Kalau kita memperhatikan gambar di sebelah, maka terlihat pembelajaran dengan berbagai macam model, metode dan strategi. Ada siswa yang dibimbing langsung oleh guru, ada yang berdiskusi, ada yang berpraktek langsung, ada yang belajar menggunakan TIK, ada yang belajar di lantai, dan sebagainya. Idealnya seperti itulah pembelajaran berdiferensiasi.
Strategi diferensiasi memenuhi
berbagai kebutuhan belajar siswa, memastikan pengajaran individual yang
memperhatikan gaya dan kemampuan belajar setiap siswa. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah pendekatan pengajaran yang mengadaptasi konten, proses, produk, dan
lingkungan belajar untuk mengakomodasi kebutuhan unik setiap siswa. Meskipun
pendekatan ini mendorong kelas yang lebih inklusif, pendekatan ini juga dapat
menyita waktu bagi para pendidik. Strategi utama meliputi pembuatan tempat
belajar, menyesuaikan tugas membaca, menggunakan visual, memanfaatkan
teknologi, dan menyediakan penilaian yang bervariasi. Metode ini bertujuan
untuk melibatkan siswa, meningkatkan pemahaman, dan menumbuhkan lingkungan
belajar yang mendukung, memastikan semua siswa mencapai potensi akademis mereka
sepenuhnya.
Pengelolaan kelas untuk mendukung terlaksananya pembelajaran berdiferensiasi juga krusial dijalankan oleh guru. Hal tersebut didasari oleh suatu pendapat bahwa sebelum pembelajaran berlangsung perlu ada persiapan baik dari segi mental, fisik, dan sosial. Untuk itu, pengelolaan kelas lingkungan belajar dan mengelola perilaku positip siswa sebagai salah usaha untuk persiapan fisik, mental, dan sosial agar pembelajaran berjalan sesuai yang telah direncanakan. Sebelum mengelola lingkungan fisik dan perilaku positif siswa diperlukan suatu dasar bahwa untuk persiapan pembelajaran guru perlu menyadari urgensinya untuk pembelajaran yang efektif. Kesadaran tersebut untuk mendorong guru melakukan pengelolaan aktivitasnya dengan pengaturan sebelum, selama proses, dan sesudah melaksanakan pembelajaran. Untuk itu kita kaji tentang pengelolaan agar pembelajaran berlangsung efektif.
A.
MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN EFEKTIF
Model ini
diasumsikan bahwa pembelajaran berjalan efektif
dikarenakan ada pengaturan dari berbagai komponen di lingkungan
pembelajaran. Komponen
meliputi dimensi fisik, dimensi personal/sosial, dimensi manajemen, dimensi
instruction, dimensi keaktifan peserta didik, serta dimensi kerjasama dengan
orang tua dan para profesional lainnya.
Polloway &
Patton (1993: 16) menyatakan suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif dapat
menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pada siswa secara luas dan
berjalan lancar dalam suatu kondisi belajar sehat secara psikologis, pengaturan
lingkungan yang seimbang dan berpusat pada kebutuhan siswa.
Kondisi
sebelum mengajar, saat proses mengajar, dan tindak lanjut sesudah mengajar
perlu dipertimbangkan oleh guru. Pertimbangan
tersebut sebagai dukungan bahwa pengelolaan pembelajaran di kelas tidak
semata-mata ketika sedang berada di aktivitas utama proses belajar mengajar
siswa. Namun, pengondisian
sebelum dan sesudah mengajar mendukung kelancaran di dalam proses yang utama. Pada saat sebelum pembelajaran
menyediakan dimensi menumbuhkan persepsi bahwa akan belajar adalah
menyenangkan, setelah pembelajaran adalah mengusahakan keberlangsungan (sustainability)
dari proses inti pembelajaran. Penjelasan
pengelolaan masing-masing peristiwa tersebut sebagai berikut:
1.
Pengkondisian saat sebelum pembelajaran
dalam konteks pengelolaan kelas berdiferensiasi.
Diferensiasi
mengasumsikan bahwa siswa memiliki minat, kesiapan belajar, dan bakat yang
beragam. Keragaman itu
perlu diakomodasi dengan pengaturan ketersediaan sarana fisik, hubungan sosial
dengan siswa, dan berbagai peralatan belajar.
Ketersediaan itu sebelum siswa belajar sudah dipersilakan untuk kesiapan
fisik, sosial, dan kesepadanan dengan konten kurikulum yang akan dipelajari. Proses sebelum pembelajaran
yang meliputi mempersiapkan prosedur mengajar secara beragam, pengelompokkan
kegiatan dan bahan beragam, penahapan kegiatan beragam, cara perekaman
peristiwa mengajar dan perilaku siswa beragam, mengelola tingkah laku siswa
beragam, dan mengelola waktu memerlukan pengaturan guru dan mengganggu teman
lainnya. Tempat duduk dan
aktivitas belajar sudah dipertimbangkan, sehingga siswa tersebut sudah
diakomodasi kebutuhannya. Demikian
juga persiapan guru untuk menyambut kehadiran siswa, sehingga mereka sudah tahu
bahwa kehadirannya disambut ramah oleh gurunya.
Persiapan
tersebut sebagai wujud usaha guru untuk mengetahui keragaman kelebihan dan
kelemahaan siswa untuk kesepadanan dengan program kurikulum yang beragam. Persiapan tersebut sebagai
tanggung jawab guru menyediakan akomodasi beragam yang dipergunakan untuk
proses belajar di kelas tahap berikutnya.
Tanggung jawab untuk kesepadanan antara kebutuhan siswa dengan
kurikulum, materi instruksional, metode mengajar, dan penugasan-penugasan yang
diberikan kepada siswa secara beragam.
2.
Pengondisian saat proses pembelajaran dalam
pengelolaan kelas beragam
Tindakan
selanjutnya, dalam pengelolaan kelas yang beragam adalah mengaktifkan siswa
untuk proses tahapan belajar secara beragam.
Tahapan yang beragam dapat dilakukan di setiap tahapan belajar, namun
menuju suatu titik tumpu kompetensi yang akan dicapai atau capaian
pembelajaran. Tindakan guru mengaktifkan siswa secara garis besar dikemukakan
Tikunof, 1982 (Polloway & Patton, 1993: 20) meliputi: pengomunikasian
secara jelas tugas-tugas belajar yang diperlukan, mengajak siswa untuk aktif,
terus menerus memantau kemajuan, dan selalu umpan balik dengan segera. Berbagai tindakan itu perlu
dilakukan guru saat proses mengajar dalam rangka ajakan ke siswa agar aktif
melalui tahapan tugas belajar.
Proses terus
menerus saat mengajar juga disertai pantauan terhadap kemajuan siswa atas dasar
kurikulumnya. Guru yang
baik tahu proses siswa mereka yang maju menuju tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Guru mengumpulkan
data untuk membantu pekerjaannya dalam menentukan tentang program pembelajaran
yang dihasilkan. Hal
tersebut merekomendasikan untuk pengumpulan informasi tentang data
tampilan/performance siswa sebagai bagian terus-menerus daripengajaran rutin. Data yang telah terkumpul
secara berturut-turut dan sistematis, berguna sebagai sumber informasi tentang
kurikulum yang perlu dihadirkan ke siswa.
3.
Tindak lanjut sesudah pembelajaran dalam pengelolaan pembelajaran
berdiferensiasi
Tindak lanjut
sesudah pembelajaran adalah tindakan setelah proses belajar peserta didik. Tindakan dengan tujuan agar
supaya hasil belajar yang telah dicapai pada tahap berlatih sampai penyesuaian
dapat dipelihara (maintenance).
Selain dapat dipelihara juga dapat dilakukan keberlangsungannya (sustainable). Keberagaman peserta didik
menjadi taruhan di dalam melakukan tindak lanjut dari pembelajaran
berdfferensiasi. Untuk
itu, lebih memudahkan guru perlu dipersiapkan suatu format yang tinggal mengisi
untuk mendeskripsikan profil yang telah dicapai oleh peserta didik secara
beragam. Penggunaan grafik
juga memudahkan untuk keterbacaannya.
Penggunaaan grafik tersebut dalam rangka pengelolaan data.
Pengelolaan
atau manajemen data juga untuk keperluan grading, interaksi dengan orang
tua dan profesional lainnya yang terlibat secara kolaborasi. Keperluan grading untuk
tujuan pengelompokkan siswa atas dasar performance atau karakteristik
tertentu. Hal itu berguna
untuk program-program yang diperlukan pada setiap tingkat/grade. Selanjutnya, hasil dari pembelajaran
yang telah dikelola untuk dikomunikasikan dengan orang tua dan profesi lainnya. Komunikasi dengan orang tua
agar kemampuan yang telah dicapai siswa
di sekolah untuk ditindaklanjuti oleh orang tua di rumah, sedangkan hal-hal
yang belum dapat dicapi perlu bantuan orang tua berperan memberikan intervensi
agar ada intensitasnya.
Komunikasi
dengan profesi lainnya dalam rangka merujuk beberapa hambatan khusus yang guru
tidak mampu melakukan intervensi.
Para profesi itu di antaranya: para psikolog, para dokter spesialis yang
terkait dengan hambatan anak, konselor, dan pekerja sosial yang mampu
menghubungkan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Kolaborasi para profesi tersebut menentukan efektivitas pengajaran,
karena hal-hal yang masih terhambat pada siswa dapat segera diatasi.
B.
MENGELOLA LINGKUNGAN BELAJAR
Pengelolaan
lingkungan belajar merupakan aktivitas dalam mengatur lingkungan kelas agar
mencapai hasil yang positif pada siswa.
Aspek-aspek yang diatur dalam lingkungan belajar antara lain yakni
aturan kelas atau pembelajaran; prosedur-prosedur; atmosfer yang positif
(saling menghormati dan menghargai); serta penerapan diferensiasi konten,
proses dan produk pembelajaran.
Pengelolaan
lingkungan belajar tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan pembelajaran
terdiferensiasi. Kelas terdiferensiasi
yang ideal mengatur lingkungan kelas agar sesuai dengan dinamika konten, proses,
dan produk pembelajaran pada siswa yang beragam.
Menata lingkungan kelas akan berdampak pada terciptanya lingkungan kelas
yang terstruktur dan meminimalkan perilaku yang mengganggu pada siswa.
Penataan ruang
kelas yang terencana dapat membantu guru dalam mengelola dan mengontrol kelas
yang kompleks dengan beragam karakteristik siswa.
Aspek yang dipertimbangkan dalam pengaturan ruang kelas yang nyaman
meliputi: pengaturan waktu belajar, jumlah dan keragaman siswa, aktivitas
pembelajaran, sumber daya guru, material pembelajaran, buku teks, buku
referensi, peralatan pembelajaran, dan ruang kelas.
Perencanaan
yang memadai dengan mengkombinasikan aspek-aspeknya bermanfaat bagi guru
semisal untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk load materi tertentu dan
penjadwalannya, mengantisipasi gangguan, keterlambatan, dan waktu yang mungkin
terbuang (Emmer, Evertson, & Worsham, 2003).
Apabila
dikategorisasikan, dasar penataan lingkungan belajar di kelas berdiferensiasi
dapat dijelaskan berdasarkan beberapa sifat, yang meliputi (Tomlinson, 2010):
Antara lain meliputi:
1.
Dasar penataan lingkungan belajar secara fisik
a.
Mengatur ruang kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
aktivitas siswa
b. Persediaan materi, bahan, alat, dan media
pembelajaran tertata dengan baik, teratur, dan bisa diakses dengan mudah.
c. Area kelas mendukung untuk siswa bekerja secara
individu ataupun secara berkelompok kecil dan kelompok besar.
d.
Furnitur di ruang kelas ditata berdasarkan
kesepakatan dengan siswa, bukan semata keputusan dari guru atau pengelola
sekolah.
e. Membuat denah kelas yang mudah dan terarah untuk
lalu lintas aktivitas siswa di kelas, dan memberi jarak (space) yang
cukup untuk area-area sibuk, seperti pintu, papan karya siswa, lemari siswa,
dan meja kerja siswa.
f. Memastikan guru dapat melihat, memantau, dan
menjangkau semua siswa.
g. Memastikan bahwa semua peserta didik dapat melihat
presentasi (saat guru mengajar atau temannya presentasi di depan kelas) dan
tampilan pembelajaran.
h.
Menyediakan berbagai media, alat, dan bahan
untuk mendukung konten, prosedur, dan produk pembelajaran terdiferensiasi
seperti media, bahan, dan alat untuk center learning, kotak penyimpanan
hasil pekerjaan siswa, papan display karya siswa, penyimpanan jurnal
pembelajaran (learning journal) siswa, dan tempat menata produk
pembelajaran.
i. Berbagai perlengkapan yang sering digunakan
ditata untuk mudah diakses oleh guru maupun siswa, dan selalu siap sehingga
meminimalkan waktu terbuang untuk menyiapkan atau mencari apabila hilang.
j.
Menampilkan hasil kerja atau karya siswa secara
efektif.
Berikut ini
adalah contoh gambar denah kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan model
pembelajaran yang akan diberikan.
2.
Dasar penataan lingkungan belajar secara
non fisik
a. Menjaga sikap belajar dan mengajar yang relevan
dan kondusif
1) Guru
memperhatikan dan respon terhadap kebutuhan afektif, kognitif, dan fisik dari siswa,
sehingga seluruh siswa merasa aman secara fisik dan mental.
2) Memperhatikan
perbedaan individu dari semua siswa sebagai dasar pertimbangan dalam penataan
lingkungan kelas.
3) Siswa
mengembangkan rasa saling menghormati dan menghargai.
4) Keputusan
pengaturan di kelas baik fisik ataupun non fisik (aturan kelas, pengaturan
jadwal dan kegiatan) ditetapkan dengan melibatkan siswa.
b. Mengatur
tempat duduk untuk siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus
terutama dengan isu masalah konsentrasi,
gangguan inatensi, hiperaktivitas, atau problem perilaku lainnya perlu
perhatian khusus dalam penempatan di kelas.
Pengaturan tempat duduk bisa menjadi strategi untuk mencegah atau
mengantisipasi perilaku bermasalah yang mungkin bisa muncul. Beberapa hal yang bisa menjadi
pilihan saat mengatur tempat duduk untuk siswa berkebutuhan khusus
yakni:
1) Memberikan
tempat duduk sesuai keinginan siswa.
2) Siswa
berkebutuhan khusus duduk di dekat mentor (teman sebaya yang
mendampingi).
3) Siswa
berkebutuhan khusus duduk di dekat teman yang yang berperan sebagai model.
4) Menjauhkan
tempat duduk siswa berkebutuhan khusus dengan masalah gangguan pemusatan
perhatian dan gangguan perilaku lain dari faktor distraksi.
5) Menyesuaikan
tugas dengan gaya belajar siswa.
6) Memberikan
ruang yang cukup luas untuk bergerak (untuk gangguan fisik).
7)
Mengatur pengelompokkan siswa yang fleksibel.
Pengelolaan
lingkungan kelas terdiferensiasi dengan baik akan menciptakan lingkungan yang
mendukung kualitas belajar siswa.
Secara fisik, lingkungan akan menjadi aman, nyaman, dan sehat. Adapun secara psikologis, akan
mendukung perkembangan psikologis yang positif; dan memberi gambaran pada siswa
untuk berperilaku dan belajar secara baik.
Lingkungan kelas yang tertata akan menghasilkan lingkungan kelas yang
sehat bagi seluruh siswa dan guru.
Lingkungan pembelajaran yang sehat memiliki beberapa ciri (Tomlinson,
1999), yakni: 1) membuat siswa merasa terhubung, akrab, dan tidak asing
berada di kelasnya; 2) membantu siswa dalam memahami diri sendiri dan
kehidupannya saat ini sehingga menjadi pijakan selama mereka tumbuh dan
berkembang sebagai pribadi; 3) bersifat otentik dan kontekstual, materi
pembelajaran dikemas untuk dekat dan relevan dengan kehidupan siswa; 4)
memperkuat kepribadian positif seluruh siswa di masa kini dan di masa
depan.
C.
MENGELOLA PERILAKU POSITIF SISWA
Pelaksanaan
pembelajaran terdiferensiasi yang efektif dan memiliki nilai keberhasilan yang
tinggi memerlukan aturan dan prosedur yang akan diikuti oleh seluruh siswa. Aturan merupakan harapan yang
memberi ciri, penjelasan, dan cara tentang bagaimana berperilaku yang sesuai
dalam pembelajaran. Aturan
ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memonitor perilakunya
sendiri, serta mengingatkan dan memotivasi siswa untuk mengikuti standar
perilaku yang telah ditetapkan. Adapun
prosedur yakni penjelasan mengenai proses yang disepakati pada aktivitas-aktivitas
pembelajaran.
Penerapan
aturan dan prosedur dalam kelas terdiferensiasi dapat diawali dengan penetapan
sistem manajemen perilaku di kelas.
Manajemen perilaku yang komprehensif adalah metode manajemen perilaku di
mana seorang guru memandang ruang kelas sebagai pengaturan yang terorganisir,
konsisten, dan terintegrasi. Guru
dapat mengembangkan rencana manajemen perilaku yang efektif dengan mengingat
enam prinsip utama, yaitu:
1.
Mengalokasikan waktu lebih banyak untuk
mengembangkan rencana manajemen perilaku di awal tahun akademik.
Meluangkan waktu sebelum tahun akademik dimulai untuk
mengembangkan rencana manajemen perilaku merupakan investasi guru yang hasilnya
adalah keteraturan kelas sepanjang tahun pelajaran. Waktu yang lebih banyak guru habiskan untuk
mengatasi pencegahan sebelum sekolah dimulai akan meminimalkan masalah perilaku
siswa selama tahun akademik berlangsung.
2.
Melaksanakan pembelajaran dengan baik
dengan instruksi yang berkualitas.
Guru bertugas untuk mengelola pelajaran yang menarik,
relevan, dan dalam kisaran pengajaran untuk semua peserta didik. Pendidik dapat menghindari
atau meminimalkan sejumlah gangguan kelas dengan memberikan dukungan dan
akomodasi sesuai dengan kebutuhan yang bisa dipahami dari kasus yang pernah
dialami siswa, terutama siswa yang frustrasi dengan konten akademik dengan
level lebih tinggi. Mengajar
dengan cara yang maksimal seperti ini juga bisa menjadi strategi untuk mencegah
munculnya perilaku bermasalah siswa.
3.
Fokus pada perilaku positif.
Penting bagi guru untuk lebih memilih memberi penguat
pada perilaku positif daripada sibuk memikirkan upaya untuk memberi konsekuensi
pada perilaku negative siswa. Memberi
penguat pada perilaku positif akan membuat siswa belajar bahwa perilaku
negative tidak akan berhasil untuk memenuhi keinginannya. Disamping itu, apabila guru mengabaikan perilaku
positif siswa, maka mereka mungkin akan cenderung mencari perhatian dengan cara
yang kurang diinginkan.
4.
Memberikan dukungan.
Guru sebaiknya siap untuk memberikan dukungan dan
strategi tambahan untuk siswa dengan tantangan masalah akademik dan perilaku. Siswa-siswa tersebut
sesungguhnya adalah anak yang membutuhkan penguatan konsep diri dan mengalami
banyak tantangan dari lingkungan sekitarnya.
5.
Bersikap edukatif, bukan pendendam.
Pendidik tidak boleh mengambil tindakan dan komentar
peserta didik secara pribadi. Mereka
harus ingat bahwa tujuannya adalah untuk membantu peserta didik belajar mengelola
perilaku mereka sendiri, bukan untuk kembali pada anak-anak. Penting untuk tetap
professional.
6.
Gigih dan konsisten.
Proses perubahan positif terkait masalah perilaku
memerlukan waktu dan tidak ada perbaikan
yang berlangsung cepat. Diperlukan kerja keras yang konsisten yang mengarah
pada perubahan bertahap namun signifikan.
Beberapa
teknis dari manajemen perilaku yang bisa diterapkan untuk mendukung
keberhasilan pembelajaran diferensiasi antara lain yakni:
1. Menetapkan aturan kelas
Aturan kelas merupakan pernyataan eksplisit tentang bagaimana harapan guru dan siswa mengenai perilaku di kelas. Aturan kelas memberikan cara bagi siswa untuk memantau perilaku mereka sendiri, mengingatkan, dan memotivasi siswa untuk menampilkan perilaku yang diharapkan. Pada sekolah yang menerapkan sistem manajemen perilaku, guru harus membuat aturan kelas yang selaras dengan aturan sekolah. Selain itu, guru perlu memastikan bahwa aturan itu mematuhi beberapa hal sebagai berikut:
a. Aturan
perilaku merupakan harapan mengenai perilaku positif siswa untuk mendukung
pembelajaran dan keterampilan sosial.
b. Menetapkan
aturan dalam jumlah seminimal mungkin, maksimal 5 perilaku.
c. Merumuskan
aturan dalam kalimat yang sederhana dan dipahami siswa, gambar akan sangat
membantu.
d. Mengupayakan
menggunakan kalimat yang berkonotasi positif daripada negative. Misalnya: jangan bicara
kotor, menjadi berbicara dengan sopan; jangan lari di Lorong menjadi
berjalan di lorong.
e. Perilaku
dalam aturan adalah perilaku yang bisa teramati dan terukur.
f. Menjelaskan
konsekuensi yang akan diterima siswa apabila mengikuti atau melanggar aturan
kelas.
g. Menulis
aturan kelas, dan mempublisnya di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh
siswa.
Berikut
adalah contoh redaksi untuk aturan kelas.
2.
Aturan dalam transisi antar aktivitas
Transisi antar
metode pembelajaran dan pergantian materi pembelajaran apabila tidak dilakukan
dengan benar akan membuat kelas tidak kondusif karena siswa yang bingung dan
guru yang juga mungkin tidak siap.
Isyarat perpindahan kegiatan kelas dapat dilakukan guru dengan cara:
a. Memberi isyarat verbal sebagai tanda kapan harus
pindah ke area atau aktivitas berikutnya.
b. Menambahkan
sinyal berhenti dan memulai aktivitas berikutnya dengan lampu tertentu dan atau
bunyi bel.
c. Memberi
peringatan kepada siswa lima menit sebelumnya, untuk mengingatkan bahwa suatu
kegiatan berakhir.
d. Memberikan objek atau benda yang akan dibutuhkan dalam aktivitas berikutnya (misal penggaris, buku bacaan).
2.
Aturan dalam aktivitas pembelajaran
Beberapa aturan
perilaku secara umum dapat diterapkan di ruang kelas saat pembelajaran. Beberapa aturan umum yang
penting untuk menjaga perilaku positif siswa dalam proses pembelajaran terdiferensiasi
meliputi:
a. Menjaga
ketenangan kelas meskipun dalam aktivitas pembelajaran diskusi kelompok kecil
dengan cara guru memonitor kebisingan kelas.
Cara konkrit yang bisa diterapkan yakni: guru menunjukkan simbol warna
merah saat kelas terlalu bising atau kuning saat kelas agak bising; membiasakan
siswa untuk menunjukkan tangan saat akan berbicara di kelas besar; mengatur
jarak duduk masing-masing kelompok saat siswa berada pada kelompok kolaboratif.
b. Melatih
siswa untuk mengomunikasikan kebutuhan belajarnya kepada guru atau teman. Contoh caranya adalah siswa
bisa menunjukkan di mejanya benda (kartu atau apapun) berwarna merah apabila
sangat memerlukan bantuan; warna kuning saat ragu apakah dia perlu bantuan atau
tidak; dan hijau apabila tidak memerlukan bantuan.
c. Manajemen
waktu belajar
Manajemen
waktu dalam pembelajaran terdiferensiasi sangat penting dilakukan mengingat siswa dan
aktivitas pembelajaran yang beragam dan dinamis.
Manajemen waktu ini berguna agar siswa tetap terlibat atau menjaga
konsentrasi siswa sestabil mungkin dalam pembelajaran. Jadwal dan rutinitas yang dapat diprediksi
membantu menciptakan rasa tenang dan ketertiban serta menghilangkan kecemasan
pada siswa. Saat membuat jadwal
harian, guru sebaiknya memastikan kegiatan rutin seharihari terjadi pada waktu yang
sama setiap hari, dan memosting (menampilkan) jadwal di tempat yang terlihat oleh
semua siswa. Jadwal kegiatan
rutin harian juga bisa dilengkapi dengan gambar
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
Hal ini akan lebih menyenangkan terutama untuk kelas kecil.
D.
Hal yang Harus Dilakukan Guru untuk Menciptakan
Kelas Berdiferensiasi
Kelas
inklusi yang sukses terwujud melalui praktik-praktik yang disengaja yang
diterapkan oleh para pendidik. Banyak praktik di bawah ini merupakan hal-hal
yang mungkin sudah dilakukan oleh guru secara alami atau tidak sadar, tetapi
dengan meluangkan lebih banyak waktu dan pikiran yang berkualitas untuk lebih
tekun menerapkan ide-ide ini, inklusivitas kelas dapat ditingkatkan.
1.
Tetapkan harapan
Rasa hormat, kesabaran, dan kolaborasi adalah ciri utama kelas
yang inklusif. Semua siswa harus memahami harapan untuk bekerja sama di kelas,
dan guru harus menegakkan aturan ini dan campur tangan bila perlu untuk
memastikan aturan dipatuhi. Beberapa guru melakukan ini dengan dokumen awal
tahun ajaran, rencana pelajaran, dan kegiatan. Sering kali silabus akan memuat
informasi khusus tentang aturan dan prosedur. Namun, biasanya beberapa minggu
pertama rencana pelajaran dan instruksilah yang benar-benar akan menentukan
suasana hati siswa. Tunjukkan kepada siswa sejak dini lingkungan seperti apa
yang mereka ikuti, dan ini kemungkinan akan menyiapkan jalur menuju kesuksesan
untuk sisa tahun ajaran.
2.
Menyesuaikan pengajaran untuk semua siswa
Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda, dan guru perlu
mengakomodasi cara belajar setiap siswa. Hal ini dapat melibatkan pembelajaran
yang berbeda-beda, pembelajaran multisensori, atau menggunakan kerangka kerja
Universal Design for Learning (UDL).
3.
Memberikan dukungan siswa
Meskipun kelas inklusif harus melibatkan kolaborasi dan dukungan
dari guru pendidikan umum dan guru pendidikan khusus, siswa harus memahami cara
memperoleh dukungan khusus saat dibutuhkan. Baik melalui pengingat lisan
harian, undangan terbuka untuk komunikasi email, atau bahkan menyisihkan waktu
di kelas untuk berkonferensi dengan guru — menyiapkan metode yang jelas tentang
bagaimana siswa dapat terlibat dalam meminta bantuan sangatlah penting.
Demikian pula, guru harus mengenal siswa dengan cukup baik untuk
mengidentifikasi cara mendukung mereka. Mengetahui bahwa terkadang anak-anak
yang paling membutuhkan bantuan juga paling ragu untuk memintanya, guru juga
harus menyediakan waktu khusus bagi mereka untuk mencari siswa yang membutuhkan
bantuan. Mungkin ini bisa dilakukan dengan berkeliling kelas untuk berbicara dengan
setiap siswa, atau mungkin ini adalah pernyataan sederhana setiap hari tentang
"pertanyaan apa yang Anda miliki" alih-alih "apakah Anda
memiliki pertanyaan."
4.
Mempromosikan kolaborasi
Dorong siswa penyandang disabilitas dan siswa non-disabilitas
untuk bekerja sama dalam proyek, dalam kelompok diskusi, dan selama pelajaran
untuk membantu membangun hubungan dan menghilangkan hambatan.
Meskipun ada kalanya membiarkan siswa memilih kolaborasi mereka
sendiri adalah hal yang tepat, Anda juga harus memanfaatkan kesempatan untuk
mencocokkan siswa satu sama lain. Terkadang pengelompokan dapat dilakukan
secara acak, dan terkadang dapat dilakukan dengan sengaja. Apa pun caranya,
contohkan keterampilan pribadi yang dibutuhkan siswa untuk berkolaborasi dengan
baik dengan orang lain. Beberapa keterampilan ini meliputi berkomunikasi dengan
jelas, mendengarkan orang lain, menjaga sikap positif, dan banyak lagi.
5.
Memanfaatkan teknologi untuk keuntungan kelas
Anda
Peralatan teknologi dapat mendukung siswa berkebutuhan khusus dan
membantu mengakomodasi kebutuhan mereka sehingga mereka dapat berkembang di
kelas pendidikan umum. Gunakan berbagai teknologi yang tersedia untuk membantu
membedakan pelajaran dan aktivitas Anda.
6.
Mendengarkan
Anda mungkin guru, dan dengan demikian ahli di kelas, tetapi Anda
tidak memiliki pengalaman hidup yang sama dengan setiap siswa Anda. Berlatihlah
mendengarkan secara aktif kelas dan siswa secara individu untuk menunjukkan
bahwa Anda bersedia belajar. Mendengarkan siswa akan membuat mereka tahu bahwa
mereka dapat merasa nyaman mendiskusikan pengalaman mereka, di dalam dan di
luar kelas, dengan Anda.
7.
Mengakui perbedaan di kelas
Dengan mengenali identitas dan latar belakang unik setiap siswa, Anda akan membuka pintu bagi siswa untuk berbagi perspektif yang unik. Bersedialah untuk membiarkan siswa berbicara tentang perbedaan mereka, dan contohkan bagaimana mendengarkan dan menghormati orang lain saat mereka berbagi. Jika siswa belum bersedia berbagi dengan orang lain di sekitar mereka, pertimbangkan untuk menyediakan siswa dengan kegiatan menulis yang memungkinkan mereka menulis tentang beberapa perbedaan atau pengalaman mereka sebagai individu yang unik. Menulis dapat menjadi batu loncatan untuk membuka diri dan berbagi.
E.
Faktor penting lainnya ketika mengelola kelas
yang dibedakan
Ada beberapa faktor lainnya untuk mendukung terwujudnya kelas
pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:
1. Pastikan bahwa tugas yang diberikan
berada pada tingkat yang sesuai untuk siswa , dan bahwa pekerjaan
tersebut memungkinkan untuk dikerjakan secara mandiri, tetapi tetap menantang.
2.
Gunakan ruang kelas secara efektif. Ajari
siswa untuk bergerak di sekitar meja dalam formasi yang berbeda yang
dibutuhkan dan kembali lagi, sehingga transisi berjalan lancar .
3. Pastikan ada panduan tentang kebisingan.
Seberapa keras berbicara dalam situasi yang berbeda. Dengan cara ini, tingkat
kebisingan tidak akan lepas kendali dan kelas Anda dapat menjadi lingkungan
belajar yang efektif.
4. Berikan waktu yang cukup untuk setiap
kegiatan. Pastikan juga bahwa siswa menggunakan waktu mereka sendiri secara
efisien.
5.
Pastikan untuk memiliki kegiatan jangkar
bagi siswa yang sedang menunggu, atau yang telah menyelesaikan kegiatan.
6.
Berikan instruksi yang sangat jelas
sebelum kegiatan sehingga kegiatan dapat berjalan lancar. Jangan memberikan
terlalu banyak instruksi sekaligus.
7. Miliki rencana tentang bagaimana dan kapan
siswa akan menyerahkan tugas mereka . Memiliki rencana seperti ini akan
membuat lebih sedikit siswa yang mendatangi guru ketika itu tidak perlu.
8.
Buatlah sistem di mana siswa dapat bertanya
kepada teman sebayanya terlebih dahulu jika mereka butuh bantuan. Dengan cara
ini, guru menjadi lebih bebas untuk melakukan hal-hal lain di kelas.
9.
Pastikan siswa bertanggung jawab atas
pembelajaran mereka !
Sumber:
Mumpuniarti , dkk. DIFERENSIASI PEMBELAJARAN (Pengelolaan
Pembelajaran untuk Siswa yang Beragam). Yogyakarta: UNY Press
https://azrielicreativelearning.weebly.com/management.html
https://www.voyagersopris.com/vsl/blog/a-teachers-guide-to-having-an-inclusive-classroom
0 comments:
Posting Komentar