Slide 1

Berbagai macam moda pembelajaran

Slide 2

Literasi

Slide 3

Kegiatan Pramuka

Slide 4

Kerucut Pengalaman

Slide 5

Pembelajaran Aktif

Sabtu, 16 Januari 2016

KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING, PROBLEM BASED LEARNING, DAN PROJECT BASED LEARNING



Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah pada lampirannya menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempunyai nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya. Pada lampiran tersebut juga disebutkan model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran Berbasis Penemuan  (Discovery Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Tulisan ini akan memaparkan defenisi, konsep, penjelasan kegiatan siswa/guru dalam sintak, penilaian, dan contoh dalam kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap model.
1.    Pembelajaran Berbasis Penemuan  (Discovery Learning)
a.    Definisi dan Konsep
1)        Definisi
Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.  Pada Discovery Learning   materi   yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi   peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.

2)        Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

Senin, 11 Januari 2016

Indikator Sekolah yang Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013

 Oleh : 
Adi Saputra, M.Pd
Sesuai dengan kurikulum 2013 pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan saintifik yang mengedepankan siswa yang aktif dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik ini dipengaruhi oleh aliran konstruktivisme. Konstruktivisme  ini memantapkan teori-teori belajar sebelumnya dan memberikan pencerahan bagi peralihan dari konsep belajar yang berpusat pada guru  (teacher-centred learning) ke arah konsep belajar yang berpusat pada peserta didik (student-centred  learning). Orientasi yang berpusat kepada peserta didik pada akhirnya diwujudkan dalam pendekatan belajar aktif (active learning  approach).
Kriteria penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dikemukakan dalam bentuk indikator proses belajar. Indikator dirumuskan agar dapat digunakan sebagai pedoman observasi di tingkat sekolah.
1. Indikator Sekolah  yang Melaksanakan Pembelajaran yang Berpusat Pada Peserta Didik
Indikator (tanda-tanda) terjadinya proses belajar yang aktif dan kreatif pada setting sekolah, ditinjau dari aspek sumber daya manusia, ekspektasi/harapan sekolah, tata tertib, fokus kurikulum,  kegiatan sekolah, lingkungan, fasilitas, nilai dan norma, serta kreativitas dan inovasi, adalah sebagai berikut:
a. Ekspektasi sekolah, kreatifitas, dan inovasi 
1) Prestasi  belajar  peserta  didik  lebih  ditekankan  pada  menghasilkan”daripada ”memahami.” 
2) Sekolah menyelenggarakan ajang ‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat.
3) Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, pot bunga, tempat sampah).
4) Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis
    kapital untuk dijual.
5) Lebih  baik  jika  ada  pameran  karya  peserta  didik  dalam  kurun  waktu tertentu, misalnya sekali 
     dalam satu tahun.
6) Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut sekolah.
7) Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang.
8) Sekolah rapi, bersih, dan teratur.
9) Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah.
10) Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
11) Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru.
12) Ada forum penyaluran keluhan peserta didik. 
13) Iklim sekolah lebih demokratis.
14) Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat pendidikan menengah 
       ada lomba karya ilmiah peserta didik.
15) Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat.
16) Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif.
17) Peserta  didik  mengetahui  dan  dapat  menjelaskan tentang  lingkungan sekolah (misalnya, nama
      guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu).
18) Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
19) Ada  forum  diskusi  atau  musyawarah  antara  kepala  sekolah  dan  guru maupun tenaga
      kependidikan lainnya secara rutin.
20) Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra dari berbagai pihak yang terkait 
      (stakeholders).

KUMPULAN BAHAN SERBA SERBI TENTANG KURIKULUM 2013 TERBARU

Kurikulum 2013 sudah mengalami revisi sampai dengan bulan desember tahun 2015. Maka pada tahun  2016 ini merupakan tahun implementasi kurikulum 2013 yang mengalami revisi tersebut. Sejak bulan september tahun 2015 kemaren melalui program pendampingan kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA telah ditunjuk 300 sekolah SMA se Indonesia menjadi sekolah model. Sekolah penulis menjadi salah satu dari 300 sekolah tersebut dan penulis menjadi koordinator di klaster sekolah penulis, maka melalui tulisan ini penulis ingin berbagi bahan-bahan tentang kurikulum 2013 yang bisa di download. Bahan ini terdiri dari bahan presentasi dan bahan naskah yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari topik tertentu tentang kurikulum 2013.Bahan-bahan ini dimulai dari bahan untuk penyusunan dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan, bahan peminatan, panduan penyusunan silabus, RPP, penilaian, dan sebagainya. Mudah-mudahan bahan-bahan ini bermanfaat.

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2. Peminatan
3. Panduan Rencana Kerja Anggaran Sekolah
4.Analisis Konteks
5. Panduan Penyusunan Silabus
6. RPP
7. Model Pembelajaran
8. Penilaian
9. Remidial dan Pengayaan
10. Kepramukaan

Minggu, 03 Januari 2016

CONTOH RPP KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NO 103 TAHUN 2014 DAN PERMENDIKBUD NO 53 TAHUN 2015

Berdasarkan panduan penilaian terbaru yang sesuai dengan Permendikbud No 53 Tahun 2015, maka penilaian sikap lebih disederhanakan dengan mengutamakan instrumen penilaian berbentuk jurnal. Demikian juga kalau kita merujuk Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran terdapat perubahan dalam format RPP terutama dalam komponen tujuan pembelajaran, metode/pendekatan pembelajaran, urutan antar komponen, dan perubahan lainnya. RPP di bawah ini penulis buat untuk menjadi contoh RPP yang terbaru. Namun mungkin masih banyak kekurangannya dan di  bagian bawah terdapat format dalam bentuk word yang dapat di-download. Mudah-mudahan bermanfaat.

 Format Pdf:
http://www.mediafire.com/view/s3schduesbnsu7b/Contoh_RPP_Kimia.pdf

Format Word:
Contoh RPP Kurikulum 2013 Terbaru

Permendikbud No 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Lampiran Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran

Rabu, 30 Desember 2015

PENILAIAN KURIKULUM 2013 UNTUK SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, DAN SMK BERDASARKAN PERMENDIKBUD NO 53 TAHUN 2015


Oleh:
Adi Saputra, M.Pd

Peraturan menteri ini sudah lama ditunggu oleh stakeholder pendidikan di Indonesia terutama sekolah yang menggunakan kurikulum 2013. Hal ini karena pihak sekolah masih banyak yang ragu dalam melaksanakan penilaian yang baru kalau belum ada dasar hukumnya. Penilaian yang banyak mengalami perubahan sesuai dengan permendikbud no 53 tahun 2015 ini adalah penilaian sikap. Penilaian sikap dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan yang cukup mendasar. Selama ini penilaian sikap dinilai menggunakan modus dari hasil setiap penilaian yang dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Namun hal ini membuat repot guru di dalam pembelajaran dalam menyiapkan instrumen dan dalam melakukan penilaiannya. Di samping itu juga kurang cocok rasanya sikap dibuat dalam bentuk nilai kuantitatif, karena sikap agak susah dinilai seperti gunung es sikap hanya tampak yang bagian luarnya saja sedangkan bagian dalam yang lebih besar susah untuk dinilai.
Penilaian sikap yang sesuai dengan permendikbud no 53 tahun 2015 tersebut bisa dibagi berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran dan oleh wali kelas/guru BK yang terutama menggunakan instrumen penilaian berbentuk jurnal. Secara umum penilaian yang dilakukan guru mata pelajaran berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas, sedangkan oleh wali kelas/guru BK berkaitan dengan penilaian sikap di luar kelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada panduan penilaian di bawah ini, namun sebelumnya harap Anda download. Bahan lain yang dapat Anda download adalah KD revisi terbaru, Aplikasi Rapor yang sesuai dengan penilaian terbaru. Mudah-mudahan bahan/dokumen ini bermanfaat.

Selasa, 15 September 2015

PENGEMBANGAN BUTIR SOAL HOTS (Higher Order of Thinking Skill)



Oleh :
Adi Saputra, M.Pd
Tulisan ini akan menjelaskan tentang soal HOTS (Higher Order of Thinking Skill) soal yang tingkat berpikirnya tinggi dalam Taksonomi Bloom. Kurikulum 2013 sekarang menuntut untuk soal bentuk ini agar membiasakan peserta didik kita dengan keterampilan berpikir kritis. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertiannya, contoh soal untuk beberapa mata pelajaran dan juga terdapat bahan yang bisa Bapa/Ibu download sebagai bahan referensi. Mudah-mudahan bermanfaat.

a.         Pengertian Higher Order of Thinking Skill (HOTS)
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide. Kemampuan-kemampuan ini merupakan kemampuan berpikir level atas pada taksonomi Bloom yang terbaru hasil revisi oleh Anderson dan Krathwohl seperti pada gambar di bawah ini.

Latar belakang digalakkannya pengembangan butir soal HOTS ini adalah rendahnya kemampuan peserta didik Indonesia dalam survey yang dilaksanakan oleh benchmarking internasional seperti PISA dan TIMSS. Belajar berpikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang materi, tetapi belajar bagaimana cara berpikir kritis dalam penggunaanya untuk memecahkan masalah saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan berpikir peserta didik dapat dilatihkan melalui kegiatan dimana peserta didik diberikan suatu masalah dalam hal ini masalah berbentuk soal yang bervariasi (Prayugo 2012). Untuk mengembangkan soal HOTS, diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang HOTS dan cara mengembangkan soal HOTS yang dilengkapi dengan kata kerja operasional dan contoh untuk mata pelajaran seperti pada penjelasan berikut ini.

Rabu, 26 Agustus 2015

Kumpulan Buku Guru dan Buku Siswa Kurikulum 2013

Kelas XII

Mata Pelajaran Wajib
Wajib A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
    - Agama Islam
    - Agama Kristen
    - Agama Katolik
    - Agama Budha
    - Agama Hindu
    - Agama Khonghucu
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris

Wajib B
7. Seni Budaya
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan

Mata Pelajaran Peminatan
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1. Matematika
2. Biologi
3. Fisika
4. Kimia

Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Geografi
2. Sejarah
3. Sosiologi
4. Ekonomi

Peminatan Bahasa dan Budaya
1. Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Bahasa dan Sastra Inggris
3. Bahasa dan Sastra Asing Lainnya
4. Antropologi


Jumat, 26 Juni 2015

CARA PENYUSUNAN RPP KURIKULUM 2013 TERBARU (Sesuai Permendikbud No. 103 Tahun 2014)

Oleh : Adi Saputra, M.Pd 
A.   Pendahuluan
Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).  Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang tertera pada Permendiknas tentang Pembelajaran  Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah - Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014.
Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan permendikbud no 103 tahun 2014 agak berbeda dari komponen RPP sebelumnya. Misalnya tidak dituliskan lagi tujuan pembelajarannya dan metode/pendekatan/model pembelajaran.
Pada tulisan ini dilengkapi uraian tentang komponen RPP serta contoh RPP yang telah menggunakan aturan yang terdapat dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tersebut.

B.    Format RPP
Secara lebih jelas komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                            :
Mata pelajaran               :
Kelas/Semester             :
Alokasi Waktu                 :

A.         Kompetensi Inti (KI)

B.         Kompetensi Dasar
1.     KD pada KI-1
2.     KD pada KI-2
3.     KD pada KI-3
4.     KD pada KI-4

C.         Indikator Pencapaian Kompetensi*)
1.     Indikator KD pada KI-1
2.     Indikator KD pada KI-2
3.     Indikator KD pada KI-3
4.     Indikator KD pada KI-4

D.         Materi Pembelajaran
(dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial)

E.          Kegiatan Pembelajaran
1.     Pertemuan Pertama: (...JP)
a.           Kegiatan Pendahuluan
b.          Kegiatan Inti **)
-       Mengamati
-       Menanya
-       Mengumpulkan informasi/mencoba
-       Menalar/mengasosiasi
-       Mengomunikasikan
c.           Kegiatan Penutup

2.     Pertemuan Kedua: (...JP)
a.           Kegiatan Pendahuluan
b.          Kegiatan Inti **)
-       Mengamati
-       Menanya
-       Mengumpulkan informasi/mencoba
-       Menalar/mengasosiasi
-       Mengomunikasikan
c.           Kegiatan Penutup

3.     Pertemuan seterusnya.

F.          Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1.     Teknik penilaian
2.     Instrumen penilaian
a.           Pertemuan Pertama
b.          Pertemuan Kedua
c.           Pertemuan seterusnya
3.     Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian.

G.         Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1.     Media/alat
2.     Bahan
3.     Sumber Belajar