Minggu, 17 November 2024

Informasi Seputar Deep Learning (Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning) sebagai Penguatan pada Kurikulum Merdeka

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Didaksmen) berencana menerapkan pendekatan belajar mendalam atau deep learning di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Deep learning juga ditegaskan hadir bukan untuk menggantikan Kurikulum Merdeka.

Pada Kurikulum Merdeka orientasi deep learning sudah hadir meski tidak disoroti. Maka pendekatan saat ini dinilai sebagai penguatan yang seharusnya selaras dengan pola pembelajaran lama.

Pendekatan deep learning akan berfokus membangun tiga aspek, yakni Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning. Kementerian pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa beberapa sekolah swasta dengan standar pembelajaran yang tinggi, sudah menerapkan hal ini kepada siswa mereka. Ia menilai, pendekatan deep learning memang tidak untuk menjadi kurikulum baru. Kemudian juga tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan pendekatan deep learning. Maka, pendekatan ini baiknya disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran misalnya bersifat hafalan atau pemahaman mendalam, apalagi jika deep learning hadir melengkapi Kurikulum Merdeka.

Jadi deep learning mensyaratkan pemahaman dasar yang tuntas atau finish lesson atau ketuntasan materi. Pendekatan deep learning akan cocok bagi pembelajaran siswa karena mereka akan paham betul apa yang dipelajari. Siswa belajar mendalam agar mampu menguasai materi, bukan sekadar menghafal. Mari kita bahas sekilas tiga pendekatan ini.

1.  Mindful Learning (Pembelajaran yang Penuh Kesadaran)

Berdasarkan kamus Inggris Indonesia arti kata “Mindful” adalah kesadaran, sedangkan arti kata “Learning" adalah pembelajaran. Secara umum mindful adalah kemampuan untuk menggunakan akal yang rasional dalam memutuskan suatu keputusan, melakukan tindakan dengan mengetahui apa dampak tindakan tersebut bagi dirinya secara spsifik. Pendekatan mindful learning adalah pendekatan yang konvensional dengan pendekatan student centered yang mengakomodasikan adanya keterbukaan terhadap informasi baru dan kesadaran belajar, sehingga kreativitas dan mindset siswa lebih berkembang. Konsep dasar dari Mindful Learning berfokus pada kesadaran dan perhatian penuh selama proses belajar, membantu siswa untuk lebih terlibat secara mental dan emosional dalam pembelajaran. Dengan mindful learning, siswa belajar untuk memahami dan mengapresiasi proses belajar itu sendiri, bukan hanya hasil akhirnya.

Para guru dapat menghargai keunikan dan keterlibatan siswa yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Mindful learning akan lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan potensi setiap siswa selama proses belajar berlangsung. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat terlibat langsung melalui diskusi, eksperimen, dan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan oleh sang guru.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mindful learning merupakan pembelajaran dimana siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya secara sadar, dimana materi pelajaran yang disampaikan berkaitan dengan pengalaman siswa sendiri, menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.

2.  Meaningful Learning (Pembelajaran yang Bermakna)

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa dan bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam melalui kontekstualisasi pengetahuan dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Meaningful learning ini didukung oleh teori belajar Ausebel. Inti teori Ausubel tentang ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkanya imformasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Kita cenderung membandingkan pembelajaran bermakna dengan pembelajaran hafalan . Pembelajaran hafalan melibatkan pengulangan dan penghafalan fakta yang tidak berdasarkan konteks. Sebaliknya, pembelajaran bermakna mengharuskan siswa untuk menguji gagasan dan mengkritiknya, membandingkannya dengan pengetahuan sebelumnya , dan menerapkannya pada konteks baru.

Siswa diajak untuk memahami alasan di balik setiap pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan ini memposisikan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa pelajaran dengan penerapan di dunia nyata.  Contohnya, guru dapat menjelaskan tentang konsep-konsep tertentu. Melalui pemahaman ini, siswa diharapkan lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.

Contoh strategi pembelajaran yang bermakna meliputi: pembelajaran aktif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis penyelidikan, pembelajaran eksperimental, dan kolaborasi antarteman.

3.  Joyful Learning (Belajar dengan Menyenangkan)

Frasa “belajar yang menyenangkan” sering kali mengingatkan kita pada permainan dan aktivitas kreatif. Meskipun elemen-elemen ini penting, memastikan bahwa siswa merasa aman merupakan prasyarat penting agar mereka dapat menikmati sekolah.

Joyful Learning adalah pendekatan yang meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Dengan menciptakan suasana menyenangkan, siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Keunggulan pendekatan ini adalah meningkatkan daya serap, membangun sikap positif, serta mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri siswa.

Joyful Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar nyaman dan menyenangkan. Tujuannya adalah agar siswa dapat belajar tanpa tekanan dan lebih bersemangat. Pendekatan ini melibatkan berbagai metode kreatif yang menggabungkan elemen bermain, kolaborasi, dan pengalaman yang bermakna. Dengan Joyful Learning, siswa merasa bahagia, puas, dan terlibat aktif dalam proses belajar.

Penerapan Joyful Learning sangat relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini. Banyak siswa yang merasa jenuh dan kurang aktif, terutama saat belajar materi yang sulit atau monoton. Konsep ini muncul sebagai jawaban terhadap masalah rendahnya motivasi belajar. Suasana kelas yang terlalu formal dan menyajikan materi yang monoton membuat siswa cepat bosan. Kurangnya variasi dalam metode pengajaran juga menurunkan antusiasme siswa. Joyful Learning berupaya mengatasi hal ini dengan menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan penuh kreativitas.

Menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi para siswa, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Joyful Learning akan membuat siswa tidak hanya merasa senang, namun juga benar-benar memahami materi yang dipelajari.  Contoh dalam pelajaran sejarah, guru bisa mengadakan simulasi atau diskusi yang membuat siswa lebih aktif terlibat. Melalui cara ini, siswa tidak hanya belajar sejarah secara hafalan, namun juga dapat memahami konteks sejarah secara lebih mendalam.

Jadi berdasarkan penjelasan tiga pendekatan di atas sebenarnya sudah terdapat pada kurikulum merdeka saat ini. Misalnya dengan Mindful Learning berkaitan pembelajaran projek dan asesmen yang menekankan proses/formatif dan siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Meaningful Learning berkaitan dengan salah satu karakteristik kurikulum merdeka, yaitu kontekstual dimana pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan atau lingkungan siswa. Sedangkan Joyful Learning ini berkaitan dengan pembelajaran yang sesuai dengan profil belajar siswa, sekolah ramah anak, dan menekankan pada umpan balik atau refleksi.

Sumber:

https://tirto.id/metode-belajar-deep-learning-tak-usah-buru-buru-jika-belum-siap-g5H5

https://retizen.republika.co.id/posts/487659/mindful-learning-pilar-pertama-deep-learning

https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka

0 comments:

Posting Komentar