Rabu, 25 Desember 2024

Pendekatan Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna)

Tulisan ini merupakan tulisan yang akan menjelaskan tentang pembelajaran bermakna (Meaningful Learning) yang merupakan salah satu dari pendekatan Deep Learning. Tulisan sebelumnya sudah kita bahas mindful learning. Pembelajaran bermakna ini sebenarnya sudah ada dalam kurikulum kita sekarang dengan salah satu prinsipnya pembelajaran yang kontekstual dengan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Dengan kurikulum merdeka kita sudah terbiasa dengan pembelajaran projek, pembelajaran kolaboratif, dan pembelajaran dengan memperkuat umpan balik serta refleksi. Jadi sekali lagi Meaningful Learning ini merupakan suatu pendekatan yang akan memperkuat kurikulum saat ini. Agar mendapat pemahaman yang lebih utuh tentang pendekatan ini, silakan simak tulisan di bawah ini.

Baca Juga:

·   Informasi Seputar Deep Learning (Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful 

   Learning) sebagai Penguatan pada Kurikulum Merdeka.

·    PendekatanMindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran)

Pengertian Pendekatan Meaningful Learning

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa dan bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam melalui kontekstualisasi pengetahuan dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.

Kita cenderung membandingkan pembelajaran bermakna dengan pembelajaran hafalan . Pembelajaran hafalan melibatkan pengulangan dan penghafalan fakta yang tidak berdasarkan konteks. Sebaliknya, pembelajaran bermakna mengharuskan siswa untuk menguji gagasan dan mengkritiknya, membandingkannya dengan pengetahuan sebelumnya , dan menerapkannya pada konteks baru.

Contoh strategi pembelajaran yang bermakna meliputi: pembelajaran aktif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis penyelidikan, pembelajaran eksperimental, dan kolaborasi antarteman.

Definisi dan Karakteristik Pembelajaran Bermakna

Sebagian besar definisi ilmiah tentang pembelajaran yang bermakna mencakup dua fitur utama. Pertama, konten yang dipelajari harus relevan dengan kehidupan siswa. Kedua, siswa harus mampu menghubungkan dan membandingkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya.

Berikut ini adalah beberapa definisi ilmiah yang menunjukkan fitur-fitur utama ini:

Pembelajaran yang bermakna sebagai sebuah proses mengandaikan, pada gilirannya, bahwa pembelajar menggunakan perangkat pembelajaran yang bermakna dan bahwa materi yang mereka pelajari berpotensi bermakna bagi mereka, yaitu, terkait dengan ide-ide penjangkaran yang relevan dalam struktur kognitif mereka.” (Ausubel, 2012)


Pembelajaran yang bermakna mengacu pada proses di mana siswa menghubungkan informasi baru dengan konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk belajar secara bermakna, individu harus secara sadar memilih untuk menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah mereka ketahui, daripada sekadar menghafal fakta atau definisi konsep yang terpisah.” (Champe, Harvey dan Ferrier, 2005)

Pembelajar harus melihat bahwa apa yang dipelajari bermakna dan relevan dengan minat pribadi dan kehidupan mereka, yang menghasilkan motivasi alami untuk belajar.” (McCombs dan Miller, 2007)

Pembelajaran Hafalan Vs Pembelajaran Bermakna

Pembelajaran yang bermakna didasarkan pada konstruktivisme. Ini adalah perspektif yang meyakini bahwa pembelajaran terjadi melalui konstruksi informasi dalam pikiran kita dengan membandingkan dan mengontraskan informasi baru dengan informasi lama.

Hal ini bertolak belakang dengan dasar pembelajaran hafalan dalam behaviorisme:

Argumen Konstruktivisme: Kita cenderung mengingat sesuatu dengan lebih efektif ketika membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, mengontekstualisasikan pengetahuan, dan mengeksplorasi konsep melalui penceritaan dan pengalaman. Misalnya: Anda akan dapat menceritakan kembali peristiwa dengan lebih baik jika Anda benar-benar berada di sana daripada jika Anda hanya menceritakan kembali kisah orang lain. (Pendekatan ini cenderung dikaitkan dengan pembelajaran aktif ).

Argumen Behaviorisme: Kita belajar melalui pengulangan. Berikan siswa informasi yang perlu mereka ketahui, lalu minta mereka mengulanginya berulang-ulang, sering kali dalam jangka waktu tertentu (lihat: pengulangan dengan jeda), disertai dengan hadiah dan hukuman. (Pendekatan ini cenderung dikaitkan dengan pembelajaran pasif).

Secara umum, ahli teori pendidikan kontemporer percaya bahwa perspektif pengajaran kelas konstruktivis jauh lebih efektif daripada behaviorisme.

Lebih jauh, pembelajaran yang bermakna cenderung dibandingkan dengan pembelajaran hafalan. Pembelajaran hafalan cenderung tidak berhubungan dengan kehidupan siswa, dan tidak cenderung terhubung dengan pengetahuan sebelumnya.

Sebaliknya, hafalan adalah tentang pemberian informasi oleh guru yang harus diulang dan dihafal. Informasi baru cenderung tidak dijelaskan secara memadai, dikritik, atau dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.

(Contohnya, mempelajari tabel perkalian adalah contoh pembelajaran hafalan: yang melibatkan menghafal jumlah melalui latihan dan pengulangan.)

Salah satu definisi yang membandingkan pembelajaran bermakna dengan pembelajaran hafalan disajikan di bawah ini:

Pembelajaran yang bermakna terjadi ketika pembelajaran dapat dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya dan dikaitkan dengan kerangka kognitif yang sudah ada sebelumnya. Di sisi lain, pembelajaran hafalan tidak dikaitkan dengan kerangka kognitif dan sering kali tidak diingat dan terisolasi.” (Walsh, 2013)

Menerapkan Teori Ausubel dalam pembelajaran

Untuk dapat menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, sebaiknya kita memperhatikan apa yang dikemukakan oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology Acognitive View, pernyataan itu berbunyi: “The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly” atau yang berarti sebagai berikut: “Faktor terpenting yang memengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah hal dan ajarilah ia demikian

Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti teori belajar. Jadi, agar terjadi proses belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Untuk menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, selain konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu. ada beberapa konsep dan prinsip lain yang perlu diperhatikan. Konsep atau prinsip-prinsip itu ialah pengatur awal, diferensiasi, progresif, penyesuaian integratif, dan belajar super ordinat. Semua konsep ini akan dibahas dengan memberikan contoh penerapanya dalam mengajar

1.  Pengaturan awal

Memperkenalkan konsep pengatur awal dalam teorinya. Pengaturan awal mengarahkan pada siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.

2.  Diferensiasi Progresif

Proses penyusunan konsep dengan cara megajarkan konsep yang paling inklusif, kemudian konsep yang inklusif, kemudian konsep kurang inklusif dan terakhir adalah hal-hal yang paling khusus.

3.  Belajar Super Ordinat

Belajar super ordinat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur suatu konsep yang lebih luas dan lebih inklusif. Mungkin belajar super ordinat tidak bisa terjadi di sekolah sebab sebagian besar guru dan buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih inklusif, tetapi kerap kali mereka gagal untuk memperlihatkan secara eksplisit hubungan-hubungan pada konsep-konsep inklusif ini saat di kemudian hari disajikan konsep-konsep khusus sub-ordinat

4.  Penyesuaian Integratif

Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga kita menggerakan hierarki-hierarki konseptual “ke atas dan kebawah” selama imformasi disajikan. Kita dapat mulai dengan konsep-konsep paling umum, tetapi kita perlu memperlihatkan bagaimana terkaitnya konsep-konsep sub-ordinat, kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti-arti baru bagi konsep yang tingkatannya lebih tinggi.

Pendekatan Metode Belajar Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)

Ada banyak pendekatan atau strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru atau pendidik untuk menciptakan iklim pembelajaran di kelas yang memungkinkan terjadinya pembelajaran bermakna, antara lain sebagai berikut:

1.  Terima peserta didik apa adanya. Guru harus tahu kesiapan awal, minat, dan profil belajar siswa.

2. Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator atau tutor yang akan memfasilitasi/memberikan saran/umpan balik saat siswa sedang belajar.

3. Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memilih dan menggunakannya. Guru menyediakan sumber belajar beragam sesuai kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa.

4.  Gunakan pendekatan inquiry-discovery. Contoh model pembelajaran dari pendekatan ini adalah refleksi, studi kasus, eksperimen, bermain peran, diskusi, penelitian/riset, observasi, projek, pemecahan masalah.

5.  Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri. Biarkan peserta didik mengambil tanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya.

Belajar pada hakikatnya mengembangkan konstruksi pengetahuan baru sebagai hasil interaksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Menurut David Ausubel, belajar dengan menemukan jauh lebih bermakna daripada belajar dengan menerima. Dan belajar dengan membangun konstruksi pengetahuan baru lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan. Ausubel menegaskan bahwa belajar dengan menerima konten final itu yang seharusnya lebih direkomendasikan di sekolah, tanpa harus menegaskan tentang penerapan model discovery learning. Akan tetapi, pemahaman konsep, prinsip dan ide-ide itu bisa dicapai melalui proses belajar deduktif.

Ada tiga manfaat penting dalam menerapkan pembelajaran bermakna bagi siswa, yaitu:

1.  Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat;

2.  Informasi-informasi baru yang dibangun siswa akan memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi belajar berkelanjutan;

3.Informasi yang dilupakan sesudah terbangun struktur pengetahuan baru akan mempermudah proses belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terlupakan.

Tipe Belajar Menurut Ausubel (Meaningful Learning)

Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

2.  Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

3.  Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.

4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengkaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

Sepanjang garis mendatar, dari kiri ke kanan terdapat berkurangnya belajar penerimaan, dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang garis vertikal dari bawah ke atas terjadi berkurangnya belajar hafalan dan bertambahnya belajar bermakna. Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah  belajar bermakna  yang merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Langkah-langkah Belajar Metode (Meaningful Learning) Bermakna Menurut Ausubel.

Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :

1.  Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran.

2.  Tentukan konsep-konsep yang relevan.

3.  Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.

4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.

5.  Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.

Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: advance organizer, progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation. Advance organizer merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran disusun untuk mengarahkan belajar, dimana guru membantu siswa untuk memperoleh informasi, ide keterampilan, nilai, cara berpikir dan mengekspresikan dirinya.

Karakteristik Pembelajaran Bermakna

Ciri-ciri pembelajaran yang bermakna meliputi: keterlibatan aktif, relevansi dengan pengetahuan sebelumnya, integrasi dengan pengetahuan yang ada, elaborasi dan refleksi, serta signifikansi pribadi.

Salah satu definisi yang paling menarik tentang pembelajaran yang bermakna adalah definisi Jonassen, Peck, dan Wilson (1999), karena definisi ini menyajikan kerangka kerja yang terdiri dari lima karakteristik. Kelima karakteristik tersebut adalah:

1.  Keterlibatan aktif: Siswa tidak boleh belajar secara pasif (dengan diberi informasi) atau belajar dengan metode ceramah. Sebaliknya, mereka harus menggunakan strategi pembelajaran aktif seperti bereksperimen, menguji hipotesis, dan bertanya.

2.  Relevansi dengan pengetahuan sebelumnya: Siswa harus membangun pengetahuan yang telah mereka ketahui. Guru harus memulai pengalaman belajar dengan mengidentifikasi apa yang telah diketahui siswa, dan mencari tahu bagaimana informasi baru tersebut berhubungan dengan pengetahuan tersebut.

3.  Integrasi dengan pengetahuan yang ada: Pembelajaran terjadi ketika pengetahuan baru dibandingkan dengan pengetahuan yang ada. Siswa dapat mengasimilasi informasi baru, artinya mereka menyadari bahwa informasi baru tersebut sangat cocok dengan informasi yang ada. Atau, mereka dapat menyesuaikan pengetahuan yang ada untuk menerima informasi baru. Ini berarti mereka harus memperbaiki kesalahpahaman yang mereka miliki sebelumnya agar informasi lama dan baru menjadi masuk akal. Dalam praktiknya, guru akan bertanya kepada siswa: "Berdasarkan apa yang Anda ketahui, apakah ini masuk akal?" dan "Apakah ini mengubah pikiran Anda tentang apa yang sebelumnya Anda ketahui tentang topik tersebut?"

4. Elaborasi dan refleksi: Elaborasi berarti mengambil pengetahuan baru dan melihat bagaimana mereka dapat menggunakannya dalam berbagai konteks yang berbeda. Misalnya, seorang siswa dapat menerapkan pengetahuan baru mereka tentang gravitasi berdasarkan apel yang jatuh dan melihat apakah mereka dapat menggunakannya untuk mengukur seberapa jauh sebuah trebuchet dapat melemparkan batu.

5.  Makna pribadi: Informasi harus memiliki beberapa poin yang masuk akal bagi siswa. Misalnya, alih-alih mempelajari bunga majemuk dalam konteks matematika murni, siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk melihat berapa banyak uang yang dapat mereka miliki jika mereka menabung $10 per minggu setiap minggu hingga mereka berusia 65 tahun. Hal ini memastikan siswa mengetahui nilai pengetahuan baru tersebut bagi kehidupan mereka.

Manfaat Pembelajaran yang Bermakna

Pembelajaran yang bermakna memiliki berbagai manfaat utama, termasuk:

1.  Retensi jangka Panjang

Kebanyakan akademisi meyakini pembelajaran yang bermakna akan menghasilkan ingatan jangka panjang yang lebih baik daripada pembelajaran hafalan.

Hal ini karena siswa memiliki pengalaman dan cerita yang terhubung dengan apa yang mereka pelajari (bukannya sekadar melihat catatan berulang kali selama berminggu-minggu menjelang ujian). Jika kita memiliki pengalaman dan ingatan, dan pengetahuan kita terhubung seperti jaringan kognitif dengan pengetahuan sebelumnya dalam pikiran kita, maka akan lebih mudah untuk menggali dan secara aktif mengingat informasi tersebut di masa mendatang. Seperti yang dikemukakan Karpicke dan Grimaldi (2012, hlm. 408), “pembelajaran yang bermakna dianggap kuat dan bertahan lama.”

2.  Transfer pengetahuan ke situasi baru

Salah satu kelemahan pembelajaran hafalan adalah cenderung sulit diingat dan diterapkan di luar konteks di mana pembelajaran itu dilakukan.

Misalnya, seorang pelajar bahasa mungkin pandai mengingat sebuah kata dalam permainan kartu memori, tetapi ketika harus menggunakannya di toko, mereka sering kali merasa tidak dapat mengingat kata yang mereka butuhkan. Sebaliknya, dalam pembelajaran yang bermakna, karena siswa mempelajari kata tersebut dalam konteks yang bermakna (dalam contoh ini, berpotensi melalui permainan peran), kata tersebut sering kali menjadi lebih mudah untuk diingat dalam situasi kontekstual.

3.  Motivasi dan minat belajar

Ciri utama pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran tersebut harus bermakna bagi kehidupan siswa, yang meningkatkan motivasi intrinsik. Ketika siswa melihat bahwa apa yang mereka pelajari berharga bagi mereka atau berhubungan dengan hal-hal yang mereka minati di luar konteks pendidikan, siswa mengembangkan motivasi intrinsik untuk belajar (McCombs & Miller, 2007). Sebaliknya, pembelajaran hafalan sering kali bergantung pada penghargaan dan hukuman atau dengan kata lain, motivasi ekstrinsik .

4.  Keterampilan berpikir kritis

Dalam lingkungan belajar yang bermakna, siswa perlu membandingkan dan mengontraskan pengetahuan yang ada dengan informasi baru.

Melalui proses ini, mereka sering mulai menyadari kontradiksi antara informasi baru dan lama yang perlu diatasi untuk mencapai keseimbangan kognitif. Selama proses ini, siswa secara aktif melatih keterampilan berpikir kritis mereka.

Strategi untuk Mempromosikan Pembelajaran yang Bermakna

1. Pembelajaran aktif: Dorong siswa untuk menjadi peserta aktif dalam pengembangan pengetahuan. Alih-alih memberi mereka jawaban, ajak mereka terlibat dalam tugas yang akan membuat mereka sampai pada kesimpulan sendiri. Ini dapat berupa pembelajaran berbasis masalah di mana Anda memberi siswa masalah untuk dipecahkan alih-alih jawaban atas pertanyaan.

2.  Pembelajaran berbasis proyek: Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa diberi sesuatu untuk dikonstruksi. Bisa berupa penerapan soal matematika untuk konstruksi suatu objek, penerapan konsep literasi baru dalam penciptaan suatu lakon, atau penggunaan konsep musik tertentu dalam konstruksi suatu karya musik.

3. Pembelajaran berbasis penyelidikan: Berikan siswa masalah yang perlu mereka teliti untuk dipecahkan. Hal ini sering kali mengharuskan siswa melakukan penelitian di internet atau menguji hipotesis hingga mereka menemukan jawaban yang koheren. Melalui proses ini, siswa tidak hanya mendapatkan jawaban atas pertanyaan, tetapi juga memahami mengapa jawaban yang mereka miliki adalah jawaban yang benar. Mengetahui mengapa hal ini membantu mereka mengingat dan mengingat informasi dalam jangka panjang.

4. Membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya: Mulailah semua skenario pembelajaran dengan sesuatu yang sudah diketahui siswa. Ini memberikan jalan masuk ke topik yang dapat dipahami dan belum dipahami siswa. Anda dapat secara konsisten kembali ke pengetahuan sebelumnya dan meminta siswa untuk terus membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama.

5.  Menggabungkan minat dan relevansi siswa: Jika siswa merasa konten tersebut bermakna bagi kehidupan mereka sendiri, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar. Jadi, guru dapat melihat konten kurikulum yang perlu mereka belajarkan dan menemukan cara untuk menyajikan informasi secara kreatif dengan cara yang menunjukkan mengapa siswa harus tertarik mempelajari topik tersebut.

6.  Mendorong pembelajaran kolaboratif: Kumpulkan siswa untuk membahas konsep dan membandingkan catatan. Dengan berbicara satu sama lain, siswa dapat membuat hubungan kognitif dan melihat ide dari berbagai perspektif. Ini bisa jauh lebih efektif daripada membiarkan siswa bekerja sendiri dan mencoba menanamkan ide ke dalam pikiran mereka melalui pengulangan.

Contoh Pembelajaran yang Bermakna

1.  Pendidikan STEM

STEM merupakan bidang yang bagus untuk skenario pembelajaran yang bermakna. Skenario tersebut akan melibatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran berbasis proyek.

Proyek tersebut akan mengharuskan siswa menerapkan informasi baru pada permasalahan di dunia nyata (sebaiknya permasalahan yang relevan dan nyata yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan mereka sendiri).

Misalnya pada sekolah penulis, siswa diberi tugas untuk memikirkan cara membuat alat kebersihan otomatis (tong sampah, sapu, pendeteksi cairan) dengan menggunakan mikrobit. Untuk melakukan ini, mereka perlu memahami pembelajaran TIK dan Fisika di balik upaya memastikan alat tersebut dapat berfungsi dan bagaimana alat tersebut dapat beroperasi dengan lancar. 

2.  Pembelajaran bahasa

Dalam pembelajaran bahasa, pembelajaran bermakna berarti mempelajari kata-kata dan konsep baru melalui skenario yang mungkin mereka temui saat menggunakan bahasa tersebut.

Daripada mencoba mengulang 1000 kata kerja pertama dalam bahasa yang mereka pelajari, Anda dapat mencoba mengajarkan mereka beberapa istilah dan frasa perjalanan yang ingin mereka ketahui, lalu merekayasa balik frasa tersebut untuk mengetahui cara menyesuaikannya dengan konteks yang berbeda.

Tantangan dan Solusi Potensial

Kurangnya waktu dan sumber daya: Untuk menciptakan skenario pembelajaran yang bermakna, guru membutuhkan waktu. Mereka mungkin juga membutuhkan sumber daya untuk membantu siswa menciptakan skenario dan proyek fisik. Kemudian, ketika tiba saatnya mengerjakan tugas, akan lebih memakan waktu jika meminta siswa untuk 'membangun' pengetahuan mereka sendiri daripada sekedar memberi mereka jawaban. Di era kurikulum merdeka sekarang ini sudah bisa terakomodasi dengan tujuan pembelajaran guru yang merancang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikannya. Namun memang masih banyak guru yang mempunyai pola pikir yang berorientasi pada mengejar target materi pelajaran.

Tes: Saat ini ada rencana pemerintah akan mengkaji kembali Ujian Nasional dan masih ada terutama perguruan tinggi kedinasan seleksi masuknya menggunakan tes mata pelajaran. Lulus ujian standar seperti UN dan tes masuk PT Kedinasan sering kali hanya memerlukan mengingat dan menghafalkan fakta dan angka. Jenis pengujian ini cocok untuk pembelajaran hafalan. Namun, kita tahu bahwa pembelajaran yang bermakna lebih bermanfaat dalam jangka panjang. Akibatnya, sistem pengujian dari pemerintah perlu diubah dan dikembangkan sehingga pembelajaran yang bermakna diberi insentif dan penghargaan.

Kesimpulan

Pembelajaran yang bermakna mendukung pedagogi yang baik . Pembelajaran yang bermakna menghasilkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang ideal seperti berpikir kritis dan analitis. Dengan memastikan pelajaran Anda bermakna bagi siswa, Anda akan membantu mereka mengembangkan keterampilan untuk masa depan dan mendukung perkembangan kognitif jangka panjang mereka .

Sebagian besar peneliti pendidikan saat ini meyakini bahwa pembelajaran yang bermakna menghasilkan pemahaman dan wawasan yang mendalam, pengetahuan jangka panjang, dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.

Inti teori Ausubel tentang ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkanya imformasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita tidak mengetahui mekanisme biologi tentang memori atau disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa informasi disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat didalam penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan imformasi yang sedang dipelajari.

Sumber:

Luthfi Rahman. Model Pembelajaran Meaningful Learning. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi

https://www.passakanawang.com/2017/07/teori-david-ausubel-belajar-bermakna.html

https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka

https://repository.radenintan.ac.id/4825/1/SKRIPSI%20MARLINA.pdf

https://helpfulprofessor.com/meaningful-learning/

0 comments:

Posting Komentar