Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran
pada pendidikan dasar dan menengah pada lampirannya menyatakan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempunyai nama, ciri,
sintak, pengaturan, dan budaya. Pada lampiran tersebut juga disebutkan model pembelajaran yang
mendukung penerapan pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran
Berbasis Penemuan (Discovery Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning). Tulisan ini akan memaparkan defenisi, konsep,
penjelasan kegiatan siswa/guru dalam sintak, penilaian, dan contoh dalam
kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk setiap model.
1.
Pembelajaran Berbasis
Penemuan (Discovery Learning)
a.
Definisi dan Konsep
1)
Definisi
Discovery mempunyai prinsip
yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada
peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Pada Discovery Learning materi
yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan
tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui
dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.
2)
Konsep
Di dalam proses belajar,
Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,
peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah
hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui
kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan
hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.