Tulisan ini merupakan penjelasan
dari tiga Pendekatan Deep Learning yang direncanakan Kemendikdasmen akan
memperkuat kurikulum yang sudah ada sekarang. Jadi bukan merupakan kurikulum
baru, hanya berupa pendekatan untuk memperkuat kurikulum merdeka. Tulisan
sebelumnya sudah menjelaskan secara umum tentang pendekatan Deep Learning,
maka melalui tulisan ini akan menjabarkan salah satunya yakni Mindful
Learning.
Mindful Learning merupakan salah pendekatan yang
termasuk aliran Konstruktivisme dan bukanlah pendekatan yang baru. Teori ini
juga didukung oleh Jerome Seymor Bruner pada tahun 1960 dengan bukunya berjudul
The Process of Education dan memunculkan model pembelajaran Discovery
Learning. Intinya pendekatan ini adalah siswa diharapkan belajar
melalui “mengalami” bukan “menghafal”. Sebenarnya dengan
kurikulum merdeka yang sudah berlaku secara nasional saat ini, pendekatan ini
sudah ada dengan prinsip pembelajaran konstektual dengan asesmen lebih
mengedepankan asesmen formatif yang diperkuat dengan umpan balik dan
refleksi. Jadi marilah kita guru maupun kepala sekolah melaksanakan pembelajaran
sekaligus penilaian berbasis kinerja bukan hanya sekedar hapalan konsep dengan
instrumen penilaian hanya berbasis tes tertulis.
Berdasarkan kamus Inggris
Indonesia arti kata “Mindful” adalah kesadaran, sedangkan arti
kata “Learning" adalah pembelajaran. Secara umum mindful
adalah kemampuan untuk menggunakan akal yang rasional dalam
memutuskan suatu keputusan, melakukan tindakan dengan mengetahui apa dampak
tindakan tersebut bagi dirinya secara spsifik. Pendekatan mindful learning
adalah pendekatan yang konvensional dengan pendekatan student centered
yang mengakomodasikan adanya keterbukaan terhadap informasi baru dan kesadaran
belajar, sehingga kreativitas dan mindset siswa lebih berkembang. Konsep
dasar dari Mindful Learning berfokus pada kesadaran dan perhatian penuh selama
proses belajar, membantu siswa untuk lebih terlibat secara mental dan emosional
dalam pembelajaran. Dengan mindful learning, siswa belajar untuk memahami
dan mengapresiasi proses belajar itu sendiri, bukan hanya hasil
akhirnya.
Pembelajaran yang penuh kesadaran
mengacu pada kehadiran penuh dan keterlibatan dalam proses pembelajaran, dengan
kesadaran dan niat. Pembelajaran yang penuh kesadaran melibatkan perhatian
pada pikiran, perasaan, dan lingkungan sekitar saat mempelajari atau memperoleh
informasi baru, yang meningkatkan pemahaman, daya ingat, dan efektivitas
pembelajaran secara keseluruhan.
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran mindful learning merupakan
pembelajaran dimana siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya secara sadar, dimana materi pelajaran yang disampaikan
berkaitan dengan pengalaman siswa sendiri, menciptakan suasana belajar
berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi, bekerja sama, dan saling membantu
dengan teman lain sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.
Karakteristik Mindful Learning
Karakteristik dari pendekatan mindful
diantaranya:
a. Penciptaan kategori- kategori
baru yang berkelanjutan.
b. Keterbukaan terhadap informasi
baru.
c. Kesadaran yang emplisit akan
adanya lebih dari satu perspektif.
Pembelajaran yang mindful
learning muncul dari adanya ketidak berhasilan pola- pola pembelajaran yang
tradisional. Di mana pola pembelajaran tradisional banyak yang mengakibatkan
kurang berkembangnya mindset (pola pikir). Di mana mindset adalah
kepercayaan - kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang, atau suatu cara
berfikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan
seseorang.
Tahap-tahap Mindful Learning
Teori yang mendukung adanya
pendekatan mindful learning yaitu Jerome S. Bruner. Bruner
berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
apabila siswa dapat menemukan sendiri suatu kesimpulan tertentu. Dalam hal
ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap yaitu :
a. Tahap Informasi, yaitu tahap awal untuk
memperoleh pengetahuan (tahap penerimaan materi) atau pengalaman sendiri. Seorang
siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang
sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama
sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus,
dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
b. Tahap Tranformasi, yaitu tahap memahami,
mencerna, menganalisis pengetahuan baru, serta di transformasikan dalam bentuk
baru. Informasi yang telah diproleh itu dianalisis, diubah, atau
ditranformasikan mejadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada
gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
c. Tahap Evaluasi, yaitu mengetahui bahwa hasil
transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak (tahap penilaian materi). Seorang
siswa menilai diri sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah
ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan
masalah yang dihadapi.
Pendekatan Mindful Learning
membuka kesempatan siswa untuk dapat belajar lebih efektif serta meninggalkan
kebiasaan siswa yang selalu menurut apapun perintah dari guru. Siswa
dituntut untuk aktif dan dapat memberikan konsep-konsep secara mandiri dengan
berfikir dan belajar sendiri secara sadar.
Kelebihan dan Kelemahan Mindful
Learning
Adapun kelebihan dan kelemahan
dari pendekatan mindful learning adalah sebagai berikut:
Kelebihan mindful learning :
a. Siswa belajar bermusyawarah
b. Siswa belajar menghargai pendapat
orang lain
c. Dapat mengembangkan cara berpikir
kritis dan rasional.
d. Dapat memupuk rasa kerja sama
e. Adanya persaingan yang sehat
f. Pembelajaran lebih bermakna dan
riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat megkolerasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
mudah dilupakan.
g. Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran mindful
learning menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan
“menghafal”.
h. Pengajaran berubah dari “teacher
centered” menjadi “student centered”.
Kelemahan Mindful Learning
a. Pendapat serta pertanyaan siswa
dapat menyimpang dari pokok persoalan.
b. Membutuhkan waktu cukup lama
c. Adanya sifat-sifat pribadi yang
ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan slalu
tergantung padaorang lain.
d. Kebulatan atau kesimpulan bahan
kadang sukar dicapai.
e. Guru lebih intensif dalam
membimbing karena dalam mindful learning guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi
siswa.
f. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa
agar menyadari dan dengan sadar menggunakan cara mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
ditearpkan semula.
g. Sulit dalam merancang
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. Untuk
mengantisipasi atau meminimalisir kelemahan tersebut maka peranan seorang guru
bukan sebagai instruktur yang memaksakan kehendak melainkan guru adalam
pembimbing siswa agar mereka belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Selain itu guru berperan dalam memilih bahanbahan belajar yang dianggap penting
untuk dipelajari oleh siswa dan membantu siswa agar mampu menemukan keterkaitan
antara pengelaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
Langkah-langkah pembelajaran
mindful learning di kelas
Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
1. Guru membagi siswa dalam komunitas
belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok terdiri dari 4 siswa.
2. Guru memberi kesempatan siswa
untuk menerapkan dan menemukan idenya sendiri.
3. Guru memberi kesempatan kepada
siswa bagaimana cara memecahkan masalah yang ada mengenai materi dan
penggunaanya melalui pengamatan dilingkungan sekitar.
4. Guru memberi kesempatan dan
mendorong siswa untuk bertanya ketika menemukan kesulitan melalui diskusi
dilakukan dengan kelompok belajarnya.
5. Guru menunjuk salah satu kelompok
secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran kedepan)
untuk melakukan presentasi hasil kelompok didepan kelas, siswa pada kelompok
lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut dan
menanggapi.
6. Guru melakukan refleksi di akhir
pertemuan. Refleksi dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa yang
diperoleh siswa pada hari itu, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari
itu atau dapat juga hasil diskusi yang telah dilakukan oleh siswa.
7. Guru melakukan evaluasi hasil
belajar masing-masing kelompok secara individu. Evaluasi dilakukan oleh guru
merupakan evaluasi hasil belajar tentang materi tersebut.
Perspektif Pakar tentang Mindful
Learning
Beberapa perspektif pakar
pendidikan dan referensi ilmiah terkait “Mindful Learning” dalam pendidikan:
1. Jon Kabat-Zinn: Pakar terkemuka dalam bidang
*mindfulness*, Kabat-Zinn menjelaskan bahwa mindfulness dalam konteks
pendidikan dapat meningkatkan kesadaran siswa akan proses belajar mereka
sendiri. Dalam pendidikan, mindfulness membantu siswa fokus pada saat ini,
yang meningkatkan konsentrasi dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran
(Kabat-Zinn, 1994).
2. Patricia Jennings dan Mark
Greenberg: Dalam
artikel "The Prosocial Classroom: Teacher Social and Emotional
Competence in Relation to Student and Classroom Outcomes" (2009),
Jennings dan Greenberg membahas bahwa *mindful learning* bagi siswa sering
kali bergantung pada kompetensi emosional dan sosial guru. Mereka menemukan
bahwa guru yang berlatih mindfulness lebih mampu mengelola emosi, sehingga
dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendorong perhatian penuh
siswa selama belajar.
3. Schonert-Reichl dkk.: Dalam studi berjudul “Enhancing
Cognitive and Social–Emotional Development Through a Simple-to-Administer
Mindfulness-Based School Program for Elementary School Children: A Randomized
Controlled Trial” (2015), Schonert-Reichl dkk. menemukan bahwa siswa yang
dilatih mindfulness mengalami peningkatan perhatian, pengendalian diri,
dan emosi positif. Ini menunjukkan bahwa mindfulness membantu siswa
lebih fokus dan terlibat dalam proses pembelajaran mereka.
Sumber:
https://retizen.republika.co.id/posts/487659/mindful-learning-pilar-pertama-deep-learning
https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka
https://repository.radenintan.ac.id/4825/1/SKRIPSI%20MARLINA.pdf
Nyimak Pak Adi
BalasHapus