Minggu, 17 Juli 2022

CARA MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN DIFFERENSIASI

Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas bagaimana cara nya untuk mengumpulkan berbagai informasi mengenai siswa baik dari segi kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Data tersebut tidak akan berguna kalau kita tidak olah dan ditindaklanjuti dengan menyusun strategi ataupun rancangan pembelajaran differensiasi berdasarkan preferensi tersebut. Maka pada tulisan ini kita akan membahas cara merancang strategi pembelajaran differensiasi berdasarkan data yang sudah diperoleh tersebut.

Merancang Pembelajaran Differensiasi

Pembelajaran differensiasi dirancang dengan membedakan isi, proses,dan produk berdasarkan perbedaan kesiapan belajar,  minat,  dan profil belajar siswa.

Sebelum memulai pembelajaran diferensiasi, guru memastikan bahwa cara pandangnya harus berubah dengan mengajukan pertanyaan berikut:

1.     Apa yang saya lakukan agar siswa saya mau belajar?

2.  Bagaimana saya bisa mengetahui jika mereka telah mempelajarinya?

3.  Bagaimana saya akan merancang pembelajaran untuk membantu mereka belajar?

4.     Apa yang akan lakukan jika siswa tidak belajar?

Jika pertanyaan tersebut telah terjawab dengan tuntas, maka sudah bisa dikatakan bahwa guru sudah berubah cara pandangnya. Untuk itu, langkah berikutnya adalah merancang pembelajaran diferensiasi. Mulai dari asesmen sampai dengan evaluasi yang berbasis kurikulum. Strategi pembelajaran seperti bertanya, panduan antisipasi, pengajaran timbal balik, jigsaw, dan simulasi sangat berguna dalam proses belajar mengajar. Mereka bisa digunakan untuk itu memperkenalkan, menilai, dan mengkonsolidasikan pembelajaran dan mengumpulkan bukti untuk mengevaluasi pembelajaran.

Merancang pembelajaran dapat membantu guru dalam:

1.   Merencanakan tujuan akhir.

2.   Menentukan unsur-unsur pelajaran yang akan didiferensiasikan.

3.   Garis besar strategi, struktur dan proses pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran terbagi pada tiga fase:

1. Fase awal, untuk memfokuskan dan melibatkan siswa dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Terkadang dengan mengajukan pertanyaan dan menyelidiki pemahaman saat ini (Minds On).

Bentuk kegiatan fase awal:

a.     Membangun lingkungan belajar yang positif.

b.     Menghubungkan ke pembelajaran sebelumnya.

c.         Mengajukan pertanyaan dan menyelidiki pemahaman saat ini.

2. Fase tengah, untuk memperkenalkan atau memperluas pembelajaran, dan menyediakan peluang untuk latihan dan umpan balik (Aksi).

Bentuk kegiatan fase tengah:

a.     Memperkenalkan pembelajaran baru.

b. Memberikan kesempatan untuk latihan (misalnya, belajar mandiri), menerapkan pembelajaran dan umpan balik.

3. Fase akhir, untuk mengkonsolidasikan pembelajaran dan memberikan peluang untuk refleksi (Konsolidasi dan Koneksi). Memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksikan pembelajaran. 

A.   Pembelajaran Diiferensiasi Berdasarkan Isi, Proses, dan Produk

Selanjutnya pembelajaran differensiasi dirancang dengan membedakan isi, proses, dan produk berdasarkan perbedaan kesiapan belajar,  minat,  dan profil belajar siswa seperti pada penjabaran di bawah ini.

1.     Content (Isi)

Tomlinson (2000) menjelaskan bahwa differensiasi isi merujuk pada pengetahuan  dan  keterampilan  yang dipelajari  oleh  siswa. Dalam merancang pembelajaran yang berdifferensiasi isi ada tiga hal  yang  harus  diperhatikan  (Hall,  2010),  yaitu:

a. guru  harus menggunakan tindakan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, sikap dan  keterampilan; 

b.     menyelaraskan  tugas  dengan  tujuan pembelajaran;  dan

c.     isi instruksi harus  membahas konsep yang sama  pada  semua  siswa,  tetapi  tingkat  kompleksitas  harus disesuaikan sesuai dengan keberagaman siswa.

Heacox  (Joseph,  Thomas,  Simonette  &  Ramsook,  2013) mengemukakan bahwa guru dapat mendifferensiasi berdasarkan isi dengan  menyediakan  kesempatan  pada  siswa  untuk  memilih subtopik dalam topik utama yang dipelajari, kemudian setiap siswa mempresentasikannya  di  kelas  sehingga  semua  siswa  dapat memahami keseluruhan topik utama.

2.     Process (Proses)

Differensiasi berdasarkan proses yaitu kegiatan siswa dalam rangka memahami isi (Tomlinson, 2000) yang meliputi: penggunaan aktivitas  berpikir  tingkat  tinggi,  instruksi  kelompok  kecil,  multiple inteligence,  pemusatan  pembelajaran,  mind-mapping,  dan  tugas kooperatif   (Bao,  2010).  Sedangkan  Hall  (2010)  mengemukakan differensiasi  proses  meliputi  pengelompokkan  yang  fleksibel  dan menggunakan  berbagai  strategi  dalam proses  pembelajarannya.

Dengan  demikian,  differensiasi  proses  adalah  suatu  kegiatan beragam yang dilakukan selama proses pembelajaran. Pengelompokkan  yang  fleksibel  diharapkan  dapat meningkatkan  pemahaman  siswa  terhadap  materi  yang  baru. Gurudapat melakukan sebuah pengantar dari materi pembelajaran pada seluruh kelas, kemudian diikuti dengan diskusi kelompok kecil atau  kerja  berpasangan.  Setelah  itu  siswa  dilatih  untuk menyelesaikan  tugas  yang  diberikan  baik  dari  dalam (bersama teman  kelompok)  atau  oleh  guru.   Pengelompokan  siswa  tidak tetap,  karena  merupakan  dasar  dari  DI.  Pengelompokan  dan regrouping  harus menjadi  proses yang dinamis,  berubah dengan konten, proyek, dan terus-menerus dievaluasi (Bao, 2010).

Sedangkan  menurut  Tomlinson  (2000)  defferensiasi  proses adalah membedakan  tugas  yang  diberikan  kepada  siswa  agar dapat  memungkinkan  siswa  untuk  berlatih  dan  memahami  isi (content) materi, yang meliputi:

a.    menyediakan berbagai alternatif cara  dalam mengeksplorasi  konsep  materi; 

b.     mengilustrasikan konsep  materi  agar  mudah  dipahami;  dan 

c. memodifikasi kompleksitas pengilustrasian dari berbagai tingkatan kognitif siswa.

3.     Product (Produk)

Produk yaitu hasil belajar siswa yang merupakan hasil latihan, penerapan,  dan  pengembangan  apa  yang  telah  dipelajari  siswa (Tomlinson, 2000). Diferensiasi berdasarkan produk meliputi: tugas berjenjang,  rubrik,  penilaian  alternatif,  pekerjaan  rumah  yang dimodifikasi,  dan  proyek  independen (Bao,  2010).  Ketika membedakan  produk,  siswa  dapat  memilih  diantara  tugas  yang bervariasi.  Setiap  siswa  belajar  dengan  materi  yang  sama  dan proses seperti yang lainnya, namun memiliki titik akhir individu.

B.   Strategi Pembelajaran Differensiasi

Menurut Arends (2013) pada pengajaran yang dibedakan atau Differentiated Instruction, ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, yaitu sebagai berikut.

1.     Differensiasi Berdasarkan Gaya Belajar

Pada strategi ini guru harus memetakan gaya belajar siswa yang ada dalam kelas baru kemudian menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing gaya belajar.

Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar visual maka pembelajarannya dapat menggunakan peta konsep, grafis organizer, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dapat dengan menggunakan strategi diskusi, tanya jawab, presentasi. Sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat menggunakan strategi metode praktikum, mengajak siswa belajar di luar ruangan.

2.     Differensiasi Menggunakan Intelegensi Ganda

Intelegensi  ganda  atau  yang  dikenal  dengan  multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pertama kali  diperkenalkan oleh Howard Gardner pada pertengahan tahun 1990an. Ia membagi kecerdasan anak menjadi delapan, yaitu logis matematis, linguistik, musikal,  spasial,  jasmani-kinestetik,  interpersonal,  intrapersonal, dan naturalis. Berikut ini disajikan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan  dalam pelaksanaan  pembelajaran  dengan  intelegensi ganda.

 

3.     Differensiasi Kurikulum

Agar  diferensiasi  dapat  berjalan,  kurikulum yang digunakan harus dimodifikasi.  Setiap siswa memiliki kemampuan,  minat,  dan kesiapan  belajar  yang  berbeda-beda,  sehingga  konten pembelajaran  yang  ditemukan  dalam buku  teks  dan  dijabarkan dalam kerangka kurikulum harus dimodifikasi agar  sesuai  dengan kebutuhan siswa.  Hal  ini  berarti  menyediakan lebih banyak waktu bagi  beberapa orang siswa untuk  mengembangkan pemahaman yang penting, sementara memperpendek waktu pembelajaran bagi siswa lain. Guru harus berfokus pada hal-hal yang penting daripada mencakup  banyak  hal  tapi  tidak  mendalam.  Untuk  membuat diferensiasi kurikulum, guru harus mampu mengintegrasikan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan perbedaan siswa dengan standar yang harus dicapai oleh siswa tersebut.

4.     Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif  adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif  yang anggotanya terdiri  dari  4-8 orang,  dengan struktur  pengelompokkannya  bersifat  heterogen  (Slavin  dalam Hosnan, 2014). Lebih lanjut, Hosnan (2014) mengemukakan bahwa tujuan  dari  pembelajaran  kooperatif  adalah: 

a.   Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, penerimaan yang luas;

b.   penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,  kelas sosial,  kemampuan,  minat,  dan bakat;  dan

c.    mengajarkan  kepada  siswa  keterampilan  bekerja  sama  dan kolaborasi. 

Dalam  melaksanakan  pembelajaran  kooperatif,  ada enam langkah utama yang harus dilakukan guru (Hosnan,  2014) yaitu  menyampaikan  tujuan  dan  motivasi  siswa,  menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,  membimbing kelompok belajar, evaluasi  dan memberikan penghargaan.

5.     Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran  berbasis  masalah  meletakkan  siswa  pada peran aktif ketika mereka menyelidiki situasi yang membingungkan dan  masalah  yang  jawabannya  tidak  jelas.  Siswa  yang menggunakan pendekatan ini  dapat  menyelidiki  masalah dengan berbagai cara menggunakan pendekatan dan sumber daya mereka sendiri.  Pembelajaran  berbasis  masalah  memungkinkan  siswa untuk  menyumbangkan  kekuatan  mereka,  menggunakan  talenta khusus,  mengidentifikasi  masalah  pilihan  mereka  sendiri,  dan merancang proyek  yang menangani  masalah dengan  cara yang otentik dan menantang.

6.     Memadatkan Kurikulum dan Pengajaran

Jika  siswa  memiliki  pemahaman  yang  kuat  mengenai pengetahuian  dan  keterampilan  yang  terkait  dengan  pelajaran tertentu, guru dapat memadatkan kurikulum untuk pelajaran ini. Hal ini  berarti  mengkaji  ulang  konten  pelajaran  dengan  cepat  dan kemudian  mengizinkan  beberapa  siswa  untuk  melanjutkan  ke gagasan,  konsep,  dan  keterampilan  yang  lebih  kompleks  dan tingkat lebih tinggi.

7.     Kegiatan yang Berjenjang

Kegiatan ini memungkinkan semua siswa untuk berfokus pada pemahaman dan keterampilan yang sama, tetapi dengan abstraksi dan kompleksitas yang berbeda-beda.  Ketika guru menggunakan kegiatan berjenjang,  penting kiranya bahwa mereka meningkatkan tingkat  tantangan  bagi  siswa  yang  memiliki  pengetahuan  dan keterampilan khusus dalam bidang tertentu.

Dogde  (Arends,  2013)  mengemukakan  tiga  tahap  dalam mengembangkan  tugas  berjenjang  yaitu: 

a.    Mengembangkan tugas untuk pembelajar  tingkat  kelas; 

b. mengembangkan tugas bagi siswa yang bersusah payah dan menyediakan dukungan untuk memastikan kesuksesan mereka dalam mengerjakan tugas; dan

c.   mengembangkan tugas  yang menantang untuk  pembelajar  yang lebih  mahir.  Tugas  ini  harus  melebarkan  tingkat  fungsi  mereka, tidak hanya menambah pekerjaan.

8.     Belajar Mandiri dan Kontrak Pembelajaran

Strategi  ini  menuntut  siswa  untuk  belajar  secara  mandiri. Siswa dan guru membuat kesepakatan tentang topik pembelajaran yang akan dikerjakan oleh siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk memilih  sumber  belajar  yang  diinginkan  sesuai  dengan  topik pembelajaran  yang  telah  disepakati.  Strategi  ini  akan memberikan manfaat seperti berikut:

a. memungkinkan siswa untuk bekerja pada kecepatan yang tepat,

b. didasarkan pada gaya belajar,  dan

c.  membantu siswa bekerja secara mandiri, dan belajar keterampilan perencanaan.

Fokus dari strategi ini adalah kesiapan dan profil belajar.

9.     Pengelompokkan Fleksibel

Pengelompokkan  fleksibel  atau  flexible  grouping merupakan salah satu praktik pokok dalam kegiatan diferensiasi pembelajaran. Praktik ini meliputi kegiatan yang membuat siswa tetap dalam kelas reguler  dan menempatkan mereka pada kelompok-kelompok kecil pada sementara waktu. Pengelompokkan siswa dapat berdasarkan kesiapan,  gaya  belajar,  dan  profil  belajar.  Siswa  dapat  juga dikelompokkan  dalam  kelompok  besar,  kelompok  kecil,  atau berpasangan.

10.     Papan Pilihan Tic Tac Toe

Strategi  ini  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk berpartisipasi  dalam  beberapa  tugas,  yang  dapat  melatih keterampilan  yang  telah  dipelajari  dan  menunjukkan  serta memperluas  pemahaman  konsep  mereka.  Siswa  diminta  untuk memilih  tiga  dari  beberapa  tugas  yang  disediakan  secara berdekatan  atau  diagonal.  Papan  pilihan  ini  berdasarkan  pada kesiapan siswa, minat, dan preferensi belajar.

 

B.   Prinsip dan Karakteristik Menerapkan Differensiasi dalam Pembelajaran

Beberapa  prinsip-prinsip  dan  karakteristik  yang  perlu diperhatikan dalam pembelajaran kelas yang heterogen (Tomlinson, 2000) yaitu:

1. Penilaian  terus-menerus  (on  going)  dan  terkait  erat  dengan pembelajaran.

2. Guru adalah pencari  dan pengumpul  informasi tentang siswa dan bagaimana siswa belajar pada suatu kondisi tertentu. Hasil yang didapatkan  guru  tentang kesiapan siswa,  minat,  dan pola  belajar  siswa  dapat  membantu  guru  merencanakan langkah selanjutnya dalam membuat instruksi.

3.     Guru bekerja  keras  untuk  memastikan  "penghargaan"  untuk semua  siswa. Setiap karya siswa harus dihargai  sama,  bagaimanapun hasil karya itu. sama-sama menarik, dan sama-sama berfokus pada pemahaman esensial dan keterampilan yang ingin dicapai.

4.    Fleksibel  adalah  ciri  khas  kelas  pengelompokan,  dasar pengelompokan  siswa  tidak  monoton.  Dapat  diubah  sesuai kebutuhan,  misalnya  pada  dua  pertemuan  awal pengelompokan siswa berdasarkan gaya belajar,  maka pada pertemuan  selanjutnya  dapat  diubah  berdasarkan  kesiapan siswa.

5.   Guru  merencanakan  memperpanjang  periode  instruksi sehingga  semua  siswa  belajar   dengan  berbagai  rekannya selama pembelajaran.

6.     Menggunakan soal terbuka

Sumber:

Marlina. 2020. Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif. Universitas Negeri Padang.

Eni Defitriani. Differentiated Instruction: Apa, Mengapa dan Bagaimana Penerapannya. Universitas Batanghari Jambi, Indonesia

0 comments:

Posting Komentar