Minggu, 26 September 2021

Cara Mendesain Pembelajaran Tatap Muka Terbatas dengan Strategi Hybrid Learning atau Blended Learning

 

Saat ini sekolah di seluruh daerah sedang melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas. Walaupun ada beberapa kendala termasuk dalam hal menjaga protokol kesehatan di sekolah sehingga muncul klaster sekolah.  Maka untuk itu sudah seharusnya sekolah mempunyai strategi pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah masing-masing sesuai dengan kondisi warga sekolah dan sarana prasarana yang ada. Strategi tersebut bisa kita mengandalkan kemampuan teknologi informasi yang memang sudah dikuasai oleh guru dan siswa selama pandemi ini. Karena pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran ke depannya memang menjadi suatu kebutuhan.

Bagi sekolah yang siswanya tidak terlalu banyak dan sarana memadai, maka strategi pembelajaran hybrid bisa menjadi suatu solusi untuk pembelajarannya saat ini. Namun bagi sekolah dengan siswa yang banyak dan sarana prasarana pembelajaran yang kurang mendukung, maka pembelajaran campuran (Blended Learning) dapat menjadi solusinya.

Untuk lebih jelasnya apa itu Hybrid Learning dan apa itu Blended Learning bisa dilihat dari pemaparan di bawah ini.

Apa itu Pembelajaran Hybrid?

Pembelajaran hibrida mengimplementasikan pembelajaran secara langsung dan online secara bersamaan. Ini adalah jenis pembelajaran campuran yang lebih berfokus pada menjembatani ruang kelas fisik dan ruang belajar virtual yang lebih dekat menjadi pendidikan yang lebih lengkap. Dengan kata lain, pembelajaran hibrida adalah bentuk pembelajaran sinkron yang terjadi baik secara fisik maupun jarak jauh. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran hybrid berlangsung secara bersamaan antara siswa di kelas tatap muka dengan siswa di rumah secara online.

Pembelajaran hibrida menggabungkan instruksi tatap muka dengan pembelajaran online. Dalam konteks pembukaan kembali sekolah coronavirus, model hibrida akan mengurangi jumlah siswa di sekolah dengan memindahkan beberapa pengiriman bahan pembelajaran secara online.

Pembelajaran hybrid cocok untuk pembelajaran individual, kolaborasi melalui diskusi online, dan beberapa mode interaksi dengan materi pembelajaran untuk gaya belajar yang berbeda. Namun, hal itu menghadirkan tantangan dalam hal memastikan hasil pembelajaran yang positif dan adil. Menerapkan metode ini membuat pembagian waktu guru antara siswa di kelas dan mereka yang bekerja di rumah menjadi lebih mudah.


Dalam pembelajaran hybrid ini bisa juga menggunakan berbagai peralatan untuk menjembatani kegiatan pembelajaran siswa di sekolah dengan siswa di rumah yang belajar secara bersamaan. Peralatan tersebut bisa berupa hard ware seperti web cam, infokus dan layar, sampai aplikasi seperti zoom, googgle meet, dan aplikasi lainnya agar pembelajarannya lebih interaktif. Namun dengan menggunakan laptop yang ada kamera saja pun sudah bisa berjalan pembelajaran hybrid ini.

Sedangkan untuk pembelajarannya bisa juga menggunakan aplikasi google seperti google docs, google slide, google gambar, google my map, atau yang lainnya tergantung kreatifitas guru dalam meramunya. Dalam pembejaran dengan strategi ini guru dapat juga membagi kelompok baik untuk siswa di sekolah dan di rumah dengan memanfaatkan fitur breakout room pada zoom misalnya atau memberikan penugasan berkelompok dengan berbagai macam aplikasi google pada workspace for education melalui akun belajar.id Kemdikbudristek. Melalui akun belajar.id tersebut bisa berkolaborasi antar siswa baik yang di rumah maupun yang di sekolah dengan guru mengirimkan tugas kepada akun siswa tersebut baik secara individual maupun berkelompok.

Apa itu Blended Learning?

Blended Learning merupakan penggabungan dua model pembelajaran  yang  terpisah, pembelajaran tradisional  atau tatap muka dengan pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan penekanan yang digunakan dalam pengertian di atas yaitu mengarah pada teknologi komputer saat ini , dan teknologi komputer yang dimaksud disini adalah teknologi internet.

Pembelajaran dengan menggunakan Blended Learning dirasa lebih efektif, jika dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya menggunakan metode konvensional saja maupun sebaliknya.


Strategi Blended Learning ini mempunyai beberapa model, model tersebut seperti berikut:

1.     Station Rotation Model:  Siswa berputar melalui stasiun pada jadwal tetap, di mana setidaknya satu stasiun adalah stasiun pembelajaran jarak jauh.

2.     Lab Rotation Model: Seperti Model Rotasi Stasiun, tetapi stasiun pembelajaran jarak jauh dilakukan di lab komputer khusus.

3.   Individual Rotation Model: Siswa berputar melalui stasiun berdasarkan jadwal individu yang ditentukan oleh instruktur atau algoritma perangkat lunak.

4.    Flipped Classroom Model: Siswa menyelesaikan tugas dan pelajaran online di luar kelas sehingga instruktur dapat menggunakan waktu kelas untuk praktik dan proyek yang dipandu, mendorong pembelajaran yang lebih dalam.

5.   Flex Model: Instruktur memberikan dukungan, sesuai kebutuhan, sementara siswa bekerja dengan lancar melalui konten kursus.

6.     A La Carte Model: Siswa memilih untuk mengambil kursus online bersamaan dengan kursus tatap muka untuk meningkatkan fleksibilitas dalam jadwal mereka.

7.   Enriched Virtual Model: Siswa menyelesaikan sebagian besar tugas mereka secara online, tetapi menghadiri sesi tatap muka wajib dengan instruktur, biasanya dua kali seminggu atau kurang.

Dari tujuh model pembelajaran Blended Learning yang ada, kemungkinan yang bisa digunakan oleh hampir semua sekolah adalah model Flipped Classroom dan Enriched Virtual. Model Flipped Classroom atau model kelas terbalik merupakan pembelajaran dengan menugaskan siswa terlebih dahulu untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri di rumah dan pada pertemuan berikutnya yang berupa tatap muka  siswa akan menjelaskan hasil pembelajaran mandiri tadi baik melalui presentasi atau unjuk kerja lainnya kepada guru. Namun dengan model Flipped Classroom ini guru harus menyiapkan sumber belajar yang dapat berupa video, modul, buku, power point, dan lainnya. Sedangkan di sekolah penulis, kami sudah mendesain blog berbasis site untuk semua guru yang tautannya diletakkan di website sekolah. Sehingga siswa ketika belajar secara mandiri di rumah dapat mengakses blog guru ini sesuai dengan arahan guru tentang materi mana yang akan dipelajari oleh siswa tersebut.

Silakan pelajari lebih lanjut tentang Model Flipped Classroom DISINI

Silakan pelajari lebih lanjut tentang Membuat Blog Guru dengan Site DISINI

Model Enriched Virtual (Virtual yang Diperkaya) adalah alternatif untuk sekolah dengan pembelajaran online yang memungkinkan siswa menyelesaikan sebagian besar tugas sekolah secara online di rumah atau di luar sekolah, tetapi menghadiri sekolah untuk sesi pembelajaran tatap muka yang diwajibkan dengan seorang guru. Tidak seperti Kelas Terbalik, program Virtual yang Diperkaya biasanya tidak memerlukan kehadiran sekolah setiap hari; beberapa program mungkin hanya memerlukan kehadiran dua kali seminggu, misalnya.

Jadi dengan menggunakan strategi Blended Learning ini siswa bergiliran datang ke sekolah sesuai dengan kapasitas sekolah. Bisa saja dalam satu minggu hanya dua hari ataupun satu hari ke sekolah. Sehingga ketika di rumah siswa akan belajar secara mandiri sesuai dengan arahan guru dan ketika saat tatap muka di sekolah baru mereka menjelaskan apa yang sudah mereka pelajari tersebut baik kepada temannya maupun kepada guru.

Contoh Blended Learning di Sekolah

Beberapa contoh model yang dapat dieksplorasi oleh sekolah:

1.  Pembelajaran campuran rotasi dua hari: Siswa akan melakukan pembelajaran tatap muka di kelas secara langsung pada dua hari seminggu berdasarkan tingkat kelas mereka. Misalnya, Senin dan Rabu untuk taman kanak-kanak sampai kelas tiga, dan Selasa dan Kamis untuk kelas empat sampai 6. Di hari lain, siswa akan mengerjakan kegiatan pembelajaran “pengayaan” yang bisa online, tatap muka, atau dengan kelompok kecil. Pada hari Jumat, semua siswa akan berpartisipasi dalam pembelajaran jarak jauh.

2.  Model pembelajaran campuran A/B: Setengah dari jumlah siswa akan menghadiri kelas secara langsung di sekolah empat hari penuh per minggu, sementara separuh lainnya akan terlibat dalam pembelajaran jarak jauh. Para siswa akan bergantian setiap minggu.

3.  Struktur perulangan: Untuk siswa SMA, mereka yang memiliki nama belakang dimulai dengan A-E akan bertemu langsung pada hari Senin, F-K pada hari Selasa, L-R pada hari Kamis, dan S-Z pada hari Jumat. Pada hari Rabu, semua orang akan terlibat dalam pembelajaran online. Untuk siswa sekolah menengah, mereka yang memiliki nama belakang dimulai dengan A-K akan berada di sekolah pada hari Senin dan Selasa, dan L-Z pada hari Kamis dan Jumat. Anak-anak sekolah dasar akan mempersingkat waktu kelas dari jam 9 pagi menjadi 13:15. Mereka akan berada di sekolah pada hari yang sama dengan siswa sekolah menengah, kecuali bahwa mereka mengganti hari Rabu alih-alih semua orang tinggal di rumah.

Sebagai salah satu rekomendasi, kelompok siswa akan menghadiri kelas secara langsung pada hari atau minggu bergantian. Ini akan memungkinkan kepatuhan terhadap persyaratan jarak sosial dan membangun batas kapasitas. Ketika tidak menghadiri kelas di sekolah, siswa akan berpartisipasi dalam pembelajaran jarak jauh.

Cara Menjaga Motivasi Pembelajaran Blended/Hybrid Learning

Agar pembelajaran dengan strategi blended/hybrid ini berjalan dengan lancar maka perlu guru atau pihak sekolah memahami bagaimana cara memotivasi siswa dalam pembelajaran dengan kedua strategi ini agar semangatnya tetap terjaga.

1.     Perhatian, perhatian ini dapat berupa bagaimana cara mendapatkan perhatian siswa, bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu siswa, dan mempertahankan perhatian siswa.

Berkaitan dengan hal ini maka guru dapat melakukan berbagai cara antara lain mencari kasus dari koran yang lagi viral, melakukan game, memberikan tantangan, teori Vs fakta, tanya jawab, dan sharing.

2.     Relevan, dalam hal ini harus diperhatikan antara lain adalah materinya sesuai dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan gaya belajar siswa, dan menghubungkan dengan pengalaman siswa.

3.     Rasa Percaya Diri, berhubungan dengan ini antara lain adalah siswa tahu apa yang harus dilakukan, guru memberikan kesempatan untuk salah dan berhasil, serta guru harus memastikan keberhasilan siswa atas usaha mereka sendiri.

4.  Kepuasan, berkaitan dengan ini maka guru harus memberikan kesempatan siswa untuk mempraktekkan kemampuannya, memberikan reward, dan membantu siswa memberi rasa positif pada pencapaiannya.

Prinsip Asesmen yang Efektif pada Pembelajaran Online (Blended/Hybrid)          

1.     Berpusat pada pembelajaran siswa dan refleksi diri

Pada pembelajaran online baik secara hiybrid mapun blended seharusnya berpusat kepada siswa, sehingga hasil belajarnya berdampak terhadap siswa tersebut. Guru hanya sebagai fasilitator karena berbagai sumber belajar sudah banyak tesedia dengan gratis di internet. Kalau masih guru juga yang dominan, maka guru akan kalah dengan you tube ataupun google yang lebih menarik dan lengkap informasinya. Kemudian juga siswa perlu melakukan refleksi diri secara berkala baik di awal pembelajaran yang dikenal dengan Admit Slips dan pada akhir pembelajaran yang dikenal dengan Exit Slips. Refleksi diri ini bertujuan untuk mengetahui keadaan psikologis siswa maupun kemampuan secara akademik.

      Silakan pelajari lebih lanjut tentang Admit Slips dan Exit Slips DISINI

2.     Menggunakan rubrik untuk menilai keterampilan seperti proyek

Dalam melakukan penilaian untuk pembelajaran online sudah seharusnya sebagai seorang guru membuat rubrik untuk penilaian formatif/proses maupun sumatifnya.

3.     Penilaian kolaboratif dan komentar dari lainnya

Pada pembelajaran online sebaiknya penilaiannya bersifat kolaboratif dengan sumber penilaian bisa berasal dari teman sebaya, diri sendiri, ataupun penilaian dari orang tua.

4.     Bertujuan untuk pengembangan kompetensi/skill

Pembelajaran online mempunyai keterbatasan untuk mengetahui proses sebenarnya dalam penugasan maupun penilaian. Maka untuk itu sebaiknya dalam penugasan maupun penilaian lebih mengedepankan pengembangan keterampilan/skill daripada hanya sekedar pemahaman konsep. Jadi sebaiknya penugasan itu berupa produk yang dapat dilihat hasilnya ataupun penilaian berbasis kinerja. Misalnya untuk mata pelajaran yang dominan konsep seperti sejarah/IPS bisa kita meminta siswa untuk membuat peta konsep dengan menggunakan aplikasi (google gambar) dan mereka yang menjelaskan kepada temannya ataupun guru.

5.     Desain penilaiannya jelas dan mudah dipahami

Kemudian untuk penilaian online ini juga sudah selayaknya desain penilaian jelas dan sudah dinformasikan di awal pembelajaran sehingga siswa akan tahu apa yang harus mereka lakukan dan seperti apa penilaiannya.


0 comments:

Posting Komentar