Minggu, 22 Desember 2024

Pendekatan Mindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran)

Tulisan ini merupakan penjelasan dari tiga Pendekatan Deep Learning yang direncanakan Kemendikdasmen akan memperkuat kurikulum yang sudah ada sekarang. Jadi bukan merupakan kurikulum baru, hanya berupa pendekatan untuk memperkuat kurikulum merdeka. Tulisan sebelumnya sudah menjelaskan secara umum tentang pendekatan Deep Learning, maka melalui tulisan ini akan menjabarkan salah satunya yakni Mindful Learning.

Baca Juga : Informasi Seputar DeepLearning (Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning) sebagaiPenguatan pada Kurikulum Merdeka.

Mindful Learning merupakan salah pendekatan yang termasuk aliran Konstruktivisme dan bukanlah pendekatan yang baru. Teori ini juga didukung oleh Jerome Seymor Bruner pada tahun 1960 dengan bukunya berjudul The Process of Education dan memunculkan model pembelajaran Discovery Learning. Intinya pendekatan ini adalah siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”. Sebenarnya dengan kurikulum merdeka yang sudah berlaku secara nasional saat ini, pendekatan ini sudah ada dengan prinsip pembelajaran konstektual dengan asesmen lebih mengedepankan asesmen formatif yang diperkuat dengan umpan balik dan refleksi. Jadi marilah kita guru maupun kepala sekolah melaksanakan pembelajaran sekaligus penilaian berbasis kinerja bukan hanya sekedar hapalan konsep dengan instrumen penilaian hanya berbasis tes tertulis.

Pengertian Mindful Learning

Berdasarkan kamus Inggris Indonesia arti kata “Mindful” adalah kesadaran, sedangkan arti kata “Learning" adalah pembelajaran. Secara umum mindful adalah kemampuan untuk menggunakan akal yang rasional dalam memutuskan suatu keputusan, melakukan tindakan dengan mengetahui apa dampak tindakan tersebut bagi dirinya secara spsifik. Pendekatan mindful learning adalah pendekatan yang konvensional dengan pendekatan student centered yang mengakomodasikan adanya keterbukaan terhadap informasi baru dan kesadaran belajar, sehingga kreativitas dan mindset siswa lebih berkembang. Konsep dasar dari Mindful Learning berfokus pada kesadaran dan perhatian penuh selama proses belajar, membantu siswa untuk lebih terlibat secara mental dan emosional dalam pembelajaran. Dengan mindful learning, siswa belajar untuk memahami dan mengapresiasi proses belajar itu sendiri, bukan hanya hasil akhirnya.

Pembelajaran yang penuh kesadaran mengacu pada kehadiran penuh dan keterlibatan dalam proses pembelajaran, dengan kesadaran dan niat. Pembelajaran yang penuh kesadaran melibatkan perhatian pada pikiran, perasaan, dan lingkungan sekitar saat mempelajari atau memperoleh informasi baru, yang meningkatkan pemahaman, daya ingat, dan efektivitas pembelajaran secara keseluruhan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mindful learning merupakan pembelajaran dimana siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya secara sadar, dimana materi pelajaran yang disampaikan berkaitan dengan pengalaman siswa sendiri, menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.

Karakteristik Mindful Learning

Karakteristik dari pendekatan mindful diantaranya:

a. Penciptaan kategori- kategori baru yang berkelanjutan.

b. Keterbukaan terhadap informasi baru.

c. Kesadaran yang emplisit akan adanya lebih dari satu perspektif.

Pembelajaran yang mindful learning muncul dari adanya ketidak berhasilan pola- pola pembelajaran yang tradisional. Di mana pola pembelajaran tradisional banyak yang mengakibatkan kurang berkembangnya mindset (pola pikir). Di mana mindset adalah kepercayaan - kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang, atau suatu cara berfikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang.

Tahap-tahap Mindful Learning

Teori yang mendukung adanya pendekatan mindful learning yaitu Jerome S. Bruner. Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif apabila siswa dapat menemukan sendiri suatu kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap yaitu : 

a.  Tahap Informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan (tahap penerimaan materi) atau pengalaman sendiri. Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

b.    Tahap Tranformasi, yaitu tahap memahami, mencerna, menganalisis pengetahuan baru, serta di transformasikan dalam bentuk baru. Informasi yang telah diproleh itu dianalisis, diubah, atau ditranformasikan mejadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.

c.     Tahap Evaluasi, yaitu mengetahui bahwa hasil transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak (tahap penilaian materi). Seorang siswa menilai diri sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Pendekatan Mindful Learning membuka kesempatan siswa untuk dapat belajar lebih efektif serta meninggalkan kebiasaan siswa yang selalu menurut apapun perintah dari guru. Siswa dituntut untuk aktif dan dapat memberikan konsep-konsep secara mandiri dengan berfikir dan belajar sendiri secara sadar.

Kelebihan dan Kelemahan Mindful Learning

Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan mindful learning adalah sebagai berikut:

Kelebihan mindful learning :

a.  Siswa belajar bermusyawarah

b.  Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

c.  Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional.

d.  Dapat memupuk rasa kerja sama

e.  Adanya persaingan yang sehat

f. Pembelajaran lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat megkolerasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

g. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran mindful learning menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.

h.  Pengajaran berubah dari “teacher centered” menjadi “student centered”.

Kelemahan Mindful Learning

a.  Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.

b.  Membutuhkan waktu cukup lama

c.  Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan slalu tergantung padaorang lain.

d.  Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai.

e.  Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam mindful learning guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.

f.   Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan dengan sadar menggunakan cara mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang ditearpkan semula.

g.  Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. Untuk mengantisipasi atau meminimalisir kelemahan tersebut maka peranan seorang guru bukan sebagai instruktur yang memaksakan kehendak melainkan guru adalam pembimbing siswa agar mereka belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu guru berperan dalam memilih bahanbahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa dan membantu siswa agar mampu menemukan keterkaitan antara pengelaman baru dengan pengalaman sebelumnya.

Langkah-langkah pembelajaran mindful learning di kelas

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1.  Guru membagi siswa dalam komunitas belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok terdiri dari 4 siswa.

2.  Guru memberi kesempatan siswa untuk menerapkan dan menemukan idenya sendiri.

3.  Guru memberi kesempatan kepada siswa bagaimana cara memecahkan masalah yang ada mengenai materi dan penggunaanya melalui pengamatan dilingkungan sekitar.

4. Guru memberi kesempatan dan mendorong siswa untuk bertanya ketika menemukan kesulitan melalui diskusi dilakukan dengan kelompok belajarnya.

5.  Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran kedepan) untuk melakukan presentasi hasil kelompok didepan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut dan menanggapi.

6.  Guru melakukan refleksi di akhir pertemuan. Refleksi dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa pada hari itu, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu atau dapat juga hasil diskusi yang telah dilakukan oleh siswa.

7.  Guru melakukan evaluasi hasil belajar masing-masing kelompok secara individu. Evaluasi dilakukan oleh guru merupakan evaluasi hasil belajar tentang materi tersebut.

Perspektif Pakar tentang Mindful Learning

Beberapa perspektif pakar pendidikan dan referensi ilmiah terkait “Mindful Learning” dalam pendidikan:

1. Jon Kabat-Zinn: Pakar terkemuka dalam bidang *mindfulness*, Kabat-Zinn menjelaskan bahwa mindfulness dalam konteks pendidikan dapat meningkatkan kesadaran siswa akan proses belajar mereka sendiri. Dalam pendidikan, mindfulness membantu siswa fokus pada saat ini, yang meningkatkan konsentrasi dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran (Kabat-Zinn, 1994).

2.  Patricia Jennings dan Mark Greenberg: Dalam artikel "The Prosocial Classroom: Teacher Social and Emotional Competence in Relation to Student and Classroom Outcomes" (2009), Jennings dan Greenberg membahas bahwa *mindful learning* bagi siswa sering kali bergantung pada kompetensi emosional dan sosial guru. Mereka menemukan bahwa guru yang berlatih mindfulness lebih mampu mengelola emosi, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendorong perhatian penuh siswa selama belajar.

3.  Schonert-Reichl dkk.: Dalam studi berjudul “Enhancing Cognitive and Social–Emotional Development Through a Simple-to-Administer Mindfulness-Based School Program for Elementary School Children: A Randomized Controlled Trial” (2015), Schonert-Reichl dkk. menemukan bahwa siswa yang dilatih mindfulness mengalami peningkatan perhatian, pengendalian diri, dan emosi positif. Ini menunjukkan bahwa mindfulness membantu siswa lebih fokus dan terlibat dalam proses pembelajaran mereka.

Sumber:

https://retizen.republika.co.id/posts/487659/mindful-learning-pilar-pertama-deep-learning

https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka

https://repository.radenintan.ac.id/4825/1/SKRIPSI%20MARLINA.pdf

1 komentar: