Senin, 16 September 2024

CARA GURU MENGELOLA KELAS PADA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Kalau kita memperhatikan gambar di sebelah, maka terlihat pembelajaran dengan berbagai macam model, metode dan strategi. Ada siswa yang dibimbing langsung oleh guru, ada yang berdiskusi, ada yang berpraktek langsung, ada yang belajar menggunakan TIK, ada yang belajar di lantai, dan sebagainya. Idealnya seperti itulah pembelajaran berdiferensiasi.

Strategi diferensiasi memenuhi berbagai kebutuhan belajar siswa, memastikan pengajaran individual yang memperhatikan gaya dan kemampuan belajar setiap siswa. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pengajaran yang mengadaptasi konten, proses, produk, dan lingkungan belajar untuk mengakomodasi kebutuhan unik setiap siswa. Meskipun pendekatan ini mendorong kelas yang lebih inklusif, pendekatan ini juga dapat menyita waktu bagi para pendidik. Strategi utama meliputi pembuatan tempat belajar, menyesuaikan tugas membaca, menggunakan visual, memanfaatkan teknologi, dan menyediakan penilaian yang bervariasi. Metode ini bertujuan untuk melibatkan siswa, meningkatkan pemahaman, dan menumbuhkan lingkungan belajar yang mendukung, memastikan semua siswa mencapai potensi akademis mereka sepenuhnya.

Pengelolaan kelas untuk mendukung terlaksananya pembelajaran berdiferensiasi juga krusial dijalankan oleh guru. Hal tersebut didasari oleh suatu pendapat bahwa sebelum pembelajaran berlangsung perlu ada persiapan baik dari segi mental, fisik, dan sosial. Untuk itu, pengelolaan kelas lingkungan belajar dan mengelola perilaku positip siswa sebagai salah usaha untuk persiapan fisik, mental, dan sosial agar pembelajaran berjalan sesuai yang telah direncanakan. Sebelum mengelola lingkungan fisik dan perilaku positif siswa diperlukan suatu dasar bahwa untuk persiapan pembelajaran guru perlu menyadari urgensinya untuk pembelajaran yang efektif.  Kesadaran tersebut untuk mendorong guru melakukan pengelolaan aktivitasnya dengan pengaturan sebelum, selama proses, dan sesudah melaksanakan pembelajaran. Untuk itu kita kaji tentang pengelolaan agar pembelajaran berlangsung efektif.

A.   MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN EFEKTIF

Model ini diasumsikan bahwa pembelajaran berjalan efektif  dikarenakan ada pengaturan dari berbagai komponen di lingkungan pembelajaran. Komponen meliputi dimensi fisik, dimensi personal/sosial, dimensi manajemen, dimensi instruction, dimensi keaktifan peserta didik, serta dimensi kerjasama dengan orang tua dan para profesional lainnya.

Polloway & Patton (1993: 16) menyatakan suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif dapat menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pada siswa secara luas dan berjalan lancar dalam suatu kondisi belajar sehat secara psikologis, pengaturan lingkungan yang seimbang dan berpusat pada kebutuhan siswa.

Kondisi sebelum mengajar, saat proses mengajar, dan tindak lanjut sesudah mengajar perlu dipertimbangkan oleh guru. Pertimbangan tersebut sebagai dukungan bahwa pengelolaan pembelajaran di kelas tidak semata-mata ketika sedang berada di aktivitas utama proses belajar mengajar siswa. Namun, pengondisian sebelum dan sesudah mengajar mendukung kelancaran di dalam proses yang utama. Pada saat sebelum pembelajaran menyediakan dimensi menumbuhkan persepsi bahwa akan belajar adalah menyenangkan, setelah pembelajaran adalah mengusahakan keberlangsungan (sustainability) dari proses inti pembelajaran. Penjelasan pengelolaan masing-masing peristiwa tersebut sebagai berikut:

1.    Pengkondisian saat sebelum pembelajaran dalam konteks pengelolaan kelas berdiferensiasi. 

Diferensiasi mengasumsikan bahwa siswa memiliki minat, kesiapan belajar, dan bakat yang beragam. Keragaman itu perlu diakomodasi dengan pengaturan ketersediaan sarana fisik, hubungan sosial dengan siswa, dan berbagai peralatan belajar. Ketersediaan itu sebelum siswa belajar sudah dipersilakan untuk kesiapan fisik, sosial, dan kesepadanan dengan konten kurikulum yang akan dipelajari. Proses sebelum pembelajaran yang meliputi mempersiapkan prosedur mengajar secara beragam, pengelompokkan kegiatan dan bahan beragam, penahapan kegiatan beragam, cara perekaman peristiwa mengajar dan perilaku siswa beragam, mengelola tingkah laku siswa beragam, dan mengelola waktu memerlukan pengaturan guru dan mengganggu teman lainnya. Tempat duduk dan aktivitas belajar sudah dipertimbangkan, sehingga siswa tersebut sudah diakomodasi kebutuhannya. Demikian juga persiapan guru untuk menyambut kehadiran siswa, sehingga mereka sudah tahu bahwa kehadirannya disambut ramah oleh gurunya.

Persiapan tersebut sebagai wujud usaha guru untuk mengetahui keragaman kelebihan dan kelemahaan siswa untuk kesepadanan dengan program kurikulum yang beragam. Persiapan tersebut sebagai tanggung jawab guru menyediakan akomodasi beragam yang dipergunakan untuk proses belajar di kelas tahap berikutnya. Tanggung jawab untuk kesepadanan antara kebutuhan siswa dengan kurikulum, materi instruksional, metode mengajar, dan penugasan-penugasan yang diberikan kepada siswa secara beragam.

2.    Pengondisian saat proses pembelajaran dalam pengelolaan kelas beragam

Tindakan selanjutnya, dalam pengelolaan kelas yang beragam adalah mengaktifkan siswa untuk proses tahapan belajar secara beragam. Tahapan yang beragam dapat dilakukan di setiap tahapan belajar, namun menuju suatu titik tumpu kompetensi yang akan dicapai atau capaian pembelajaran. Tindakan guru mengaktifkan siswa secara garis besar dikemukakan Tikunof, 1982 (Polloway & Patton, 1993: 20) meliputi: pengomunikasian secara jelas tugas-tugas belajar yang diperlukan, mengajak siswa untuk aktif, terus menerus memantau kemajuan, dan selalu umpan balik dengan segera. Berbagai tindakan itu perlu dilakukan guru saat proses mengajar dalam rangka ajakan ke siswa agar aktif melalui tahapan tugas belajar.

Proses terus menerus saat mengajar juga disertai pantauan terhadap kemajuan siswa atas dasar kurikulumnya. Guru yang baik tahu proses siswa mereka yang maju menuju tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Guru mengumpulkan data untuk membantu pekerjaannya dalam menentukan tentang program pembelajaran yang dihasilkan. Hal tersebut merekomendasikan untuk pengumpulan informasi tentang data tampilan/performance siswa sebagai bagian terus-menerus daripengajaran rutin. Data yang telah terkumpul secara berturut-turut dan sistematis, berguna sebagai sumber informasi tentang kurikulum yang perlu dihadirkan ke siswa.

3.    Tindak lanjut sesudah pembelajaran  dalam pengelolaan pembelajaran berdiferensiasi

Tindak lanjut sesudah pembelajaran adalah tindakan setelah proses belajar peserta didik. Tindakan dengan tujuan agar supaya hasil belajar yang telah dicapai pada tahap berlatih sampai penyesuaian dapat dipelihara (maintenance). Selain dapat dipelihara juga dapat dilakukan keberlangsungannya (sustainable). Keberagaman peserta didik menjadi taruhan di dalam melakukan tindak lanjut dari pembelajaran berdfferensiasi. Untuk itu, lebih memudahkan guru perlu dipersiapkan suatu format yang tinggal mengisi untuk mendeskripsikan profil yang telah dicapai oleh peserta didik secara beragam. Penggunaan grafik juga memudahkan untuk keterbacaannya. Penggunaaan grafik tersebut dalam rangka pengelolaan data.

Pengelolaan atau manajemen data juga untuk keperluan grading, interaksi dengan orang tua dan profesional lainnya yang terlibat secara kolaborasi. Keperluan grading untuk tujuan pengelompokkan siswa atas dasar performance atau karakteristik tertentu. Hal itu berguna untuk program-program yang diperlukan pada setiap tingkat/grade. Selanjutnya, hasil dari pembelajaran yang telah dikelola untuk dikomunikasikan dengan orang tua dan profesi lainnya. Komunikasi dengan orang tua agar kemampuan yang telah dicapai  siswa di sekolah untuk ditindaklanjuti oleh orang tua di rumah, sedangkan hal-hal yang belum dapat dicapi perlu bantuan orang tua berperan memberikan intervensi agar ada intensitasnya.

Komunikasi dengan profesi lainnya dalam rangka merujuk beberapa hambatan khusus yang guru tidak mampu melakukan intervensi. Para profesi itu di antaranya: para psikolog, para dokter spesialis yang terkait dengan hambatan anak, konselor, dan pekerja sosial yang mampu menghubungkan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kolaborasi para profesi tersebut menentukan efektivitas pengajaran, karena hal-hal yang masih terhambat pada siswa dapat segera diatasi.      

B.    MENGELOLA LINGKUNGAN BELAJAR

Pengelolaan lingkungan belajar merupakan aktivitas dalam mengatur lingkungan kelas agar mencapai hasil yang positif pada siswa. Aspek-aspek yang diatur dalam lingkungan belajar antara lain yakni aturan kelas atau pembelajaran; prosedur-prosedur; atmosfer yang positif (saling menghormati dan menghargai); serta penerapan diferensiasi konten, proses dan produk pembelajaran.

Pengelolaan lingkungan belajar tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan pembelajaran terdiferensiasi. Kelas terdiferensiasi yang ideal mengatur lingkungan kelas agar sesuai dengan dinamika konten, proses, dan produk pembelajaran pada siswa yang beragam. Menata lingkungan kelas akan berdampak pada terciptanya lingkungan kelas yang terstruktur dan meminimalkan perilaku yang mengganggu pada siswa.

Penataan ruang kelas yang terencana dapat membantu guru dalam mengelola dan mengontrol kelas yang kompleks dengan beragam karakteristik siswa. Aspek yang dipertimbangkan dalam pengaturan ruang kelas yang nyaman meliputi: pengaturan waktu belajar, jumlah dan keragaman siswa, aktivitas pembelajaran, sumber daya guru, material pembelajaran, buku teks, buku referensi, peralatan pembelajaran, dan ruang kelas.

Perencanaan yang memadai dengan mengkombinasikan aspek-aspeknya bermanfaat bagi guru semisal untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk load materi tertentu dan penjadwalannya, mengantisipasi gangguan, keterlambatan, dan waktu yang mungkin terbuang (Emmer, Evertson, & Worsham, 2003).

Apabila dikategorisasikan, dasar penataan lingkungan belajar di kelas berdiferensiasi dapat dijelaskan berdasarkan beberapa sifat, yang meliputi (Tomlinson, 2010): Antara lain meliputi:

1.    Dasar penataan lingkungan belajar secara fisik 

a.    Mengatur ruang kelas  sesuai dengan tujuan pembelajaran dan aktivitas siswa

b.   Persediaan materi, bahan, alat, dan media pembelajaran tertata dengan baik, teratur, dan bisa diakses dengan mudah.

c.    Area kelas mendukung untuk siswa bekerja secara individu ataupun secara berkelompok kecil dan kelompok besar.

d.    Furnitur di ruang kelas ditata berdasarkan kesepakatan dengan siswa, bukan semata keputusan dari guru atau pengelola sekolah.

e.   Membuat denah kelas yang mudah dan terarah untuk lalu lintas aktivitas siswa di kelas, dan memberi jarak (space) yang cukup untuk area-area sibuk, seperti pintu, papan karya siswa, lemari siswa, dan meja kerja siswa.

f.      Memastikan guru dapat melihat, memantau, dan menjangkau semua siswa.

g.   Memastikan bahwa semua peserta didik dapat melihat presentasi (saat guru mengajar atau temannya presentasi di depan kelas) dan tampilan pembelajaran.

h.    Menyediakan berbagai media, alat, dan bahan untuk mendukung konten, prosedur, dan produk pembelajaran terdiferensiasi seperti media, bahan, dan alat untuk center learning, kotak penyimpanan hasil pekerjaan siswa, papan display karya siswa, penyimpanan jurnal pembelajaran (learning journal) siswa, dan tempat menata produk pembelajaran.

i.    Berbagai perlengkapan yang sering digunakan ditata untuk mudah diakses oleh guru maupun siswa, dan selalu siap sehingga meminimalkan waktu terbuang untuk menyiapkan atau mencari apabila hilang.

j.      Menampilkan hasil kerja atau karya siswa secara efektif.

Berikut ini adalah contoh gambar denah kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan model pembelajaran yang akan diberikan.

2.    Dasar penataan lingkungan belajar secara non fisik

            a.  Menjaga sikap belajar dan mengajar yang relevan dan kondusif

1)   Guru memperhatikan dan respon terhadap kebutuhan afektif, kognitif, dan fisik dari siswa, sehingga seluruh siswa merasa aman secara fisik dan mental.

2)  Memperhatikan perbedaan individu dari semua siswa sebagai dasar pertimbangan dalam penataan lingkungan kelas.

3)    Siswa mengembangkan rasa saling menghormati dan menghargai.

4)   Keputusan pengaturan di kelas baik fisik ataupun non fisik (aturan kelas, pengaturan jadwal dan kegiatan) ditetapkan dengan melibatkan  siswa.

b.    Mengatur tempat duduk untuk siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus terutama dengan isu masalah  konsentrasi, gangguan inatensi, hiperaktivitas, atau problem perilaku lainnya perlu perhatian khusus dalam penempatan di kelas. Pengaturan tempat duduk bisa menjadi strategi untuk mencegah atau mengantisipasi perilaku bermasalah yang mungkin bisa muncul. Beberapa hal yang bisa menjadi pilihan saat mengatur tempat duduk untuk siswa berkebutuhan khusus yakni:

1)    Memberikan tempat duduk sesuai keinginan siswa.

2)    Siswa berkebutuhan khusus duduk di dekat mentor (teman sebaya yang mendampingi).

3)    Siswa berkebutuhan khusus duduk di dekat teman yang yang berperan sebagai model.

4) Menjauhkan tempat duduk siswa berkebutuhan khusus dengan masalah gangguan pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lain dari faktor distraksi.

5)    Menyesuaikan tugas dengan gaya belajar siswa.

6)    Memberikan ruang yang cukup luas untuk bergerak (untuk gangguan fisik).

7)    Mengatur pengelompokkan siswa yang fleksibel.

Pengelolaan lingkungan kelas terdiferensiasi dengan baik akan menciptakan lingkungan yang mendukung kualitas belajar siswa. Secara fisik, lingkungan akan menjadi aman, nyaman, dan sehat. Adapun secara psikologis, akan mendukung perkembangan psikologis yang positif; dan memberi gambaran pada siswa untuk berperilaku dan belajar secara baik.  Lingkungan kelas yang tertata akan menghasilkan lingkungan kelas yang sehat bagi seluruh siswa dan guru.  Lingkungan pembelajaran yang sehat memiliki beberapa ciri (Tomlinson, 1999), yakni: 1) membuat siswa merasa terhubung, akrab, dan tidak asing berada di kelasnya; 2) membantu siswa dalam memahami diri sendiri dan kehidupannya saat ini sehingga menjadi pijakan selama mereka tumbuh dan berkembang sebagai pribadi; 3) bersifat otentik dan kontekstual, materi pembelajaran dikemas untuk dekat dan relevan dengan kehidupan siswa; 4) memperkuat kepribadian positif seluruh siswa di masa kini dan di masa depan.

C.   MENGELOLA PERILAKU POSITIF SISWA

Pelaksanaan pembelajaran terdiferensiasi yang efektif dan memiliki nilai keberhasilan yang tinggi memerlukan aturan dan prosedur yang akan diikuti oleh seluruh siswa. Aturan merupakan harapan yang memberi ciri, penjelasan, dan cara tentang bagaimana berperilaku yang sesuai dalam pembelajaran. Aturan ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memonitor perilakunya sendiri, serta mengingatkan dan memotivasi siswa untuk mengikuti standar perilaku yang telah ditetapkan. Adapun prosedur yakni penjelasan mengenai proses yang disepakati pada aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Penerapan aturan dan prosedur dalam kelas terdiferensiasi dapat diawali dengan penetapan sistem manajemen perilaku di kelas. Manajemen perilaku yang komprehensif adalah metode manajemen perilaku di mana seorang guru memandang ruang kelas sebagai pengaturan yang terorganisir, konsisten, dan terintegrasi. Guru dapat mengembangkan rencana manajemen perilaku yang efektif dengan mengingat enam prinsip utama, yaitu:

1.    Mengalokasikan waktu lebih banyak untuk mengembangkan rencana manajemen perilaku di awal tahun akademik.

Meluangkan waktu sebelum tahun akademik dimulai untuk mengembangkan rencana manajemen perilaku merupakan investasi guru yang hasilnya adalah keteraturan kelas sepanjang tahun pelajaran. Waktu yang lebih banyak guru habiskan untuk mengatasi pencegahan sebelum sekolah dimulai akan meminimalkan masalah perilaku siswa selama tahun akademik berlangsung.

2.    Melaksanakan pembelajaran dengan baik dengan instruksi yang berkualitas.

Guru bertugas untuk mengelola pelajaran yang menarik, relevan, dan dalam kisaran pengajaran untuk semua peserta didik. Pendidik dapat menghindari atau meminimalkan sejumlah gangguan kelas dengan memberikan dukungan dan akomodasi sesuai dengan kebutuhan yang bisa dipahami dari kasus yang pernah dialami siswa, terutama siswa yang frustrasi dengan konten akademik dengan level lebih tinggi. Mengajar dengan cara yang maksimal seperti ini juga bisa menjadi strategi untuk mencegah munculnya perilaku bermasalah siswa.

3.    Fokus pada perilaku positif.

Penting bagi guru untuk lebih memilih memberi penguat pada perilaku positif daripada sibuk memikirkan upaya untuk memberi konsekuensi pada perilaku negative siswa. Memberi penguat pada perilaku positif akan membuat siswa belajar bahwa perilaku negative tidak akan berhasil untuk memenuhi keinginannya. Disamping itu, apabila guru mengabaikan perilaku positif siswa, maka mereka mungkin akan cenderung mencari perhatian dengan cara yang kurang diinginkan.

4.    Memberikan dukungan.

Guru sebaiknya siap untuk memberikan dukungan dan strategi tambahan untuk siswa dengan tantangan masalah akademik dan perilaku. Siswa-siswa tersebut sesungguhnya adalah anak yang membutuhkan penguatan konsep diri dan mengalami banyak tantangan dari lingkungan sekitarnya.

5.    Bersikap edukatif, bukan pendendam.

Pendidik tidak boleh mengambil tindakan dan komentar peserta didik secara pribadi. Mereka harus ingat bahwa tujuannya adalah untuk membantu peserta didik belajar mengelola perilaku mereka sendiri, bukan untuk kembali pada anak-anak. Penting untuk tetap professional.

6.    Gigih dan konsisten.

Proses perubahan positif terkait masalah perilaku memerlukan waktu dan  tidak ada perbaikan yang berlangsung cepat. Diperlukan kerja keras yang konsisten yang mengarah pada perubahan bertahap namun signifikan.

Beberapa teknis dari manajemen perilaku yang bisa diterapkan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran diferensiasi antara lain yakni:

1.    Menetapkan aturan kelas

    Aturan kelas merupakan pernyataan eksplisit tentang bagaimana harapan guru dan siswa mengenai perilaku di kelas.  Aturan kelas memberikan cara bagi siswa untuk memantau perilaku mereka sendiri, mengingatkan, dan memotivasi siswa untuk menampilkan perilaku yang diharapkan. Pada sekolah yang menerapkan sistem manajemen perilaku, guru harus membuat aturan kelas yang selaras dengan aturan sekolah. Selain itu, guru perlu memastikan bahwa aturan itu mematuhi beberapa hal sebagai berikut:

a. Aturan perilaku merupakan harapan mengenai perilaku positif siswa untuk mendukung pembelajaran dan keterampilan sosial.

b.    Menetapkan aturan dalam jumlah seminimal mungkin, maksimal 5 perilaku.

c.     Merumuskan aturan dalam kalimat yang sederhana dan dipahami siswa, gambar akan sangat membantu.

d.    Mengupayakan menggunakan kalimat yang berkonotasi positif daripada negative. Misalnya: jangan bicara kotor, menjadi berbicara dengan sopan; jangan lari di Lorong menjadi berjalan di lorong.

e.    Perilaku dalam aturan adalah perilaku yang bisa teramati dan terukur.

f.     Menjelaskan konsekuensi yang akan diterima siswa apabila mengikuti atau melanggar aturan kelas.

g.    Menulis aturan kelas, dan mempublisnya di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh siswa.

Berikut adalah contoh redaksi untuk aturan kelas.

2.    Aturan dalam transisi antar aktivitas

Transisi antar metode pembelajaran dan pergantian materi pembelajaran apabila tidak dilakukan dengan benar akan membuat kelas tidak kondusif karena siswa yang bingung dan guru yang juga mungkin tidak siap. Isyarat perpindahan kegiatan kelas dapat dilakukan guru dengan cara:

               a.  Memberi isyarat verbal sebagai tanda kapan harus pindah ke area atau aktivitas berikutnya.

b.    Menambahkan sinyal berhenti dan memulai aktivitas berikutnya dengan lampu tertentu dan atau bunyi bel.

c.   Memberi peringatan kepada siswa lima menit sebelumnya, untuk mengingatkan bahwa suatu kegiatan berakhir.

d.  Memberikan objek atau benda yang akan dibutuhkan dalam aktivitas berikutnya (misal penggaris, buku bacaan).

2.    Aturan dalam aktivitas pembelajaran

Beberapa aturan perilaku secara umum dapat diterapkan di ruang kelas saat pembelajaran. Beberapa aturan umum yang penting untuk menjaga perilaku positif siswa dalam proses pembelajaran terdiferensiasi meliputi:

a.  Menjaga ketenangan kelas meskipun dalam aktivitas pembelajaran diskusi kelompok kecil dengan cara guru memonitor kebisingan kelas. Cara konkrit yang bisa diterapkan yakni: guru menunjukkan simbol warna merah saat kelas terlalu bising atau kuning saat kelas agak bising; membiasakan siswa untuk menunjukkan tangan saat akan berbicara di kelas besar; mengatur jarak duduk masing-masing kelompok saat siswa berada pada kelompok kolaboratif.

b.   Melatih siswa untuk mengomunikasikan kebutuhan belajarnya kepada guru atau teman. Contoh caranya adalah siswa bisa menunjukkan di mejanya benda (kartu atau apapun) berwarna merah apabila sangat memerlukan bantuan; warna kuning saat ragu apakah dia perlu bantuan atau tidak; dan hijau apabila tidak memerlukan bantuan.

c.     Manajemen waktu belajar

Manajemen waktu dalam pembelajaran terdiferensiasi sangat  penting dilakukan mengingat siswa dan aktivitas pembelajaran yang beragam dan dinamis. Manajemen waktu ini berguna agar siswa tetap terlibat atau menjaga konsentrasi siswa sestabil mungkin dalam pembelajaran. Jadwal dan rutinitas yang dapat diprediksi membantu menciptakan rasa tenang dan ketertiban serta menghilangkan kecemasan pada siswa. Saat membuat jadwal harian, guru sebaiknya memastikan kegiatan rutin seharihari terjadi pada waktu yang sama setiap hari, dan memosting (menampilkan) jadwal di tempat yang terlihat oleh semua siswa. Jadwal kegiatan rutin harian juga bisa dilengkapi dengan gambar  aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Hal ini akan lebih menyenangkan terutama untuk kelas kecil.

D.   Hal yang Harus Dilakukan Guru untuk Menciptakan Kelas Berdiferensiasi

Kelas inklusi yang sukses terwujud melalui praktik-praktik yang disengaja yang diterapkan oleh para pendidik. Banyak praktik di bawah ini merupakan hal-hal yang mungkin sudah dilakukan oleh guru secara alami atau tidak sadar, tetapi dengan meluangkan lebih banyak waktu dan pikiran yang berkualitas untuk lebih tekun menerapkan ide-ide ini, inklusivitas kelas dapat ditingkatkan.

1.    Tetapkan harapan

Rasa hormat, kesabaran, dan kolaborasi adalah ciri utama kelas yang inklusif. Semua siswa harus memahami harapan untuk bekerja sama di kelas, dan guru harus menegakkan aturan ini dan campur tangan bila perlu untuk memastikan aturan dipatuhi. Beberapa guru melakukan ini dengan dokumen awal tahun ajaran, rencana pelajaran, dan kegiatan. Sering kali silabus akan memuat informasi khusus tentang aturan dan prosedur. Namun, biasanya beberapa minggu pertama rencana pelajaran dan instruksilah yang benar-benar akan menentukan suasana hati siswa. Tunjukkan kepada siswa sejak dini lingkungan seperti apa yang mereka ikuti, dan ini kemungkinan akan menyiapkan jalur menuju kesuksesan untuk sisa tahun ajaran.

2.    Menyesuaikan pengajaran untuk semua siswa

Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda, dan guru perlu mengakomodasi cara belajar setiap siswa. Hal ini dapat melibatkan pembelajaran yang berbeda-beda, pembelajaran multisensori, atau menggunakan kerangka kerja Universal Design for Learning (UDL).

3.    Memberikan dukungan siswa

Meskipun kelas inklusif harus melibatkan kolaborasi dan dukungan dari guru pendidikan umum dan guru pendidikan khusus, siswa harus memahami cara memperoleh dukungan khusus saat dibutuhkan. Baik melalui pengingat lisan harian, undangan terbuka untuk komunikasi email, atau bahkan menyisihkan waktu di kelas untuk berkonferensi dengan guru — menyiapkan metode yang jelas tentang bagaimana siswa dapat terlibat dalam meminta bantuan sangatlah penting.

Demikian pula, guru harus mengenal siswa dengan cukup baik untuk mengidentifikasi cara mendukung mereka. Mengetahui bahwa terkadang anak-anak yang paling membutuhkan bantuan juga paling ragu untuk memintanya, guru juga harus menyediakan waktu khusus bagi mereka untuk mencari siswa yang membutuhkan bantuan. Mungkin ini bisa dilakukan dengan berkeliling kelas untuk berbicara dengan setiap siswa, atau mungkin ini adalah pernyataan sederhana setiap hari tentang "pertanyaan apa yang Anda miliki" alih-alih "apakah Anda memiliki pertanyaan."

4.    Mempromosikan kolaborasi

Dorong siswa penyandang disabilitas dan siswa non-disabilitas untuk bekerja sama dalam proyek, dalam kelompok diskusi, dan selama pelajaran untuk membantu membangun hubungan dan menghilangkan hambatan.

Meskipun ada kalanya membiarkan siswa memilih kolaborasi mereka sendiri adalah hal yang tepat, Anda juga harus memanfaatkan kesempatan untuk mencocokkan siswa satu sama lain. Terkadang pengelompokan dapat dilakukan secara acak, dan terkadang dapat dilakukan dengan sengaja. Apa pun caranya, contohkan keterampilan pribadi yang dibutuhkan siswa untuk berkolaborasi dengan baik dengan orang lain. Beberapa keterampilan ini meliputi berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan orang lain, menjaga sikap positif, dan banyak lagi.

5.    Memanfaatkan teknologi untuk keuntungan kelas Anda

Peralatan teknologi dapat mendukung siswa berkebutuhan khusus dan membantu mengakomodasi kebutuhan mereka sehingga mereka dapat berkembang di kelas pendidikan umum. Gunakan berbagai teknologi yang tersedia untuk membantu membedakan pelajaran dan aktivitas Anda.

6.    Mendengarkan

Anda mungkin guru, dan dengan demikian ahli di kelas, tetapi Anda tidak memiliki pengalaman hidup yang sama dengan setiap siswa Anda. Berlatihlah mendengarkan secara aktif kelas dan siswa secara individu untuk menunjukkan bahwa Anda bersedia belajar. Mendengarkan siswa akan membuat mereka tahu bahwa mereka dapat merasa nyaman mendiskusikan pengalaman mereka, di dalam dan di luar kelas, dengan Anda.

7.    Mengakui perbedaan di kelas

Dengan mengenali identitas dan latar belakang unik setiap siswa, Anda akan membuka pintu bagi siswa untuk berbagi perspektif yang unik. Bersedialah untuk membiarkan siswa berbicara tentang perbedaan mereka, dan contohkan bagaimana mendengarkan dan menghormati orang lain saat mereka berbagi. Jika siswa belum bersedia berbagi dengan orang lain di sekitar mereka, pertimbangkan untuk menyediakan siswa dengan kegiatan menulis yang memungkinkan mereka menulis tentang beberapa perbedaan atau pengalaman mereka sebagai individu yang unik. Menulis dapat menjadi batu loncatan untuk membuka diri dan berbagi.

E.    Faktor penting lainnya ketika mengelola kelas yang dibedakan

Ada beberapa faktor lainnya untuk mendukung terwujudnya kelas pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:

1.   Pastikan bahwa tugas yang diberikan berada pada tingkat yang sesuai untuk siswa , dan bahwa pekerjaan tersebut memungkinkan untuk dikerjakan secara mandiri, tetapi tetap menantang.

2.    Gunakan ruang kelas secara efektif. Ajari siswa untuk bergerak di sekitar meja dalam formasi yang berbeda yang dibutuhkan dan kembali lagi, sehingga transisi berjalan lancar .

3.   Pastikan ada panduan tentang kebisingan. Seberapa keras berbicara dalam situasi yang berbeda. Dengan cara ini, tingkat kebisingan tidak akan lepas kendali dan kelas Anda dapat menjadi lingkungan belajar yang efektif.

4.  Berikan waktu yang cukup untuk setiap kegiatan. Pastikan juga bahwa siswa menggunakan waktu mereka sendiri secara efisien.

5.    Pastikan untuk memiliki kegiatan jangkar bagi siswa yang sedang menunggu, atau yang telah menyelesaikan kegiatan.

6.    Berikan instruksi yang sangat jelas sebelum kegiatan sehingga kegiatan dapat berjalan lancar. Jangan memberikan terlalu banyak instruksi sekaligus.

7.  Miliki rencana tentang bagaimana dan kapan siswa akan menyerahkan tugas mereka . Memiliki rencana seperti ini akan membuat lebih sedikit siswa yang mendatangi guru ketika itu tidak perlu.

8.    Buatlah sistem di mana siswa dapat bertanya kepada teman sebayanya terlebih dahulu jika mereka butuh bantuan. Dengan cara ini, guru menjadi lebih bebas untuk melakukan hal-hal lain di kelas.

9.    Pastikan siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka !

Sumber:

Mumpuniarti , dkk. DIFERENSIASI PEMBELAJARAN (Pengelolaan Pembelajaran untuk Siswa yang Beragam). Yogyakarta: UNY Press

https://azrielicreativelearning.weebly.com/management.html

https://www.voyagersopris.com/vsl/blog/a-teachers-guide-to-having-an-inclusive-classroom

0 comments:

Posting Komentar