) mengemukakan bahwa guru dapat
mendifferensiasi berdasarkan isi dengan
menyediakan kesempatan pada
siswa untuk memilih subtopik dalam topik utama yang
dipelajari, kemudian setiap siswa mempresentasikannya di
kelas sehingga semua
siswa dapat memahami keseluruhan
topik utama.
2. Process
(Proses)
Differensiasi berdasarkan proses yaitu
kegiatan siswa dalam rangka memahami isi (Tomlinson, 2000) yang meliputi:
penggunaan aktivitas berpikir tingkat
tinggi, instruksi kelompok
kecil, multiple inteligence, pemusatan
pembelajaran, mind-mapping, dan
tugas kooperatif (Bao, 2010).
Sedangkan Hall (2010)
mengemukakan differensiasi
proses meliputi pengelompokkan yang
fleksibel dan menggunakan berbagai strategi
dalam proses pembelajarannya.
Dengan
demikian, differensiasi proses
adalah suatu kegiatan beragam yang dilakukan selama proses
pembelajaran. Pengelompokkan yang fleksibel
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi
yang baru. Gurudapat melakukan
sebuah pengantar dari materi pembelajaran pada seluruh kelas, kemudian diikuti
dengan diskusi kelompok kecil atau
kerja berpasangan. Setelah
itu siswa dilatih
untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan baik dari
dalam (bersama teman
kelompok) atau oleh
guru. Pengelompokan siswa
tidak tetap, karena merupakan
dasar dari DI.
Pengelompokan dan regrouping harus menjadi proses yang dinamis, berubah dengan konten, proyek, dan
terus-menerus dievaluasi (Bao, 2010).
Sedangkan menurut
Tomlinson (2000) defferensiasi
proses adalah membedakan
tugas yang diberikan
kepada siswa agar dapat
memungkinkan siswa untuk
berlatih dan memahami
isi (content) materi, yang meliputi:
a. menyediakan berbagai alternatif cara dalam mengeksplorasi konsep
materi;
b. mengilustrasikan konsep
materi agar mudah
dipahami; dan
c. memodifikasi kompleksitas pengilustrasian dari berbagai
tingkatan kognitif siswa.
3. Product
(Produk)
Produk yaitu hasil belajar siswa yang
merupakan hasil latihan, penerapan,
dan pengembangan apa
yang telah dipelajari
siswa (Tomlinson, 2000). Diferensiasi berdasarkan produk meliputi: tugas
berjenjang, rubrik, penilaian
alternatif, pekerjaan rumah
yang dimodifikasi, dan proyek
independen (Bao, 2010). Ketika membedakan produk,
siswa dapat memilih
diantara tugas yang bervariasi. Setiap
siswa belajar dengan
materi yang sama
dan proses seperti yang lainnya, namun memiliki titik akhir individu.
B.
Strategi Pembelajaran Differensiasi
Menurut Arends (2013) pada pengajaran
yang dibedakan atau Differentiated Instruction, ada beberapa strategi
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, yaitu sebagai berikut.
1. Differensiasi Berdasarkan Gaya Belajar
Pada strategi ini guru harus memetakan gaya belajar siswa
yang ada dalam kelas baru kemudian menentukan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan masing-masing gaya belajar.
Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar visual maka
pembelajarannya dapat menggunakan peta konsep, grafis organizer, membaca,
menggunakan media dan alat peraga. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial
dapat dengan menggunakan strategi diskusi, tanya jawab, presentasi. Sedangkan
siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat menggunakan strategi metode
praktikum, mengajak siswa belajar di luar ruangan.
2. Differensiasi Menggunakan Intelegensi Ganda
Intelegensi
ganda atau yang
dikenal dengan multiple intelligence atau kecerdasan
majemuk pertama kali diperkenalkan oleh
Howard Gardner pada pertengahan tahun 1990an. Ia membagi kecerdasan anak
menjadi delapan, yaitu logis matematis, linguistik, musikal, spasial,
jasmani-kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Berikut ini disajikan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan intelegensi ganda.
3. Differensiasi Kurikulum
Agar
diferensiasi dapat berjalan,
kurikulum yang digunakan harus dimodifikasi. Setiap siswa memiliki kemampuan, minat,
dan kesiapan belajar yang
berbeda-beda, sehingga konten pembelajaran yang
ditemukan dalam buku teks
dan dijabarkan dalam kerangka
kurikulum harus dimodifikasi agar
sesuai dengan kebutuhan
siswa. Hal ini
berarti menyediakan lebih banyak
waktu bagi beberapa orang siswa
untuk mengembangkan pemahaman yang
penting, sementara memperpendek waktu pembelajaran bagi siswa lain. Guru harus
berfokus pada hal-hal yang penting daripada mencakup banyak
hal tapi tidak
mendalam. Untuk membuat diferensiasi kurikulum, guru harus
mampu mengintegrasikan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan perbedaan
siswa dengan standar yang harus dicapai oleh siswa tersebut.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
4-8 orang, dengan struktur pengelompokkannya bersifat
heterogen (Slavin dalam Hosnan, 2014). Lebih lanjut, Hosnan
(2014) mengemukakan bahwa tujuan
dari pembelajaran kooperatif
adalah:
a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
penerimaan yang luas;
b. penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan,
minat, dan bakat; dan
c. mengajarkan
kepada siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi.
Dalam
melaksanakan pembelajaran kooperatif,
ada enam langkah utama yang harus dilakukan guru (Hosnan, 2014) yaitu
menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-kelompok belajar,
membimbing kelompok belajar, evaluasi
dan memberikan penghargaan.
5. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis
masalah meletakkan siswa
pada peran aktif ketika mereka menyelidiki situasi yang membingungkan dan masalah
yang jawabannya tidak
jelas. Siswa yang menggunakan pendekatan ini dapat
menyelidiki masalah dengan berbagai
cara menggunakan pendekatan dan sumber daya mereka sendiri. Pembelajaran
berbasis masalah memungkinkan
siswa untuk menyumbangkan kekuatan
mereka, menggunakan talenta khusus, mengidentifikasi masalah
pilihan mereka sendiri,
dan merancang proyek yang
menangani masalah dengan cara yang otentik dan menantang.
6. Memadatkan Kurikulum dan Pengajaran
Jika
siswa memiliki pemahaman
yang kuat mengenai pengetahuian dan
keterampilan yang terkait
dengan pelajaran tertentu, guru
dapat memadatkan kurikulum untuk pelajaran ini. Hal ini berarti
mengkaji ulang konten
pelajaran dengan cepat
dan kemudian mengizinkan beberapa
siswa untuk melanjutkan
ke gagasan, konsep, dan
keterampilan yang lebih
kompleks dan tingkat lebih
tinggi.
7. Kegiatan yang Berjenjang
Kegiatan ini memungkinkan semua siswa
untuk berfokus pada pemahaman dan keterampilan yang sama, tetapi dengan
abstraksi dan kompleksitas yang berbeda-beda.
Ketika guru menggunakan kegiatan berjenjang, penting kiranya bahwa mereka meningkatkan tingkat tantangan
bagi siswa yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam bidang
tertentu.
Dogde
(Arends, 2013) mengemukakan
tiga tahap dalam mengembangkan tugas
berjenjang yaitu:
a. Mengembangkan tugas untuk pembelajar tingkat
kelas;
b. mengembangkan tugas bagi siswa yang bersusah payah dan
menyediakan dukungan untuk memastikan kesuksesan mereka dalam mengerjakan
tugas; dan
c. mengembangkan tugas
yang menantang untuk pembelajar yang lebih
mahir. Tugas ini
harus melebarkan tingkat
fungsi mereka, tidak hanya
menambah pekerjaan.
8. Belajar Mandiri dan Kontrak Pembelajaran
Strategi ini
menuntut siswa untuk
belajar secara mandiri. Siswa dan guru membuat kesepakatan
tentang topik pembelajaran yang akan dikerjakan oleh siswa. Siswa diberikan
kebebasan untuk memilih sumber belajar
yang diinginkan sesuai
dengan topik pembelajaran yang
telah disepakati. Strategi
ini akan memberikan manfaat
seperti berikut:
a. memungkinkan siswa untuk bekerja pada
kecepatan yang tepat,
b. didasarkan pada gaya belajar, dan
c.
membantu siswa bekerja secara mandiri, dan belajar keterampilan
perencanaan.
Fokus dari strategi ini adalah kesiapan
dan profil belajar.
9. Pengelompokkan Fleksibel
Pengelompokkan fleksibel
atau flexible grouping merupakan salah satu praktik
pokok dalam kegiatan diferensiasi pembelajaran. Praktik ini meliputi kegiatan
yang membuat siswa tetap dalam kelas reguler
dan menempatkan mereka pada kelompok-kelompok kecil pada sementara
waktu. Pengelompokkan siswa dapat berdasarkan kesiapan, gaya
belajar, dan profil
belajar. Siswa dapat
juga dikelompokkan dalam kelompok
besar, kelompok kecil,
atau berpasangan.
10. Papan Pilihan Tic Tac Toe
Strategi ini
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi dalam
beberapa tugas, yang
dapat melatih keterampilan yang
telah dipelajari dan
menunjukkan serta memperluas pemahaman
konsep mereka. Siswa
diminta untuk memilih tiga
dari beberapa tugas
yang disediakan secara berdekatan atau
diagonal. Papan pilihan
ini berdasarkan pada kesiapan siswa, minat, dan preferensi
belajar.
B.
Prinsip dan
Karakteristik Menerapkan Differensiasi dalam Pembelajaran
Beberapa prinsip-prinsip dan
karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kelas
yang heterogen (Tomlinson, 2000) yaitu:
1. Penilaian
terus-menerus (on going)
dan terkait erat
dengan pembelajaran.
2. Guru adalah pencari
dan pengumpul informasi tentang
siswa dan bagaimana siswa belajar pada suatu kondisi tertentu. Hasil yang
didapatkan guru tentang kesiapan siswa, minat,
dan pola belajar siswa
dapat membantu guru
merencanakan langkah selanjutnya dalam membuat instruksi.
3. Guru bekerja
keras untuk memastikan
"penghargaan" untuk semua siswa. Setiap karya siswa harus dihargai sama,
bagaimanapun hasil karya itu. sama-sama menarik, dan sama-sama berfokus
pada pemahaman esensial dan keterampilan yang ingin dicapai.
4. Fleksibel adalah ciri
khas kelas pengelompokan, dasar pengelompokan siswa
tidak monoton. Dapat
diubah sesuai kebutuhan, misalnya
pada dua pertemuan
awal pengelompokan siswa berdasarkan gaya belajar, maka pada pertemuan selanjutnya
dapat diubah berdasarkan
kesiapan siswa.
5. Guru
merencanakan memperpanjang periode
instruksi sehingga semua siswa
belajar dengan berbagai
rekannya selama pembelajaran.
6. Menggunakan soal terbuka
Sumber:
Marlina. 2020. Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah
Inklusif. Universitas Negeri Padang.
Eni Defitriani. Differentiated Instruction: Apa, Mengapa dan Bagaimana Penerapannya. Universitas Batanghari Jambi, Indonesia
0 comments:
Posting Komentar