Oleh : Adi Saputra, M.Pd
Pengajar, desain pembelajaran, dan
peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu disebut saat kita ingin berbicara
tentang proses pembelajaran. Mengapa demikian ? karena sesungguhnya 3 (tiga) hal
tersebutlah yang menjadi motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran.
Pengajar disini dapat diartikan
secara luas, apalagi dalam era internetisasi saat ini. Salah satu dampak yang ditimbulkannya
pada dunia pendidikan adalah munculnya metode-metode pembelajaran secara
elektronik (elearning atau online learning). Hal tersebut akhirnya
berimbas pada cara guru dalam menyampaikan atau membahasakan materi di kelas, dari
yang sebelumnya bertutur atau lisan menjadi tulisan. Namun demikian, peran guru
atau pengajar di kelas tidak dapat tergantikan karena tidak semua peserta didik
mampu belajar dan memahami materi secara mandiri. Untuk mengatasinya adalah
dengan cara memblend antara metode
klasikal dan elektronik (adanya hybrid
instruction).
Menurut Gagne, Briggs, & Wager
(dalam Prawiradilaga, 2007) desain pembelajaran membantu proses belajar
seseorang, dimana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka
panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi
belajar, internal maupun eksternal. Tapi menurut Kemp, Morrison, & Ross
(dalam Prawiradilaga, 2007) esensi disain pembelajaran mengacu pada keempat
komponen inti, yaitu siswa, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian.
Peserta didik adalah semua individu
yang menjadi audiens dalam suatu lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan
peserta didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana pembelajaran
dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah,
mahasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat.
Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses
pembelajaran yang harus dithreat agar
output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi (khususnya)
dan dunia pendidikan Indonesia
pada umumnya. Agar keluarannya dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman, maka
sudah sepatutnya materi dan cara pembelajarannyapun disesuaikan dengan dunia
nyata juga. Hal tersebut biasa dikenal dengan model pembelajaran inovatif.
Penilaianpun juga sudah melakukan
terobosan atau inovasi. Terbukti, saat ini paper
and pen bukanlah satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan belajar
peserta didik. Asesmen portofolio, autentik, dan lain-lain adalah sedikit dari
banyak inovasi cara menilai keberhasilan peserta didik yang lebih menitikberatkan
pada proses.
A. Model Pembelajaran Inovatif
Model pembelajaran inovatif lahir
dari adanya keresahan terhadap cara belajar klasikal. Dimana peserta didik
tidak dapat terlibat aktif dalam hal intelektual maupun fisik. Karena itu,
dirancanglah sebuah model pembelajaran yang bisa mengaktifkan seluruh indera
dan intelektualitas peserta didiknya.
Yang termasuk ke dalam model
pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis quantum teaching,
pembelajaran berbasis multiple intelegencies, elearning, active learning,
integrated learning, cooperative learning, pembelajaran berbasis sumber,
konteksual learning, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selanjutnya yang akan dibahas disini
adalah hanya model pembelajaran inovatif berbasis elektronik (elearning) dan contextual learning.
1.
Model Pembelajaran Berbasis
Elektronik (Elearning)
a.
Pengertian E-Learning
E-learning tersusun dari dua
bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’
yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari
ketiganya. Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi
satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005). Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo
(dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah “e” dalam e-learning adalah segala
teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi
elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif, dan
CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh
disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang
berbeda (asynchronously).
Secara lebih singkat William Horton mengemukakan bahwa (dalam
Sembel, 2004) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis web (yang
bisa diakses dari internet). Tidak jauh berbeda dengan itu Brown, 2000 dan
Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002) secara sederhana mengatakan bahwa e-learning
merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN)
sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitas yang didukung oleh berbagai
bentuk layanan belajar lainnya.
Selain itu, ada yang menjabarkan
pengertian e-learning lebih luas lagi. Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line
baik melalui jaringan lokal maupun internet. Interaksi dengan menggunakan internetpun
bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line atau archieved. Distribusi
secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning.
Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan
didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan
CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada (Lukmana, 2006).
b.
Karakteristik E-Learning
Karakteristik e-learning ini
antara lain adalah:
1) Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan
sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh
hal-hal yang bersifat protokoler.
2) Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
3) Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja
bila yang bersangkutan memerlukannya
4) Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
c. Syarat-Syarat
Penggunaan E-Learning
Menurut
Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan pembelajaran
elektronik (e-learning) adalah :
1)
kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
2)
tersedianya
dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya
CD-ROM atau bahan cetak
3)
tersedianya
dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami
kesulitan
4)
adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola
kegiatan e-learning
5)
adanya sikap positif pendidik dan tenaga
kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet
6)
adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat
dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar
7)
adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau
perkembangan belajar peserta belajar
8)
adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh
lembaga penyelenggara
Berbeda
dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel, 2004, lebih menyoroti dari
tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk “menghidupkan” sebuah e-learning adalah
:
1)
Subject Matter Expert (SME),
merupakan nara
sumber dari pembelajaran yang disampaikan.
2)
Instructional Designer (ID),
bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning
dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih
mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
3)
Graphic Designer (GD),
bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna,
dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk dipelajari.
4)
Learning Management System (LMS),
bertugas mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara
instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal lain yang
berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat
ketercapaian belajar siswa.
Ahli-ahli pendidikan dan ahli
internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang
memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo dalam
Tafiardi, 2002) antara lain:
1) Analisis
Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu
dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Pertanyaan ini
tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang
lain. Setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda
satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need analysis
yang mencakup studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial.
2) Rancangan
Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan
ajar/kurikulum.
3) Evaluasi
yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa
sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
d. Fungsi
E-Learning
Setidaknya
ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di
dalam kelas (classroom instruction), yaitu (dalam Siahaan, 2002) :
1) suplemen
(tambahan)
Dikatakan
berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal
ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
2) komplemen
(pelengkap)
Dikatakan
berfungsi sebagai komplemen, apabila materi e-learning diprogramkan untuk
melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis,
2002). Sebagai komplemen berarti materi e-learning diprogramkan untuk menjadi
materi enrichment (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Sebagai enrichment,
apabila peserta didik dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran
yang disampaikan guru secara tatap muka diberikan kesempatan untuk mengakses
materi e-learning yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka.
Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
Sebagai
remedial, apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka di kelas. Tujuannya agar
peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru
di kelas.
3) substitusi
(pengganti)
Tujuan
dari e-learning sebagai pengganti kelas konvensional adalah agar peserta
didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahan sesuai dengan waktu
dan aktivitas lain sehari-hari. Ada
3 (tiga) alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat diikuti peserta
didik : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara
tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya
melalui internet.
e. Manfaat
E-Learning
E-learning
mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran.
Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai
hal yang menyangkut pelajaran atau kebutuhan pengembangan diri peserta didik.
Selain itu, guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk di
akses oleh peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru dapat pula memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun
soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan
dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002, dalam Siahaan).
Secara
lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yaitu
dari sudut peserta didik dan guru :
1) sudut
peserta didik
Dengan
kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang
tinggi. Menurut Brown, 2000 (dalam Siahaan) ini dapat mengatasi siswa yang (1)
belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata
pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya, (2) mengikuti
program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari
materi yang tidak dapat diajarkan oleh orang tuanya, seperti bahasa asing dan
ketrampilan di bidang komputer, (3) merasa phobia dengan sekolah atau peserta
didik yang di rawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tapi
berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di
berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan (4) tidak
tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
2) guru
Menurut Soekartawi (dalam Siahaan)
beberapa manfaat yang diperoleh guru adalah bahwa guru dapat : (1) lebih mudah
melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan
tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, (2) mengembangkan diri atau
melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang
dimiliki realtif lebih banyak, (3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa
yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik
tertentu dipelajari ulang, (4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan
soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan (5) memeriksa jawaban peserta didik
dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Dari berbagai pengalaman dan juga
dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan penjelasan
tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan
jarak jauh (Soekartawi dalam Tafiardi, 2002 : 94-95), antara lain dapat
disebutkan sbb:
a) Tersedianya
fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu
dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b) Guru dan
siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa
jauh bahan ajar dipelajari.
c) Siswa
dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d) Bila
siswamemerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya,
ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e) Baik guru
maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan
jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang
lebih luas.
f) Berubahnya
peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
g) Relatif
lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi
atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.
f. Kelebihan
E-Learning
E-learning
dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki
kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005)
1)
Pengurangan biaya
2)
Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja,
selama terhubung dengan internet.
3)
Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajar mereka.
4)
Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya
perbedaan yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan
penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih
konsisten.
5)
Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher
menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode
e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara
tradisional
6)
Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran
akan meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan
melalui internet.
g. Keterbatasan
E-Learning
Terakhir yang harus diperhatikan
masalah yang sering dihadapi yaitu:
1) Masalah
akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan
internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
2) Masalah
ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti
lunak yang tidak mahal.
3) Masalah
dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
4)
Masalah skill
and knowledge
Walaupun demikian pemanfaatan
internet untuk pembelajaran atau e-learning
juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:
1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa
itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis
3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan
pendidikan.
4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran
yang menggunakan internet.
5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini
berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
7) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang
internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.
h. Kendala-Kendala
Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning,
yaitu (Effendi, 2005) :
1) Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat
menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada
permulaannya.
2) Budaya.
Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk
belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
3) Teknologi
dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal,
dan teknologi yang tepat.
4) Desain
materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric.
Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman
dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.
this is the paper related about E-Learning http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1077/1/11107441.pdf
BalasHapusterimakasih artikelnya sangat bermanfaat, e-learning sangat membantu dalam proses pembelajaran. saya ingin merekomendasikan untuk mengunjungi salah satu website e-learning berikut ini adalah website e-learning yang ada di gunadarma http://elearning.gunadarma.ac.id/
BalasHapusnice
BalasHapushttps://ittelkom-sby.ac.id/