Senin, 01 Mei 2017

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk dapat menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 atau 4C (Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem Solving, Communication, dan  Collaboration). Seandainya guru masih menggunakan metode atau pendekatan yang masih berpusat kepada guru di dalam pembelajarannya tanpa mengaktifkan peserta didik dalam menemukan sendiri kompetensinya, maka keterampilan abad 21 tersebut tidak akan dikuasai oleh peserta didik kita. Misalnya untuk Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis atau pemecahan masalah) maka seharusnya peserta didik dibiasakan dengan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Model ini juga menuntut peserta didik untuk Collaboration (kerjasama), Communication (komunikasi), Creativity and Innovation (kreatif dan inovasi) dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini akan membahas model tersebut mulai dari pengertiannya, langkah-langkah pembelajaran, sampai contoh penerapannya pada mata pelajaran yang disini dicontohkan untuk mata pelajaran sejarah. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
a.         Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning
Menurut (Kemdikbud, 2015:10) model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, dan inquiry learning.
Model Problem Based Learning menuntut adanya diskusi siswa secara berkelompok. Selain hal tersebut, informasi yang ada di dalam situs-situs di internet tidak semuanya boleh siswa baca. Terdapat situs-situs di internet yang menyajikan content yang belum saatnya siswa tahu.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Adapun definisi Problem Based Learning menurut beberapa ahli antara lain :
1)      Kamdi 2007:77: Problem Based Learing  adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari penetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
2)       Menurut Duch (1995) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
3)    Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, meningkatkan kepercayaan dirinya.
4)      Menurut Glazer (2001) Problem Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah yang kompleks dalam situasi yang nyata. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan kurikulumnya disajikan dalam bentuk masalah yang ada (nyata) sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang kemudian akan memecahkan masalah tersebut.
Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Leraning  dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Dalam Problem Based Leraning  telah dirancang masalah-masalah yang menuntuu siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalh dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisiapasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekaran yang sistematik untuk memecahkan masalah-masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Model Problem Based Learning  bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata Problem Based Learning sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Prob diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan masalah, kecakanapan berfikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi.
Dalam PBL pembelajaran lebih mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, mengadakan dialoh, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuri dan intelktual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
b.        Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
            Langkah-langkah penerapan metode Pembelajaran Berbasis Masalah secara umum, yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. Selain itu, ada juga pendapat lain yaitu meliputi langkah orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisa serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Menurut (Kemdikbud, 2015:11) Problem Based Learning terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja. Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



c.         Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Arends (Trianto, 2007), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karaktertistik sebagai berikut :
1)        Pengajuan pertanyaan atau masalah
a)     Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
b)    Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi sisa pada akhirnya menyulitkan penyelsaian siswa.
c)        Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
d)   Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarakan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia
e)       Bermanfaat, yaitu maslah tersebut bermanfaat bagi peserta didik sebagai pemcah masalah dan guru sebagai pembuat masalah.
2)       Berkofus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3)       Penyelidikan autentik (nyata)
Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisi informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.
4)       Menghasilkan produk dan memamerkannya
Peserta didik bertugas menyusun hasil belajaranya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.
5)        Kolaboratif
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar peserta didik.
Adapun beberapa karakteristik PBL menurut Tan (Amir, 2007)       diantaranya :
1)        Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
2)     Biasanya, masalah yang digunakan merupaka masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang
3)     Masalah biasanya menuntut prespektif majemuk. Solusinya menuntut peserta didik menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarakan atau lintas ilmu ke bidang lainnya
4)      Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
5)       Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning)
6)       Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
7)   Pembelajarannya kalobaratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi saling mengajarakan, dan melakukan presentasi.
Dari uraian beberapa ahli mengenai karakteristik model pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)        Belajar dimulai dengan satu masalah
2)        Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
3)        Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
4)   Memberikan tanggung jawab yan besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
5)       Menggunakan kelompok kecil
6)      Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Untuk mengimplementasikan Pembelajaran Berbasis Masalah, seorang guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut biasa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan. Hal itu disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Adapun kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain sebagai berikut:
1)      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu tentang konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainnya.
2)       Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3)     Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4)      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5)    Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
d.        Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.
1)        Dalam situasi Problem Based Learning, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
2) Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
3)      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kita pakai dalam pembelajaran.
4)        Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills).
5)   Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision-making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah, yang mengandung masalah. Terutama membuat soal.
6)  Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
Kekurangan Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain:
2)        Pembelajaran model Problem Based Learning membutuhkan waktu yang lama.
3)        Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar.
4)    Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka karena mereka akan merasa enggan untuk mencobanya
5)     Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenenai materi yang diperlukan untuk meyelsaikan masalah mengapa mereka harus berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
e.         Contoh Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran Sejarah
Pelaksanaan model Problem Based Learning  dalam pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut :
1)   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan topik pembelajaran serta memotivasi siswa  untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah dan mengajukan masalah. Dalam hal ini topik yang dibahas adalah “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan  (Konfrontasi)“
2)        Guru membagi peserta didik kedalam kelompok.
3)        Guru merangsang siswa agar tertarik untuk memecahkan masalah dalam hal ini guru menayangkan sebuah gamabar perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak asing dalam perjuangan memepertahankan kemerdekaan Indonesia
4)        Siswa diminta untuk mengamati secara cermat gambar yang ditayangkan
5)        Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terkait dengan beberapa gamabar tersebut
6)        Guru memberikan komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yangs muncul dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat dan bangsa yang merdeka merupakan bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan dan persatuan bangsa.
7)  Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama setiap kelompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing kemudian mendeskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab sesuai materi masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta merumuskan hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
8)   Kelompok 1 memecahkan masalah yang terkait dengan pertempuran Surabaya melawan pihak asing, kelompok 2 terkait dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang, kelompok 3 terkait dengan Pertempuran Ambarawa, Kelompok 4 terkait dengan Pertempuran Medan Area, Kelompok 5 terkait dengan Bandung Lautan Api
9)  Masing-masing kelompok dalam mengerjakan di kelas, perpustakaan, serta menggunakan fasilitas Laboratarium Multimedia (Internet). Siswa dapat menggunakan segala referensi yang relevan dengan topic yang sedang dibahas seperti buku, internet dll.
10) Setelah kembali ke kelas, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rumusannya. Dan menyimpulkan apa yang telah dibahas kelompok dan mengaitkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan kehidupan masa kini
11) Kemudian guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja didiskusikan

0 comments:

Posting Komentar