Kementerian
Pendidikan Dasar dan Menengah (Didaksmen) berencana menerapkan pendekatan belajar
mendalam atau deep learning di jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Deep learning juga ditegaskan hadir bukan untuk
menggantikan Kurikulum Merdeka.
Pada
Kurikulum Merdeka orientasi deep learning sudah hadir meski tidak
disoroti. Maka pendekatan saat ini dinilai sebagai penguatan yang seharusnya
selaras dengan pola pembelajaran lama.
Pendekatan
deep learning akan berfokus membangun tiga aspek, yakni Mindful Learning,
Meaningful Learning, Joyful Learning. Kementerian pendidikan dasar dan
menengah menyatakan bahwa beberapa sekolah swasta dengan standar pembelajaran
yang tinggi, sudah menerapkan hal ini kepada siswa mereka. Ia menilai,
pendekatan deep learning memang tidak untuk menjadi kurikulum baru.
Kemudian juga tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan pendekatan deep learning.
Maka, pendekatan ini baiknya disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran
misalnya bersifat hafalan atau pemahaman mendalam, apalagi jika deep learning
hadir melengkapi Kurikulum Merdeka.
Jadi
deep learning mensyaratkan pemahaman dasar yang tuntas atau finish
lesson atau ketuntasan materi. Pendekatan deep learning akan
cocok bagi pembelajaran siswa karena mereka akan paham betul apa yang
dipelajari. Siswa belajar mendalam agar mampu menguasai materi, bukan sekadar
menghafal. Mari kita bahas sekilas tiga pendekatan ini.
1. Mindful Learning (Pembelajaran yang Penuh Kesadaran)
Berdasarkan
kamus Inggris Indonesia arti kata “Mindful” adalah kesadaran, sedangkan arti
kata “Learning" adalah pembelajaran. Secara umum mindful adalah kemampuan
untuk menggunakan akal yang rasional dalam memutuskan suatu keputusan, melakukan
tindakan dengan mengetahui apa dampak tindakan tersebut bagi dirinya secara
spsifik. Pendekatan mindful learning adalah pendekatan yang konvensional dengan
pendekatan student centered yang mengakomodasikan adanya keterbukaan terhadap
informasi baru dan kesadaran belajar, sehingga kreativitas dan mindset siswa
lebih berkembang. Konsep dasar dari Mindful Learning berfokus pada kesadaran
dan perhatian penuh selama proses belajar, membantu siswa untuk lebih terlibat
secara mental dan emosional dalam pembelajaran. Dengan mindful learning, siswa
belajar untuk memahami dan mengapresiasi proses belajar itu sendiri, bukan
hanya hasil akhirnya.
Para
guru dapat menghargai keunikan dan keterlibatan siswa yang bertujuan untuk
memberikan ruang bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Mindful
learning akan lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan potensi setiap
siswa selama proses belajar berlangsung. Melalui pendekatan ini, siswa
diharapkan dapat terlibat langsung melalui diskusi, eksperimen, dan eksplorasi
terhadap materi yang diajarkan oleh sang guru.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mindful learning
merupakan pembelajaran dimana siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya secara sadar, dimana materi pelajaran yang disampaikan
berkaitan dengan pengalaman siswa sendiri, menciptakan suasana belajar
berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi, bekerja sama, dan saling membantu
dengan teman lain sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.
2. Meaningful Learning (Pembelajaran
yang Bermakna)
Pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa dan
bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam melalui kontekstualisasi
pengetahuan dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Meaningful learning
ini didukung oleh teori belajar Ausebel. Inti teori Ausubel tentang ialah
belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkanya imformasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
Kita
cenderung membandingkan pembelajaran bermakna dengan pembelajaran hafalan .
Pembelajaran hafalan melibatkan pengulangan dan penghafalan fakta yang tidak
berdasarkan konteks. Sebaliknya, pembelajaran bermakna mengharuskan siswa untuk
menguji gagasan dan mengkritiknya, membandingkannya dengan pengetahuan
sebelumnya , dan menerapkannya pada konteks baru.
Siswa
diajak untuk memahami alasan di balik setiap pelajaran yang telah dipelajari
sebelumnya. Pendekatan ini memposisikan guru sebagai fasilitator yang membantu
siswa pelajaran dengan penerapan di dunia nyata. Contohnya, guru dapat menjelaskan tentang
konsep-konsep tertentu. Melalui pemahaman ini, siswa diharapkan lebih
termotivasi dan antusias dalam belajar.
Contoh
strategi pembelajaran yang bermakna meliputi: pembelajaran aktif, pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis penyelidikan, pembelajaran eksperimental,
dan kolaborasi antarteman.
3. Joyful Learning (Belajar dengan Menyenangkan)
Frasa
“belajar yang menyenangkan” sering kali mengingatkan kita pada permainan dan
aktivitas kreatif. Meskipun elemen-elemen ini penting, memastikan bahwa siswa
merasa aman merupakan prasyarat penting agar mereka dapat menikmati sekolah.
Joyful
Learning adalah pendekatan yang meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.
Dengan menciptakan suasana menyenangkan, siswa merasa nyaman dan termotivasi
untuk belajar. Keunggulan pendekatan ini adalah meningkatkan daya serap,
membangun sikap positif, serta mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri
siswa.
Joyful
Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar nyaman
dan menyenangkan. Tujuannya adalah agar siswa dapat belajar tanpa tekanan dan
lebih bersemangat. Pendekatan ini melibatkan berbagai metode kreatif yang
menggabungkan elemen bermain, kolaborasi, dan pengalaman yang bermakna. Dengan
Joyful Learning, siswa merasa bahagia, puas, dan terlibat aktif dalam proses
belajar.
Penerapan
Joyful Learning sangat relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini. Banyak
siswa yang merasa jenuh dan kurang aktif, terutama saat belajar materi yang
sulit atau monoton. Konsep ini muncul sebagai jawaban terhadap masalah
rendahnya motivasi belajar. Suasana kelas yang terlalu formal dan menyajikan
materi yang monoton membuat siswa cepat bosan. Kurangnya variasi dalam metode
pengajaran juga menurunkan antusiasme siswa. Joyful Learning berupaya mengatasi
hal ini dengan menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan penuh
kreativitas.
Menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi para siswa, sehingga
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Joyful Learning akan
membuat siswa tidak hanya merasa senang, namun juga benar-benar memahami materi
yang dipelajari. Contoh dalam pelajaran
sejarah, guru bisa mengadakan simulasi atau diskusi yang membuat siswa lebih
aktif terlibat. Melalui cara ini, siswa tidak hanya belajar sejarah secara
hafalan, namun juga dapat memahami konteks sejarah secara lebih mendalam.
Jadi berdasarkan penjelasan tiga pendekatan di atas sebenarnya sudah terdapat pada kurikulum merdeka saat ini. Misalnya dengan Mindful Learning berkaitan pembelajaran projek dan asesmen yang menekankan proses/formatif dan siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Meaningful Learning berkaitan dengan salah satu karakteristik kurikulum merdeka, yaitu kontekstual dimana pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan atau lingkungan siswa. Sedangkan Joyful Learning ini berkaitan dengan pembelajaran yang sesuai dengan profil belajar siswa, sekolah ramah anak, dan menekankan pada umpan balik atau refleksi.
Sumber:
https://tirto.id/metode-belajar-deep-learning-tak-usah-buru-buru-jika-belum-siap-g5H5
https://retizen.republika.co.id/posts/487659/mindful-learning-pilar-pertama-deep-learning
https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka
0 comments:
Posting Komentar