Blog ini menyajikan berbagai informasi tentang bahan ajar, ebook, pengembangan diri, penelitian, kurikulum, teknologi pendidikan, perangkat, soal, dan bahan lain yang berhubungan dengan dunia pendidikan umumnya.
Dampak pandemi
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih berkepanjangan dan sangat dirasakan
dunia pendidikan. Sistem pembelajaran tatap muka di sekolah pada tahun ajaran
2020/2021 yang telah dimulai padaBulan
Januari 2021 pun belum berjalan normal. Masih banyak daerah tergolong zona
merah, kuning dan oranye belum bisa melakukan sistem pembelajaran secara tatap
muka. Tentu saja hal ini membuat kepala sekolah dan guru berpikir keras apa
yang harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.
Dengan kondisi tersebut,
sangat mungkin kedatangan siswa ke sekolah akan dibatasi, baik jumlah hari
maupun jumlah siswa per kelas. Bisa jadi, siswa hanya belajar 2 atau 3 hari di
sekolah, selebihnya belajar di rumah. Begitu juga agar jaga jarak bisa
dilakukan, setiap kelas diisi separuh siswa saja, separuh lagi masuk hari
berikutnya. Kemudian juga ketika siswa tatap muka di sekolah hanya 3,5 jam
berada di sekolah dengan 3 mata pelajaran. Kalau hanya mengandalkan
pembelajaran di sekolah ketika tatap muka maka tidak akan cukup waktu dalam
pembelajaran tersebut. Dengan kondisi seperti ini, para kepala sekolah dan guru
terus mencari model pembelajaran efektif dan efisien digunakan pada kondisi di
tersebut.
Untuk mengatasi hal
tersebut agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat menghasilkan hasil belajar
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum maka ada beberapa model pembelajaran yang
dapat digunakan. Model tersebut adalah model pembelajaran terbalik (Flipped
Classroom). Pada tulisan ini penulis akan menjelaskan apa itu pembelajaran
terbalik, seperti apa prosedurnya, langkah-langkahnya, sampai tautan video, dan
video yang menjelaskan tentang pembelajaran terbalik ini.
Saat ini sudah banyak sekolah yang melaksanakan pembelajaran
tatap muka, namun masih ada juga yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Bagi
sekolah yang sudah melaksanakan pembelajaran tatap mukanya pun masih ada secara
campuran antara yang ada di sekolah dengan siswa yang ada di rumah. Maka para
guru harus kreatif untuk mencari pembelajaran alternatif yang menggabungkan
tatap muka dengan belajar daring.
Di sinilah Formative sebagai salah satu alat teknologi kelas favorit oleh guru saat ini. Ini
adalah alat penilaian gratis yang memungkinkan Anda…
·Membuat berbagai pertanyaan (pilihan ganda, benar / salah,
jawaban singkat dan pertanyaan "tunjukkan pekerjaan Anda" yang dapat digambar)
untuk disampaikan kepada siswa.
·Menambahkan konten lain ke pertanyaan (gambar,
teks, coretan papan tulis, atau video YouTube)
·Menyaksikan saat siswa menjawab dari sisi situs guru.
·Memberikan umpan balik waktu nyata dalam bentuk
nilai dan komentar tertulis.
·Kemudian Anda dapat menyampaikan pertanyaan/konten
kepada siswa melalui ruang kelas yang Anda atur di Formatif atau hanya dengan
memberi siswa kode singkat untuk penilaian yang dapat mereka masukkan digoformative.com/join.
Di dalam
lingkungan sekolah/madrasah, perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen
memegang peran penting untuk sebuah upaya kemajuan sekolah. Rencana diibaratkan
seperti suatu peta. Ketika rencana telah dibuat, anda dapat selalu melihat
sejauh mana kemajuan yang telah dibuat, dan seberapa jauh posisi anda dari
tujuan yang telah dicanangkan. Dengan mengetahui dimana posisi anda sekarang,
anda dapat mengambil keputusan kemana akan pergi atau apa yang akan anda
lakukan berikutnya.
Mengingat betapa pentingnya perencanaan ini, setiap sekolah/madrasah membutuhkan perencanaan yang terprogram dan terarah, yang meliputi rencana jangka menengah dan pendek. Hal ini diperkuat dengan diterbitkannya Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan yang menyatakan bahwa sekolah harus membuat Rencana Kerja Sekolah yang terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).RKJM menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, sedangkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dicapai dalam kurun waktu tahunan. Permendiknas tersebut juga menyatakan bahwa RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).
Setelah pembelajaran selesai, para pendidik seharusnya mengamati ruang kelas yang penuh dengan siswa yang melihat mereka. Kemudian guru melakukan
refleksi dengan pertanyaan: Apakah siswa saya mendapatkan pelajaran?
Apakah ada ide, konsep, atau keterampilan yang masih belum mereka yakini?
Apakah siswa saya memiliki kesalahpahaman tentang pelajaran dan isinya? Apakah
saya seharusnya meninjau sesuatu besok?
Ini hanyalah beberapa pertanyaan yang harus
direnungkan oleh para pendidik reflektif setelah bel berbunyi. Sebenarnya,
banyak dari pertanyaan reflektif yang diajukan oleh para pendidik pada diri
mereka sendiri dapat diatasi jika mereka menggunakan exit slips. Exit Slips adalah metode penilaian formatif yang sederhana, cepat, dan seringkali
berwawasan yang digunakan menjelang akhir pelajaran. Ini adalah tugas sederhana
yang mengharuskan peserta didik menjawab beberapa pertanyaan atau melakukan
tugas tertentu yang dieksplorasi selama proses pembelajaran.
Format exit slipsbervariasi.
Pendidik dapat menggunakan berbagai jenis pertanyaan/ kegiatan. Ada pilihan
ganda, benar atau salah, tanggapan tertulis pendek, pencocokan, mengisi rumpang (isi yang kosong), dan survei atau jajak pendapat untuk menyebutkan
beberapa. Dalam hal implementasi di kelas, exit slipsharus pendek,
ringkas, dan melibatkan peserta didik dalam tinjauan keterampilan, konsep, dan
pengalaman yang dieksplorasi selama pelajaran. Mereka juga ideal untuk
melanjutkan pembelajaran ke kelas berikutnya dan banyak
pendidik memulai dengan exit slipsdari pelajaran sebelumnya
untuk mengaktifkan pengetahuan siswa sebelumnya.
Di era pembelajaran digital, exit slipsmaupun admit slipstidak lagi terbatas pada secarik kertas kecil yang dikumpulkan oleh
pendidik saat siswa meninggalkan kelas (meskipun metode ini masih bagus). Ada
banyak alat digital yang dapat digunakan pendidik untuk mengumpulkan data
kinerja yang berharga ini dari siswa mereka.
Sebagai
seorang guru yang professional kita seharusnya memahami apa itu penilaian
formatif dan penilaian sumatif? Karena masih sering guru beranggapan
bahwa umpan balik pada penilaian proses pembelajaran (Asesmen for learning
dan Asesmen as learning) atau kita sebut penilaian formatif terpisah
dari pembelajaran atau sama sekali tidak perlu dilakukan. Pada hal
disinilah kunci keberhasilan suatu pembelajaran dan seharusnya penilaian
akhir atau penilaian sumatif (Asesmen of learning) merupakan dampak
dari penilaian proses/formatif yang berupa umpan balik yang dilakukan oleh
guru.
Penilaian Formatif
Penilaian
formatif merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seperti
disebutkan sebelumnya, penilaian formatif bahkan merupakan bagian dari
Langkah-langkah pembelajaran yang efektif. Angelo dan Cross (1993) menyebutkan
bahwa melalui penilaian formatif pendidik memperoleh umpan balik dalam hal
apa, seberapa banyak, dan seberapa baik peserta didik belajar.
Pendidik selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki proses
pembelajarannya sehingga lebih efektif dan efisien. Berbagai penelitian
mengenai keefektifan pendidik menunjukkan bahwa penilaian yang dilaksanakan
untuk membantu peserta didik membuat kemajuan dalam proses
pembelajarannya merupakan ciri utama dari pembelajaran yang efektif (Hall dan
Burke, 2004).
Untuk membuat website, kita tidak selalu harus merogoh
kantong, Google menciptakan Google sites yang merupakan salah satu yang bisa
kita pilih untuk membuat situs pribadi ataupun komunitas tanpa mengeluarkan
biaya. Dengan menggunakan google sites sebagai media pembelajaran, guru bisa
memasukkan materi pembelajaran berbentuk teks, visual hingga video
pembelajaran. Semua itu bisa kita masukkan ke dalam google sites dan
dipublikasikan ke siswa. Selain itu guru juga bisa menyimpan dokumentasi semua
kegiatan di kelas atau sekolah ke dalam google sites, dengan ruang yang hampir
tak terbatas sehingga bisa menyimpan banyak dokumentasi sekolah.
Selain itu google sites memberikan ruang bagi semua
kalangan, tidak hanya siswa, wali murid ataupun pengguna lain bisa
berintereaksi, memberikan komentar dan berkontribusi. Guru bisa mengajak siswa
untuk berinteraksi dalam pembelajaran online, yang bisa dilaksanakan di luar
jam pembelajaran bahkan di luar lingkungan sekolah. Selain itu, google sites
bisa dimanfaatkan sebagai mading online yang bisa dilihat oleh semua orang,
dimana guru bisa meminta siswa membuat prakarya kemudian diunggah ke situs dan
dishare, sehingga orang tua bisa melihat karya anak mereka dengan masuk ke
sites.
Maka untuk itu
penulis berusaha memaparkan cara untuk membuat website sederhana dengan Google
Sites tersebut seperti pada pemaparan di bawah ini.
Pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun
2019 tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan pada Bagian Ketiga mengenai Bentuk Ujian pada Pasal 5 ayat
1 menyebutkan bahwa “Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat berupa a.portofolio; b.penugasan;
c.tes tertulis; dan/atau d.bentuk kegiatan lain yang ditetapkan
Satuan Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan”.
Sedangkan pada
ayat 2 nya menyebutkan pelaksanaannya seperti “Bentuk Ujian yang
diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pada semester ganjil dan/atau semester genap pada akhir jenjang dengan
mempertimbangkancapaian standar kompetensi lulusan”.
Maka berdasarkan
Permendikbud di atas pihak sekolah diberikan kebebasan untuk melakukan
penilaian ujian sekolah untuk siswa kelas XII dengan berbagai cara dan dapat
dimulai pada semester ganjil (semester 5) tanpa harus menunggu pelaksanaannya pada
semester genab (semester 6).
Selanjutnya
juga pihak sekolah ataupun guru diberikan kebebasan untuk menilai dengan
menggunakan berbagai macam bentuk ataupun Teknik penilaian. Jadi sekolah atapun
guru bukan hanya menilai pengetahuan saja, namun dapat (dan seharusnya) menilai
sikap dan keterampilan juga. Proses penilaian ini sejalan dengan salah satu
pokok merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kemdikbud.
Sebagai seorang guru professional
maka seorang guru harus selalu belajar dan merubah diri menjadi pribadi yang
selalu menerima perubahan. Kalau kita ibaratkan dengan air, maka guru tersebut
haruslah seperti air yang terus mengalir dan akan selalu jernih dari pada
seperti air yang cenderung diam ataupun tidak mengalir dan nantinya akan
menjadi air kotor. Maka untuk menjadi seperti air mengalir dibutuhkan
kreatifitas dan inovasi dalam tugas kita sebagai seorang guru. Jadi intinya
harus selalu berubah ke arah yang lebih baik sesuai kompetensi yang diharapkan
dari seorang guru. “Guru yang berhenti belajar sama saja dengan sudah berhenti
menjadi guru”.
Kreativitas tidak selalu merupakan sesuatu yang terjadi
begitu saja. Butuh sedikit kerja keras untuk memelihara, menumbuhkan, dan
mengembangkan kreativitas, bahkan bagi mereka yang tenggelam dalam bidang kreatifitas dan inovasi.
Pembelajaran jarak jauh selama pandemi
ini membuat guru harus kreatif untuk mencari dan mendesain bahan ajar
atau sumber belajar agar peserta didik lebih menguasai kompetensi
pembelajaran yang diberikan. Bahan ajar atau sumber belajar tersebut
salah satunya dapat berupa video. Video pembelajaran tersebut dapat
dibuat sendiri oleh guru atau memanfaatkan video yang telah ada yang
terdapat di berbagai sumber. Sumber untuk mencari atau pun mengambil
video pembelajaran dapat dilihat pada tautan di bawah ini.
Pembelajaran tatap muka direncanakan akan mulai pada bulan januari ini. Walaupun pembelajaran tatap muka tersebut disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan. Bagi satuan pendidikan yang sudah siap baik dari sisi sarana dan prasarana ataupun daftar periksa yang dipersyaratkan oleh pemerintah melalui SKB 4 Menteri yang terbaru.
Namun kadang-kadang kita lupa untuk mempersiapkan secara teknis bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penulis menyarankan ketika akan dimulai pembelajaran tatap muka sebaiknya ketika guru melaksanakan pembelajaran dipilih KD/materi yang akan dibahas. Janganlah semua materi dibahas ketika tatap muka tersebut, karena keterbatasan waktu. Sebaiknya terlebih dahulu peserta didik diberi tugas untuk mempelajari terlebih dahulu di rumah bahan pembelajaran yang akan dibahas nantinya.