Minggu, 11 Mei 2025

Strategi untuk Mengurangi Efek Negatif Telepon Pintar (Smartphone) di Lingkungan Pendidikan

Penggunaan telepon pintar ibarat pedang bermata dua. Telepon pintar telah menjadi alat yang efektif di era digital ini, yang memungkinkan siswa untuk mengakses sejumlah besar informasi dengan cepat dan mudah. Namun, di sisi lain juga dapat berimbas negatif yang dapat mempengaruhi karakter, psikologi, dan akademis siswa yang akan berdampak terhadap pembelajaran siswa.

Meningkatnya prevalensi telepon pintar di lingkungan pendidikan telah memicu perdebatan sengit di antara para pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan, karena mereka bergulat dengan sifat ganda dari perangkat ini. Di satu sisi, telepon pintar digembar-gemborkan sebagai alat pendidikan yang kuat yang dapat meningkatkan pembelajaran dan memfasilitasi komunikasi. Di sisi lain, mereka dipandang sebagai sumber gangguan yang signifikan yang dapat mengurangi kinerja akademis dan kesejahteraan mental siswa.

Baca Juga: Dampak Negatif Penggunaan Telepon Pintar (Smartphone) terhadap Prestasi Akademik Siswa

Simak Juga Video di Bawah ini:

Laporan dari Global Education Monitoring (GEM) tahun 2023, 60 sistem pendidikan (atau 30%) telah melarang penggunaan telepon pintar di sekolah dalam undang-undang atau kebijakan mereka. Pada akhir tahun 2024, pembaruan yang disiapkan Laporan GEM untuk Hari Pendidikan Internasional menemukan bahwa 19 sistem pendidikan lainnya melarang penggunaan telepon pintar di sekolah, sehingga totalnya menjadi 79 (atau 40%). Dalam beberapa kasus, beberapa larangan menjadi lebih ketat dalam setahun terakhir. Di Tiongkok, kota Zhengzhou lebih lanjut membatasi penggunaan telepon di sekolah dasar dan menengah, dengan menuntut orang tua untuk memberikan persetujuan tertulis bahwa telepon benar-benar diperlukan untuk alasan pedagogis. Di Prancis, 'jeda digital' disarankan di sekolah menengah pertama sebagai tambahan pada larangan telepon yang sudah ada di tingkat pendidikan lainnya. Misalnya, di Australia, dua dari sembilan wilayah (New South Wales dan Australia Selatan) telah memberlakukan larangan, sementara di Spanyol, semua kecuali 3 dari 17 komunitas otonom (Basque Country, La Rioja, Navarre) telah memberlakukan larangan. Di Amerika Serikat, 20 dari 50 negara bagiannya kini telah memberlakukan peraturan tentang penggunaan telepon pintar di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Malah Finlandia sebagai kiblatnya negara-negara di dunia dalam hal pendidikan juga sudah mengeluarkan aturan mengenai penggunaan telepon pintar di sekolah. Berdasarkan peraturan baru, siswa hanya akan dapat menggunakan ponsel mereka selama kelas "untuk tujuan belajar atau untuk menjaga kesehatan mereka sendiri". Jika seorang siswa mengganggu kegiatan belajar mengajar dengan perangkat seluler mereka, kepala sekolah atau guru berhak untuk mencabutnya. Sekolah juga akan diwajibkan untuk menetapkan peraturan tentang penggunaan dan penyimpanan perangkat seluler selama pelajaran, makan, dan istirahat.

Ada pernyataan yang bagus dari pemerintahnya: “Sekolah bukan sekadar tempat untuk memperoleh ilmu. Sekolah juga tempat untuk mengembangkan keterampilan sosial. Dengan mata yang terus menatap layar, akan semakin sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Itulah sebabnya kami ingin memberi siswa kesempatan yang lebih baik untuk berinteraksi secara bermakna selama hari sekolah.”

Apa Saja Strategi untuk Mengelola Kecanduan Ponsel Pintar di Lingkungan Pendidikan?

1.  Melarang Secara Penuh

Perdebatan yang sedang berlangsung seputar penggunaan telepon pintar di lingkungan pendidikan telah mendorong sekolah dan orang tua untuk mengeksplorasi berbagai strategi guna mengelola waktu layar siswa secara efektif. Salah satu pendekatan yang paling banyak dibahas adalah penerapan larangan telepon pintar secara penuh di sekolah. Para pendukung berpendapat bahwa pembatasan akses telepon pintar dapat secara signifikan meningkatkan kinerja akademis dan interaksi sosial di antara siswa. Misalnya, sekolah seperti Mountain Middle School di Colorado telah mengadopsi larangan penuh terhadap telepon pintar, yang dilaporkan telah meningkatkan fokus dan keterlibatan di kelas. Namun, efektivitas larangan tersebut masih menjadi masalah yang diperdebatkan, karena penegakannya dapat menjadi tantangan dan secara tidak sengaja dapat menimbulkan masalah kesetaraan di antara siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda.

2.  Menggunakan Telepon Biasa

Alternatif inovatif, seperti mendorong penggunaan ponsel biasa, juga telah mendapatkan perhatian sebagai cara untuk mengurangi waktu di depan layar. Sebuah kisah pribadi dari seorang reporter teknologi yang beralih ke ponsel biasa selama sebulan menyoroti potensi manfaat dari pendekatan ini. Kesederhanaan ponsel biasa memungkinkannya untuk terlibat lebih bermakna dengan lingkungan sekitarnya, mengurangi kecemasan dan meningkatkan interaksi sosialnya. Tren ini mencerminkan keinginan yang semakin besar di antara individu untuk melepaskan diri dari gangguan konstan dari telepon pintar dan terhubung kembali dengan dunia di sekitar mereka. Sekolah dapat mempertimbangkan untuk mempromosikan inisiatif serupa, mendorong siswa untuk menjelajahi perangkat yang kurang canggih secara teknologi sebagai cara untuk menumbuhkan hubungan yang lebih dalam dan mengurangi ketergantungan pada telepon pintar.`

3.  Kebijakan Telepon Pintar yang Fleksibel

Selain itu, mengintegrasikan teknologi di ruang kelas sambil meminimalkan gangguan sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Sekolah seperti Sekolah Menengah Atas Lafayette telah mengadopsi kebijakan telepon pintar yang fleksibel, yang memungkinkan guru untuk menetapkan aturan mereka sendiri terkait penggunaan telepon pintar. Pendekatan ini menghormati berbagai kebutuhan mata pelajaran dan gaya mengajar yang berbeda, yang memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan strategi mereka untuk memaksimalkan keterlibatan siswa. Misalnya, beberapa guru mungkin memilih untuk menggunakan telepon pintar sebagai alat pendidikan selama pelajaran tertentu, sementara yang lain mungkin memilih untuk melarang penggunaan telepon pintar sama sekali selama jam pelajaran. Fleksibilitas ini dapat membantu mencapai keseimbangan antara memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan meminimalkan potensi gangguannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan wadah atau tempat untuk menyimpan telepon pintar tersebut di depan kelas seperti pada gambar di bawah ini.

4.  Sosialisasi Dampak Penggunaan Telepon Pintar

Praktik terbaik untuk mengelola penggunaan telepon pintar di lingkungan pendidikan juga mencakup penetapan pedoman yang jelas dan pengembangan budaya tanggung jawab di antara siswa. Pendidik dapat mengajarkan teknik pengendalian diri dan mendorong siswa untuk merenungkan kebiasaan digital mereka. Dengan mempromosikan diskusi seputar dampak penggunaan ponsel pintar yang berlebihan terhadap kesehatan mental dan prestasi akademik, sekolah dapat memberdayakan siswa untuk membuat pilihan yang tepat tentang penggunaan teknologi mereka. Selain itu, melibatkan orang tua dalam percakapan ini dapat menciptakan jaringan pendukung yang memperkuat kebiasaan sehat baik di sekolah maupun di rumah.

Seiring dengan terus berkembangnya perbincangan seputar penggunaan ponsel pintar, jelaslah bahwa pendekatan yang beragam diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh waktu layar yang berlebihan. Dengan menggabungkan larangan penggunaan telepon pintar, kontrol orangtua, alternatif inovatif seperti telepon biasa, dan praktik terbaik untuk integrasi teknologi, sekolah dan orangtua dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat bagi siswa. Upaya kolaboratif ini penting dalam mengatasi kompleksitas penggunaan ponsel pintar dan memastikan bahwa siswa dapat berkembang secara akademis dan sosial di dunia yang semakin digital. 

Apa Peran Orang Tua dalam Mengatur Penggunaan Smartphone?

Selain larangan langsung di sekolah, kontrol orangtua memegang peranan penting dalam mengelola penggunaan telepon pintar di kalangan anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua dapat memengaruhi kebiasaan digital anak-anak mereka secara signifikan dengan menetapkan batasan yang jelas dan memantau penggunaannya. Misalnya, para ahli menyarankan untuk membatasi penggunaan telepon pintar hingga kurang dari dua jam dalam satu waktu dan melarang akses media sosial bagi anak-anak di bawah usia 13 tahun. Pendekatan proaktif ini tidak hanya membantu mengurangi risiko kecanduan, tetapi juga menumbuhkan kebiasaan digital yang lebih sehat. Orangtua dapat memanfaatkan berbagai alat, seperti aplikasi yang melacak waktu penggunaan layar dan menetapkan batasan penggunaan, untuk memperkuat batasan ini secara efektif.

Peran orang tua dalam mengelola penggunaan telepon pintar anak-anak mereka menjadi semakin penting karena kekhawatiran tentang kesehatan mental dan prestasi akademis meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa kontrol psikologis orang tua dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan mental remaja, terutama dalam konteks penggunaan telepon pintar. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychiatry menyoroti bahwa gaya pengasuhan yang mengganggu, yang membatasi otonomi dan menimbulkan rasa bersalah, dikaitkan secara negatif dengan kesejahteraan remaja. Hal ini khususnya menjadi perhatian di daerah-daerah yang kurang mampu secara ekonomi, di mana pemicu stres tambahan dapat memperburuk dampak dari praktik pengasuhan yang buruk.

Remaja sering kali menanggapi pembatasan yang dirasakan terhadap kebebasan mereka dengan reaksi psikologis, yang dapat menyebabkan perilaku maladaptif, termasuk peningkatan penggunaan telepon pintar sebagai mekanisme penanggulangan. Siklus ini dapat menciptakan lingkaran umpan balik yang merugikan, di mana penggunaan ponsel pintar yang berlebihan semakin memperburuk kesehatan mental, yang menyebabkan kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengadopsi pendekatan yang lebih mendukung dan tidak terlalu mengontrol untuk membina hubungan yang lebih sehat dengan teknologi. Maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua:

1.  Diskusi dengan Anak Tentang Resiko Penggunaan Telepon Pintar Berlebihan

Komunikasi terbuka tentang penggunaan teknologi sangatlah penting. Orang tua harus terlibat dalam diskusi dengan anak-anak mereka tentang potensi risiko yang terkait dengan penggunaan telepon pintar yang berlebihan, termasuk dampaknya terhadap kesehatan mental dan prestasi akademis. Dengan menciptakan lingkungan yang membuat anak-anak merasa nyaman mendiskusikan pengalaman daring mereka, orang tua dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kecanduan media sosial dan telepon pintar. Dialog ini juga dapat memberdayakan anak-anak untuk membuat keputusan yang tepat tentang penggunaan teknologi mereka, mendorong mereka untuk menetapkan batasan pribadi.

2.  Menetapkan Batasan Penggunaan Telepon Pintar

Menetapkan batasan yang jelas seputar penggunaan telepon pintar merupakan strategi efektif lainnya bagi orang tua. Penelitian menunjukkan bahwa membatasi waktu penggunaan layar hingga kurang dari dua jam setiap kalinya dan melarang akses media sosial bagi anak-anak di bawah usia 13 tahun dapat membantu mengurangi risiko kecanduan. Orang tua dapat menetapkan waktu khusus untuk penggunaan perangkat, seperti saat mengerjakan pekerjaan rumah atau makan bersama keluarga, untuk mendorong kebiasaan yang lebih sehat. Selain itu, mendorong aktivitas luar ruangan dan interaksi tatap muka dapat memberi anak-anak jalan alternatif untuk bersosialisasi dan terlibat, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada perangkat digital.

3.  Orang Tua Menjadi Contoh Penggunaan Teknologi yang Sehat

Selain itu, orang tua dapat menjadi contoh penggunaan teknologi yang sehat bagi diri mereka sendiri. Dengan menunjukkan kebiasaan menggunakan ponsel pintar yang seimbang, seperti menyingkirkan perangkat saat waktu keluarga atau terlibat dalam aktivitas tanpa teknologi, orang tua dapat memberikan contoh positif bagi anak-anak mereka. Contoh ini dapat memperkuat pentingnya menjaga hubungan yang sehat dengan teknologi dan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan pengaturan diri.

Saat sekolah-sekolah bergulat dengan implikasi penggunaan telepon pintar di lingkungan pendidikan, orang tua memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan mental dan keberhasilan akademis anak-anak mereka. Perdebatan yang sedang berlangsung tentang larangan penggunaan ponsel pintar di sekolah menggarisbawahi perlunya pendekatan kolaboratif antara orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan. Dengan bekerja sama, mereka dapat menciptakan lingkungan yang seimbang yang memprioritaskan manfaat konektivitas dan potensi risiko yang terkait dengan penggunaan ponsel pintar yang berlebihan.

Kesimpulannya, tanggung jawab untuk mengelola penggunaan ponsel pintar tidak hanya dibebankan pada sekolah atau pembuat kebijakan; orang tua harus terlibat aktif dalam proses ini. Dengan mendorong komunikasi terbuka, menetapkan batasan, dan mencontohkan kebiasaan sehat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka menavigasi kompleksitas teknologi dengan cara yang meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Seiring dengan terus berkembangnya perbincangan seputar penggunaan telepon pintar, peran orang tua akan tetap penting dalam membentuk lanskap digital yang lebih sehat untuk generasi mendatang.

Apa Saja Upaya yang Dapat Dilakukan oleh Guru dan Orang Tua ?

Upaya yang telah dilakukan oleh guru maupun orangtua untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif dari penggunaan smartphone yaitu

1.     Pantau Perilaku Anak Anda & Bermain Game

Tidak perlu menjadi 'orang tua helikopter', tetapi Anda harus mengawasi kapan anak bermain dan berapa lama. Jika ia menghabiskan waktu berjam-jam bermain game video, tetapkan batas waktu dan tegaskan hal itu. Jelaskan kepada anak Anda bahwa bermain gim hanyalah cara hiburan atau mengisi waktu luang, dan bukan itu tujuan hidupnya.

2.     Dorong Aktivitas Luar Ruangan

Jika anak Anda tenggelam dalam aktivitas hingga mengabaikan tugas harian yang paling penting sekalipun, doronglah ia untuk keluar. Bukan hanya orang tua, sekolah juga bertanggung jawab untuk mendorong anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga. Yang terpenting adalah menanamkan kebiasaan tertentu sejak dini.

3.     Berikan Contoh yang Baik/Ajari Mereka Tentang Bahayanya

Anda harus memberikan contoh yang baik di rumah dengan membatasi penggunaan teknologi Anda sendiri. Dan selalu merupakan ide yang baik untuk mengajak anak Anda melakukan sesuatu bersama di dunia nyata. Selain itu, sekolah harus memiliki sistem yang baik yang mendidik anak-anak tentang kebiasaan daring/bermain game yang sehat. Mereka juga harus merumuskan pelajaran yang tepat dan memberikan siswa bimbingan yang tepat.

4.     Detoksifikasi Digital

Hilangkan akses ke semua jenis perangkat digital tidak ada telepon pintar, tidak ada komputer. Ini berlaku untuk anak-anak dan orang tua mereka. Anda dapat menganggap kesempatan ini sebagai cara untuk mengurangi stres atau fokus pada pelajaran dan interaksi sosial di dunia nyata. Berikan anak Anda berbagai hal menghibur lainnya seperti bersepeda, bermain kriket, dll.

5.     Pastikan TV/Video Game Tidak Digunakan Sebagai Pengasuh Anak

Ada bayi dan anak-anak yang bermain game di ponsel pintar orang tua mereka; menurut saya itu bukan tren yang baik. Anak-anak yang berusia 2 tahun sudah bisa mengakses telepon pintar. Orang tua harus lebih bijak dan berhenti menggunakan gadget sebagai pengasuh anak.

6.     Siap Mendengarkan

Guru dan orang tua harus tahu kapan harus mendengarkan siswa. Mengetahui kapan harus mendengarkan dan beradaptasi, serta kapan harus membimbing bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan pelatihan yang tepat, guru dapat memberikan bimbingan yang tepat kepada siswa.

7.     Meminta Bantuan Profesional

Jika masalahnya parah, jangan tunda mencari bantuan profesional. Tidak perlu panik karena ini tidak dapat digolongkan sebagai 'gangguan mental'. Namun, seorang profesional dapat membantu Anda dan anak Anda pulih dari bentuk kecanduan ini. Pilih konselor yang memahami dunia game online dan bersedia mempertimbangkan kemungkinan adanya kecanduan game komputer.

8.     Memberi Jadwal Pembelajaran Ketika Daring

Seandainya ada pembelajaran daring, maka berikan jadwal pembelajaran daring yang jelas dan terperinci. Adapun jadwal pembelajaran daring yang diberikan meliputi: waktu pelaksanaan pembelajaran, batas waktu absensi siswa, serta batas waktu dalam pengumpulan tugas siswa pada setiap harinya. Tujuan diberikannya jadwal pembelajaran daring yang jelas agar siswa tidak menjadikan pembelajaran daring sebagai alasan untuk dapat menggunakan smartphone secara berlebihan ketika di rumah, selain itu agar pembelajaran daring juga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena pada pelaksanaan pembelajaran daring guru menjadi salah satu komponen yang paling berpengaruh pada suksesnya pembelajaran.

9.     Memberi Batasan Waktu dalam Penggunaan Telepon Pintar

Upaya yang dilakukan oleh wali siswa/orangtua untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif dari penggunaan telepon pintar pada anak usia sekolah dasar salah satunya ialah dengan memberikan batasan waktu dalam penggunaan telepon pintar. Batasan waktu yang diberikan oleh orangtua contohnya seperti: pada hari senin sampai jumat siswa hanya boleh menggunakan telepon pintar hingga pukul sembilan malam namun, jika hari sabtu dan minggu siswa dapat menggunakan smartphone sesuai dengan keinginannya. Pemberian batasan waktu untuk anak usia sekolah dasar dalam menggunakan telepon pintar berguna agar anak tidak menggunakan telepon pintar secara terus menerus dan lupa akan kegiatannya yang lain. Orangtua perlu membatasi penggunaan telepon pintar pada anak karena anak usia sekolah dasar belum siap dan belum mampu untuk memanfaatkan telepon pintar dengan baik dan benar. Orangtua perlu memberi batasan waktu dan akses internet kepada anak, meskipun hal ini mungkin dapat menyebabkan anak tantrum karena keinginan untuk bermain telepon pintar dibatasi tetapi orangtua harus tetap bertahan pada prinsipnya dan tidak mengalah kepada anak.

10.     Memantau Situs atau Aplikasi

Upaya yang dapat dilakukan guru dan orangtua untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif dari penggunaan telepon pintar pada anak ialah dengan memantau situs atau aplikasi yang sering digunakan oleh anak. Pemantauan situs atau aplikasi ini dilakukan dengan tujuan agar penggunaan smartphone pada anak tetap dalam pengawasan, selain itu agar anak tidak menggunakan telepon pintar untuk membuka aplikasi atau situs yang dapat memberikan dampak negatif kepada anak, bahkan orang tua sering menghapus aplikasi pada telepon pintar anak yang dianggap dapat menimbulkan pengaruh negatif untuk anak. Pemantauan yang dilakukan oleh orangtua tidak hanya sebatas pada durasi penggunaan telepon pintar pada anak tetapi orangtua juga perlu untuk memberikan pemantauan terkait situs atau aplikasi yang digunakan oleh anak agar anak tidakmenggunakan aplikasi yang dapat berpotensi untuk membawa pengaruh negatif kepada anak.

Seorang anak dapat diberikan akses telepon pintar ketika berusia 12-14 tahun, karena dianggap telah siap secara mental. Sehingga orang tua yang memberikan gawai kepada anaknya yang berusia dibawah 12 tahun diharap dapat mengawasinya ketika menggunakannya. Karena, telepon pintar akan dengan sangat mudah disalahgunakan oleh anak terutama ketika sedang mengakses internet tanpa pengawasan orang tua. Bahkan jika perlu orang tua tidak sama sekali memberikan telepon pintar kepada anaknya sebelum sang anak mendapatkan kesiapan mental dan edukasi yang cukup dalam menggunakan telepon pintar.

Saat sekolah menjajaki berbagai strategi untuk mengelola penggunaan telepon pintar, penting untuk menyadari bahwa solusi yang cocok untuk semua orang mungkin tidak dapat diterapkan. Sebaliknya, pendidik harus mempertimbangkan penerapan strategi pengurangan bahaya, seperti waktu yang ditentukan untuk penggunaan perangkat atau pengumpulan sementara telepon pintar selama kelas. Langkah-langkah ini dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif sambil tetap mengakui peran teknologi dalam pendidikan modern. Sekolah dan orangtua dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat bagi siswa. Upaya kolaboratif ini penting dalam mengatasi kompleksitas penggunaan telepon pintar dan memastikan bahwa siswa dapat berkembang secara akademis dan sosial di dunia yang semakin digital.

Sumber:

https://healthcare.utah.edu/healthfeed/2023/01/tips-healthy-social-media-use-parents-and-teens

https://www.forwardpathway.us/the-double-edged-sword-of-smartphones-in-education

https://www.unesco.org/en/articles/smartphones-school-only-when-they-clearly-support-learning

2 komentar:

  1. Trmksh p adi atas pencerahannya smg menjadi referensi bagi kami org tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2, semoga pihak sekolah dan orang tua bisa berkolaborasi untuk mengatasi masalah ini.

      Hapus