Penggunaan telepon pintar ibarat
pedang bermata dua. Telepon pintar telah menjadi alat yang efektif di era
digital ini, yang memungkinkan siswa untuk mengakses sejumlah besar informasi
dengan cepat dan mudah. Namun, di sisi lain juga dapat berimbas negatif yang
dapat mempengaruhi karakter, psikologi, dan akademis siswa yang akan berdampak
terhadap pembelajaran siswa.
Meningkatnya prevalensi telepon
pintar di lingkungan pendidikan telah memicu perdebatan sengit di antara para
pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan, karena mereka bergulat dengan sifat
ganda dari perangkat ini. Di satu sisi, telepon pintar digembar-gemborkan
sebagai alat pendidikan yang kuat yang dapat meningkatkan pembelajaran dan
memfasilitasi komunikasi. Di sisi lain, mereka dipandang sebagai sumber
gangguan yang signifikan yang dapat mengurangi kinerja akademis dan
kesejahteraan mental siswa.
Baca Juga: Dampak
Negatif Penggunaan Telepon Pintar (Smartphone) terhadap Prestasi Akademik Siswa
Simak Juga Video di Bawah ini:
Laporan dari Global Education
Monitoring (GEM) tahun 2023,
60 sistem pendidikan (atau 30%) telah melarang penggunaan telepon pintar di
sekolah dalam undang-undang atau kebijakan mereka. Pada akhir tahun 2024,
pembaruan yang disiapkan Laporan GEM untuk Hari Pendidikan Internasional
menemukan bahwa 19 sistem pendidikan lainnya melarang penggunaan telepon pintar
di sekolah, sehingga totalnya menjadi 79 (atau 40%). Dalam beberapa kasus,
beberapa larangan menjadi lebih ketat dalam setahun terakhir. Di Tiongkok, kota
Zhengzhou lebih lanjut membatasi penggunaan telepon di sekolah dasar dan
menengah, dengan menuntut orang tua untuk memberikan persetujuan tertulis bahwa
telepon benar-benar diperlukan untuk alasan pedagogis. Di Prancis, 'jeda
digital' disarankan di sekolah menengah pertama sebagai tambahan pada
larangan telepon yang sudah ada di tingkat pendidikan lainnya. Misalnya, di
Australia, dua dari sembilan wilayah (New South Wales dan Australia Selatan)
telah memberlakukan larangan, sementara di Spanyol, semua kecuali 3 dari 17
komunitas otonom (Basque Country, La Rioja, Navarre) telah memberlakukan
larangan. Di Amerika Serikat, 20 dari 50 negara bagiannya kini telah
memberlakukan peraturan tentang penggunaan telepon pintar di sekolah. Hal ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Malah Finlandia sebagai kiblatnya negara-negara
di dunia dalam hal pendidikan juga sudah mengeluarkan aturan mengenai
penggunaan telepon pintar di sekolah. Berdasarkan peraturan baru, siswa hanya
akan dapat menggunakan ponsel mereka selama kelas "untuk tujuan belajar
atau untuk menjaga kesehatan mereka sendiri". Jika seorang siswa
mengganggu kegiatan belajar mengajar dengan perangkat seluler mereka, kepala
sekolah atau guru berhak untuk mencabutnya. Sekolah juga akan diwajibkan
untuk menetapkan peraturan tentang penggunaan dan penyimpanan perangkat seluler
selama pelajaran, makan, dan istirahat.
Ada pernyataan yang bagus dari
pemerintahnya: “Sekolah bukan sekadar tempat untuk memperoleh ilmu.
Sekolah juga tempat untuk mengembangkan keterampilan sosial. Dengan mata yang
terus menatap layar, akan semakin sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.
Itulah sebabnya kami ingin memberi siswa kesempatan yang lebih baik untuk
berinteraksi secara bermakna selama hari sekolah.”
Apa Saja Strategi untuk Mengelola
Kecanduan Ponsel Pintar di Lingkungan Pendidikan?
1. Melarang Secara Penuh
Perdebatan yang
sedang berlangsung seputar penggunaan telepon pintar di lingkungan pendidikan
telah mendorong sekolah dan orang tua untuk mengeksplorasi berbagai strategi
guna mengelola waktu layar siswa secara efektif. Salah satu pendekatan yang
paling banyak dibahas adalah penerapan larangan telepon pintar secara penuh di
sekolah. Para pendukung berpendapat bahwa pembatasan akses telepon pintar dapat
secara signifikan meningkatkan kinerja akademis dan interaksi sosial di antara
siswa. Misalnya, sekolah seperti Mountain Middle School di Colorado telah
mengadopsi larangan penuh terhadap telepon pintar, yang dilaporkan telah
meningkatkan fokus dan keterlibatan di kelas. Namun, efektivitas larangan
tersebut masih menjadi masalah yang diperdebatkan, karena penegakannya dapat
menjadi tantangan dan secara tidak sengaja dapat menimbulkan masalah kesetaraan
di antara siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda.
2. Menggunakan Telepon Biasa
Alternatif inovatif, seperti mendorong penggunaan ponsel biasa, juga telah mendapatkan perhatian sebagai cara untuk mengurangi waktu di depan layar. Sebuah kisah pribadi dari seorang reporter teknologi yang beralih ke ponsel biasa selama sebulan menyoroti potensi manfaat dari pendekatan ini. Kesederhanaan ponsel biasa memungkinkannya untuk terlibat lebih bermakna dengan lingkungan sekitarnya, mengurangi kecemasan dan meningkatkan interaksi sosialnya. Tren ini mencerminkan keinginan yang semakin besar di antara individu untuk melepaskan diri dari gangguan konstan dari telepon pintar dan terhubung kembali dengan dunia di sekitar mereka. Sekolah dapat mempertimbangkan untuk mempromosikan inisiatif serupa, mendorong siswa untuk menjelajahi perangkat yang kurang canggih secara teknologi sebagai cara untuk menumbuhkan hubungan yang lebih dalam dan mengurangi ketergantungan pada telepon pintar.`
3. Kebijakan Telepon Pintar yang
Fleksibel
Selain
itu, mengintegrasikan teknologi di ruang kelas sambil meminimalkan gangguan
sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Sekolah
seperti Sekolah Menengah Atas Lafayette telah mengadopsi kebijakan telepon pintar
yang fleksibel, yang memungkinkan guru untuk menetapkan aturan mereka sendiri
terkait penggunaan telepon pintar. Pendekatan ini menghormati berbagai
kebutuhan mata pelajaran dan gaya mengajar yang berbeda, yang memungkinkan
pendidik untuk menyesuaikan strategi mereka untuk memaksimalkan keterlibatan
siswa. Misalnya, beberapa guru mungkin memilih untuk menggunakan telepon
pintar sebagai alat pendidikan selama pelajaran tertentu, sementara yang lain
mungkin memilih untuk melarang penggunaan telepon pintar sama sekali selama jam
pelajaran. Fleksibilitas ini dapat membantu mencapai keseimbangan antara
memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan meminimalkan potensi gangguannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan wadah atau tempat untuk
menyimpan telepon pintar tersebut di depan kelas seperti pada gambar di bawah
ini.
4. Sosialisasi Dampak Penggunaan
Telepon Pintar
Praktik
terbaik untuk mengelola penggunaan telepon pintar di lingkungan pendidikan juga
mencakup penetapan pedoman yang jelas dan pengembangan budaya tanggung jawab
di antara siswa. Pendidik dapat mengajarkan teknik pengendalian diri dan
mendorong siswa untuk merenungkan kebiasaan digital mereka. Dengan mempromosikan
diskusi seputar dampak penggunaan ponsel pintar yang berlebihan terhadap
kesehatan mental dan prestasi akademik, sekolah dapat memberdayakan siswa untuk
membuat pilihan yang tepat tentang penggunaan teknologi mereka. Selain itu,
melibatkan orang tua dalam percakapan ini dapat menciptakan jaringan pendukung
yang memperkuat kebiasaan sehat baik di sekolah maupun di rumah.
Seiring dengan terus berkembangnya perbincangan seputar penggunaan ponsel pintar, jelaslah bahwa pendekatan yang beragam diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh waktu layar yang berlebihan. Dengan menggabungkan larangan penggunaan telepon pintar, kontrol orangtua, alternatif inovatif seperti telepon biasa, dan praktik terbaik untuk integrasi teknologi, sekolah dan orangtua dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat bagi siswa. Upaya kolaboratif ini penting dalam mengatasi kompleksitas penggunaan ponsel pintar dan memastikan bahwa siswa dapat berkembang secara akademis dan sosial di dunia yang semakin digital.
Apa Peran Orang Tua dalam
Mengatur Penggunaan Smartphone?
Selain larangan langsung di
sekolah, kontrol orangtua memegang peranan penting dalam mengelola penggunaan telepon
pintar di kalangan anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua dapat
memengaruhi kebiasaan digital anak-anak mereka secara signifikan dengan
menetapkan batasan yang jelas dan memantau penggunaannya. Misalnya, para
ahli menyarankan untuk membatasi penggunaan telepon pintar hingga kurang dari
dua jam dalam satu waktu dan melarang akses media sosial bagi anak-anak di
bawah usia 13 tahun. Pendekatan proaktif ini tidak hanya membantu mengurangi
risiko kecanduan, tetapi juga menumbuhkan kebiasaan digital yang lebih sehat.
Orangtua dapat memanfaatkan berbagai alat, seperti aplikasi yang melacak waktu
penggunaan layar dan menetapkan batasan penggunaan, untuk memperkuat batasan
ini secara efektif.
Peran orang tua dalam mengelola
penggunaan telepon pintar anak-anak mereka menjadi semakin penting karena
kekhawatiran tentang kesehatan mental dan prestasi akademis meningkat. Penelitian
menunjukkan bahwa kontrol psikologis orang tua dapat berdampak signifikan
terhadap kesehatan mental remaja, terutama dalam konteks penggunaan telepon
pintar. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychiatry
menyoroti bahwa gaya pengasuhan yang mengganggu, yang membatasi otonomi dan
menimbulkan rasa bersalah, dikaitkan secara negatif dengan kesejahteraan
remaja. Hal ini khususnya menjadi perhatian di daerah-daerah yang kurang mampu
secara ekonomi, di mana pemicu stres tambahan dapat memperburuk dampak dari
praktik pengasuhan yang buruk.
Remaja sering kali menanggapi
pembatasan yang dirasakan terhadap kebebasan mereka dengan reaksi psikologis,
yang dapat menyebabkan perilaku maladaptif, termasuk peningkatan penggunaan telepon
pintar sebagai mekanisme penanggulangan. Siklus ini dapat menciptakan lingkaran umpan balik
yang merugikan, di mana penggunaan ponsel pintar yang berlebihan semakin
memperburuk kesehatan mental, yang menyebabkan kecemasan dan depresi. Oleh
karena itu, penting bagi orang tua untuk mengadopsi pendekatan yang lebih
mendukung dan tidak terlalu mengontrol untuk membina hubungan yang lebih sehat
dengan teknologi. Maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh orang
tua:
1. Diskusi dengan Anak Tentang
Resiko Penggunaan Telepon Pintar Berlebihan
Komunikasi
terbuka tentang penggunaan teknologi sangatlah penting. Orang tua harus
terlibat dalam diskusi dengan anak-anak mereka tentang potensi risiko yang
terkait dengan penggunaan telepon pintar yang berlebihan, termasuk dampaknya
terhadap kesehatan mental dan prestasi akademis. Dengan menciptakan
lingkungan yang membuat anak-anak merasa nyaman mendiskusikan pengalaman daring
mereka, orang tua dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kecanduan media
sosial dan telepon pintar. Dialog ini juga dapat memberdayakan anak-anak untuk
membuat keputusan yang tepat tentang penggunaan teknologi mereka, mendorong
mereka untuk menetapkan batasan pribadi.
2. Menetapkan Batasan Penggunaan
Telepon Pintar
Menetapkan
batasan yang jelas seputar penggunaan telepon pintar merupakan strategi efektif
lainnya bagi orang tua. Penelitian menunjukkan bahwa membatasi waktu
penggunaan layar hingga kurang dari dua jam setiap kalinya dan melarang akses
media sosial bagi anak-anak di bawah usia 13 tahun dapat membantu mengurangi
risiko kecanduan. Orang tua dapat menetapkan waktu khusus untuk penggunaan
perangkat, seperti saat mengerjakan pekerjaan rumah atau makan bersama
keluarga, untuk mendorong kebiasaan yang lebih sehat. Selain itu, mendorong
aktivitas luar ruangan dan interaksi tatap muka dapat memberi anak-anak jalan
alternatif untuk bersosialisasi dan terlibat, sehingga mengurangi
ketergantungan mereka pada perangkat digital.
3. Orang Tua Menjadi Contoh
Penggunaan Teknologi yang Sehat
Selain itu, orang tua
dapat menjadi contoh penggunaan teknologi yang sehat bagi diri mereka sendiri. Dengan
menunjukkan kebiasaan menggunakan ponsel pintar yang seimbang, seperti
menyingkirkan perangkat saat waktu keluarga atau terlibat dalam aktivitas tanpa
teknologi, orang tua dapat memberikan contoh positif bagi anak-anak mereka.
Contoh ini dapat memperkuat pentingnya menjaga hubungan yang sehat dengan
teknologi dan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan pengaturan diri.
Saat sekolah-sekolah bergulat
dengan implikasi penggunaan telepon pintar di lingkungan pendidikan, orang tua
memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan mental dan keberhasilan
akademis anak-anak mereka. Perdebatan yang sedang berlangsung tentang larangan
penggunaan ponsel pintar di sekolah menggarisbawahi perlunya pendekatan
kolaboratif antara orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan. Dengan
bekerja sama, mereka dapat menciptakan lingkungan yang seimbang yang
memprioritaskan manfaat konektivitas dan potensi risiko yang terkait dengan
penggunaan ponsel pintar yang berlebihan.
Kesimpulannya, tanggung jawab
untuk mengelola penggunaan ponsel pintar tidak hanya dibebankan pada sekolah
atau pembuat kebijakan; orang tua harus terlibat aktif dalam proses ini. Dengan mendorong komunikasi
terbuka, menetapkan batasan, dan mencontohkan kebiasaan sehat, orang tua dapat
membantu anak-anak mereka menavigasi kompleksitas teknologi dengan cara yang
meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Seiring dengan terus
berkembangnya perbincangan seputar penggunaan telepon pintar, peran orang tua
akan tetap penting dalam membentuk lanskap digital yang lebih sehat untuk
generasi mendatang.
Apa Saja Upaya yang Dapat
Dilakukan oleh Guru dan Orang Tua ?
Upaya yang telah dilakukan oleh
guru maupun orangtua untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif dari penggunaan
smartphone yaitu
1. Pantau Perilaku Anak Anda & Bermain
Game
Tidak
perlu menjadi 'orang tua helikopter', tetapi Anda harus mengawasi kapan
anak bermain dan berapa lama. Jika ia menghabiskan waktu berjam-jam bermain game
video, tetapkan batas waktu dan tegaskan hal itu. Jelaskan kepada anak Anda
bahwa bermain gim hanyalah cara hiburan atau mengisi waktu luang, dan bukan itu
tujuan hidupnya.
2. Dorong Aktivitas Luar Ruangan
Jika
anak Anda tenggelam dalam aktivitas hingga mengabaikan tugas harian yang paling
penting sekalipun, doronglah ia untuk keluar. Bukan hanya orang tua,
sekolah juga bertanggung jawab untuk mendorong anak-anak berpartisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga. Yang terpenting adalah menanamkan
kebiasaan tertentu sejak dini.
3. Berikan Contoh yang Baik/Ajari Mereka
Tentang Bahayanya
Anda harus memberikan contoh yang baik di rumah dengan membatasi penggunaan teknologi Anda sendiri. Dan selalu merupakan ide yang baik untuk mengajak anak Anda melakukan sesuatu bersama di dunia nyata. Selain itu, sekolah harus memiliki sistem yang baik yang mendidik anak-anak tentang kebiasaan daring/bermain game yang sehat. Mereka juga harus merumuskan pelajaran yang tepat dan memberikan siswa bimbingan yang tepat.
4. Detoksifikasi Digital
Hilangkan
akses ke semua jenis perangkat digital tidak ada telepon pintar, tidak ada
komputer. Ini berlaku untuk anak-anak dan orang tua mereka. Anda dapat
menganggap kesempatan ini sebagai cara untuk mengurangi stres atau fokus pada
pelajaran dan interaksi sosial di dunia nyata. Berikan anak Anda berbagai hal
menghibur lainnya seperti bersepeda, bermain kriket, dll.
5. Pastikan TV/Video Game Tidak Digunakan
Sebagai Pengasuh Anak
Ada bayi dan
anak-anak yang bermain game di ponsel pintar orang tua mereka; menurut saya itu
bukan tren yang baik. Anak-anak yang berusia 2 tahun sudah bisa mengakses telepon
pintar. Orang tua harus lebih bijak dan berhenti menggunakan gadget sebagai
pengasuh anak.
6. Siap Mendengarkan
Guru
dan orang tua harus tahu kapan harus mendengarkan siswa. Mengetahui kapan harus
mendengarkan dan beradaptasi, serta kapan harus membimbing bukanlah hal yang
mudah. Namun, dengan pelatihan yang tepat, guru dapat memberikan bimbingan yang
tepat kepada siswa.
7. Meminta Bantuan Profesional
Jika
masalahnya parah, jangan tunda mencari bantuan profesional. Tidak perlu panik
karena ini tidak dapat digolongkan sebagai 'gangguan mental'. Namun,
seorang profesional dapat membantu Anda dan anak Anda pulih dari bentuk
kecanduan ini. Pilih konselor yang memahami dunia game online dan bersedia
mempertimbangkan kemungkinan adanya kecanduan game komputer.
8. Memberi Jadwal Pembelajaran
Ketika Daring
Seandainya
ada pembelajaran daring, maka berikan jadwal pembelajaran daring yang jelas dan
terperinci. Adapun jadwal pembelajaran daring yang diberikan meliputi: waktu
pelaksanaan pembelajaran, batas waktu absensi siswa, serta batas waktu dalam
pengumpulan tugas siswa pada setiap harinya. Tujuan diberikannya jadwal
pembelajaran daring yang jelas agar siswa tidak menjadikan pembelajaran
daring sebagai alasan untuk dapat menggunakan smartphone secara berlebihan
ketika di rumah, selain itu agar pembelajaran daring juga dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan karena pada pelaksanaan pembelajaran daring guru
menjadi salah satu komponen yang paling berpengaruh pada suksesnya
pembelajaran.
9. Memberi Batasan Waktu dalam
Penggunaan Telepon Pintar
Upaya
yang dilakukan oleh wali siswa/orangtua untuk meminimalisir timbulnya dampak
negatif dari penggunaan telepon pintar pada anak usia sekolah dasar salah
satunya ialah dengan memberikan batasan waktu dalam penggunaan telepon pintar.
Batasan waktu yang diberikan oleh orangtua contohnya seperti: pada hari
senin sampai jumat siswa hanya boleh menggunakan telepon pintar hingga pukul
sembilan malam namun, jika hari sabtu dan minggu siswa dapat menggunakan
smartphone sesuai dengan keinginannya. Pemberian batasan waktu untuk anak
usia sekolah dasar dalam menggunakan telepon pintar berguna agar anak tidak
menggunakan telepon pintar secara terus menerus dan
lupa akan kegiatannya yang lain. Orangtua perlu membatasi penggunaan telepon
pintar pada anak karena anak usia sekolah dasar belum siap dan belum mampu
untuk memanfaatkan telepon pintar dengan baik dan benar. Orangtua perlu memberi
batasan waktu dan akses internet kepada anak, meskipun hal ini mungkin dapat
menyebabkan anak tantrum karena keinginan untuk bermain telepon pintar dibatasi
tetapi orangtua harus tetap bertahan pada prinsipnya dan tidak mengalah kepada
anak.
10. Memantau Situs atau Aplikasi
Upaya yang dapat
dilakukan guru dan orangtua untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif dari
penggunaan telepon pintar pada anak ialah dengan memantau situs atau aplikasi
yang sering digunakan oleh anak. Pemantauan situs atau aplikasi ini
dilakukan dengan tujuan agar penggunaan smartphone pada anak tetap dalam
pengawasan, selain itu agar anak tidak menggunakan telepon pintar untuk membuka
aplikasi atau situs yang dapat memberikan dampak negatif kepada anak,
bahkan orang tua sering menghapus aplikasi pada telepon pintar anak yang
dianggap dapat menimbulkan pengaruh negatif untuk anak. Pemantauan yang
dilakukan oleh orangtua tidak hanya sebatas pada durasi penggunaan telepon
pintar pada anak tetapi orangtua juga perlu untuk memberikan pemantauan terkait
situs atau aplikasi yang digunakan oleh anak agar anak tidakmenggunakan
aplikasi yang dapat berpotensi untuk membawa pengaruh negatif kepada anak.
Seorang anak dapat
diberikan akses telepon pintar ketika berusia 12-14 tahun, karena dianggap
telah siap secara mental.
Sehingga orang tua yang memberikan gawai kepada anaknya yang berusia dibawah 12
tahun diharap dapat mengawasinya ketika menggunakannya. Karena, telepon pintar
akan dengan sangat mudah disalahgunakan oleh anak terutama ketika sedang
mengakses internet tanpa pengawasan orang tua. Bahkan jika perlu orang tua
tidak sama sekali memberikan telepon pintar kepada anaknya sebelum sang anak
mendapatkan kesiapan mental dan edukasi yang cukup dalam menggunakan telepon
pintar.
Saat sekolah menjajaki berbagai
strategi untuk mengelola penggunaan telepon pintar, penting untuk menyadari
bahwa solusi yang cocok untuk semua orang mungkin tidak dapat diterapkan.
Sebaliknya, pendidik harus mempertimbangkan penerapan strategi pengurangan
bahaya, seperti waktu yang ditentukan untuk penggunaan perangkat atau
pengumpulan sementara telepon pintar selama kelas. Langkah-langkah ini dapat
membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif sambil tetap
mengakui peran teknologi dalam pendidikan modern. Sekolah dan orangtua
dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat bagi
siswa. Upaya kolaboratif ini penting dalam mengatasi kompleksitas penggunaan telepon
pintar dan memastikan bahwa siswa dapat berkembang secara akademis dan sosial
di dunia yang semakin digital.
Sumber:
https://healthcare.utah.edu/healthfeed/2023/01/tips-healthy-social-media-use-parents-and-teens
https://www.forwardpathway.us/the-double-edged-sword-of-smartphones-in-education
https://www.unesco.org/en/articles/smartphones-school-only-when-they-clearly-support-learning
Trmksh p adi atas pencerahannya smg menjadi referensi bagi kami org tua
BalasHapusSama2, semoga pihak sekolah dan orang tua bisa berkolaborasi untuk mengatasi masalah ini.
Hapus