Blog ini menyajikan berbagai informasi tentang bahan ajar, ebook, pengembangan diri, penelitian, kurikulum, teknologi pendidikan, perangkat, soal, dan bahan lain yang berhubungan dengan dunia pendidikan umumnya.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan
penuh untuk menentukan izin pembelajaran tatap muka. Pemerintah mengumumkan
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama
(Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran
dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.
Dalam SKB tersebut, pemerintah
melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan penguatan peran pemerintah
daerah/kantor wilayah (kanwil)/ kantor Kementerian Agama (Kemenag) sebagai
pihak yang paling mengetahui dan memahami kondisi, kebutuhan, dan kapasitas
daerahnya. Pemberian kewenangan penuh dalam menentukan izin pembelajaran tatap
muka tersebut berlaku mulai semester genap tahun ajaran dan tahun akademik
2020/2021, di bulan Januari 2021.
Pemerintah
mengumumkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap
Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.
Dalam
SKB tersebut, pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan
penguatan peran pemerintah daerah/kantor wilayah (kanwil)/ kantor Kementerian
Agama (Kemenag) sebagai pihak yang paling mengetahui dan memahami kondisi,
kebutuhan, dan kapasitas daerahnya. Pemberian kewenangan penuh dalam menentukan
izin pembelajaran tatap muka tersebut berlaku mulai semester genap tahun ajaran
dan tahun akademik 2020/2021, di bulan Januari 2021.
Proses pengisian Evaluasi Diri Sekolah
atau yang disingkat dengan EDS untuk tahun 2020 ini berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Terutama berbeda dalam hal responden dan aplikasi nya. Dalam rangka
pengumpulan data Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tahun 2020 di masa darurat
Covid-19, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah merilis Aplikasi EDS 2020 Covid-19. Prosedur
pengumpulan data telah mengalami penyesuaian agar efektif digunakan di masa
darurat pandemi Covid-19, diantaranya sebagai berikut:
Kemendikbud pada tahun 2021 akan menyelenggarakan Asesmen Nasional. Asesmen tersebut tidak dilakukan berdasarkan mata
pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini diterapkan
dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi
minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi.
Namun untuk asesmen pada tahun 2021 ini merupakan asesmen yang dilakukan untuk mencari data awal (baseline) untuk perbaikan mutu satuan pendidikan pada tahun-tahun selanjutnya. Sehingga sejatinya tidak ada yang perlu disiapkan satuan pendidikan untuk menyambut kegiatan asesmen tersebut.
Latar Belakang Asesmen Nasional
Seperti diketahui salah satu indikator yang menjadi acuan di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah Programme for International
Student Assessment (PISA). PISA sebagai metode penilaian internasional
merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat
global. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)
mencatat, peringkat nilai PISA Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 adalah:
Membaca (peringkat 72 dari 77 negara), Matematika (Peringkat 72 dari 78
negara), dan Sains (peringkat 70 dari 78 negara). Nilai PISA Indonesia juga
cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Hal inilah yang menjadi salah
satu alasan penggantian Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum,
yang nantinya akan berfokus pada literasi, numerasi, dan pendidikan karakter.
Dalam rangka menyiapkan siswa yang memiliki kecakapan abad ke-21, pemerintah
akan melakukan asesmen kemampuan minimum (AKM) pada tahun 2021 yang meliputi
asesmen pada literasi membaca dan numerasi, yaitu asesmen pada kemampuan
bernalar menggunakan bahasa (literasi membaca) dan asesmen kemampuan
bernalar menggunakan matematika (numerasi). Literasi membaca bukan hanya
sekadar kemampuan membaca secara harfiah tanpa mengetahui isi/makna dari bacaan
tersebut, melainkan kemampuan memahami konsep bacaan. Sementara itu, numerasi
bukan hanya sekadar kemampuan menghitung, melainkan kemampuan mengaplikasikan
konsep hitungan di dalam suatu konteks, baik abstrak maupun nyata.
AKM dapat menghasilkan peta kecakapan tentang literasi membaca dan
numerasi siswa pada kelas 5, 8, dan 11 yang dapat digunakan untuk memperbaiki
proses pembelajaran di satuan pendidikan. Oleh karena itu, soal-soal
yang dikembangkan untuk AKM bersifat kontekstual, berbagai bentuk soal,
mengukur kompetensi pemecahan masalah, dan merangsang siswa untuk berpikir
kritis. Penilaian dalam AKM mengacu pada tolok ukur yang termuat dalam Programme
for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS). Soal-soal AKM akan membuat siswa melahirkan
daya analisis berdasarkan suatu informasi, bukan membuat peserta didik
menghapal/mengingat-ingat materi.
Melalui
tulisan ini penulis mencoba memberikan gambaran apa itu Asesmen Nasional? Apa itu survey
karakter dan Bagaimana kita guru menerapkannya dalam pembelajaran.
Mungkin
banyak yang belum mengetahui apa itu Asesmen Nasional?, Apa beda UN dengan Asesmen Nasional? Apa itu AKM? Apa
itu Survey Karakter dan Lingkungan Belajar?. Sampai dengan bentuk soal, distribusi soal, persentase soal AKM tersebut dan contoh soal AKM. Serta dilengkapi dengan strategi guru dan bahan yang dapat di unduh pada bagian terakhir tulisan ini. Berikut penjelasannya :
Sesuai dengan
Kepmendikbud No 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan
pendidikan dalam kondisi khusus mengamanatkan bahwa pelaksanaan kurikulum saat
pandemi Covid-19 adalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik,
satuan pendidikan dan daerah. Jadi berdasarkan Kepmendikbud ini boleh dikatakan
bahwa pembelajarannya pun bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan dan
fasiltas yang ada pada siswa, guru, dan sekolah. Maka berdasarkan itu maka
penulis mencoba menjelaskan 3 model yang cocok sesuai kondisi saat ini yang
masih menerapkan pembelajaran jarak jauh ataupun bagi sekolah yang sudah
melalui tatap muka secara bergantian. Bagi sekolah yang sudah melaksanakan
tatap muka maka tepat sekali menggunakan model pembelajaran secara Blended
Learningdan yang masih pembelajaran jarak jauh dapat juga menggunakan
model Blended Learning disamping model Flipped Classroom dan
Model Pembelajaran Tematik.
Model-model pembelajaran ini dapat jadi merupakan pembelajaran inovatif atau variatif dari beberapa pembelajaran yang sudah pernah dilakukan oleh guru. Sehingga diharapkan siswa tidak bosan dalam pembelajarnnya.
Tulisan ini juga dilengkapi dengan video tentang seperti apa merancang pembelajaran dengan model-model ini. Video ini merupakan video dari rumah belajar Kemdikbud.
Model
pembelajaran flipped classroom adalah pembelajaran yang mengkombinasikan
antara pembelajaran di dalam kelas dengan pembelajaran di luar kelas dengan
tujuan untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar yang biasanya
dilakukan di kelas menjadi dilakukan di rumah. Sebaliknya, aktivitas belajar
yang biasanya dilakukan di rumah menjadi dilakukan di kelas. Guru sebagai
fasilitator mengemas materi pembelajaran dalam bentuk digital berupa video
untuk dipelajari siswa di rumah sehingga siswa sudah lebih siap belajar ketika
di kelas.
Sesuai
dengan pembelajaran jarak jauh saat ini, maka model pembelajaran flipped
classroom aktivitas kelas dilakukan secara virtual atau menggunakan Learning
Management System (LMS).
Secara
umum skenario pembelajarannya dimulai dengan memberikan penugasan beberapa
hari/minggu sebelum dibahas pada saat pembelajaran tatap muka secara virtual
atau LMS. Kemudian di dalam kelas secara daring siswa akan mempresentasikan
hasil belajarnya kepada guru dan teman-teman sekelasnya.
Pembelajaran
flipped classroom pertama siswa mempelajari topik sendiri, biasanya
menggunakan pelajaran video yang dibuat oleh guru atau bersama oleh pendidik
lain, guru tidak harus menciptakan video pembelajaran sendiri. Kemudian dalam
kelas, siswa kemudian mencoba untuk menerapkan pengetahuan dengan memecahkan
masalah dan melakukan kerja praktek. Pembelajaran flipped classroom
bukan hanya sekedar belajar menggunakan video pembelajaran, namun lebih
menekankan tentang memanfaatkan waktu di kelas daring agar pembelajaran lebih
bermutu dan bisa meningkatkan pengetahuan siswa.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Flipped Classroom
a. Persiapan
1)Sebelum
tatap muka guru memberikan materi dalam bentuk video materi pembelajaran, bank
soal, dan lembar kerja.
2)Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)Guru menyampaikan
secara garis besar materi yang akan dipelajari.
4)Guru memberi tugas
siswa untuk membuat presentasi (video/PPT) tentang penguasaan materi
pembelajaran/keterampilan yang telah terdapat dari berbagai sumber/bahan ajar
yang diberikan.
b. Kegiatan Pembelajaran
1)Setelah
diberikan penugasan oleh guru melalui berbagai media, maka siswa belajar secara
mandiri dan membuat pertanyaan tentang materi/keterampilan yang belum dipahami/dikuasai.
Pada tahap ini siswa mengolah informasi dari berbagai sumber/bahan ajar. Materi
pembelajaran dapat berupa video, bank soal, dan lembar kerja yang diberikan
oleh guru. Semua sumber belajar dan bahan ajar ini difasilitasi oleh guru.
2)Siswa
masuk ke dalam kelas virtual dan berdiskusi bersama siswa lain di bawah
bimbingan guru. Kegiatan ini dimulai dengan proses absensi kehadiran siswa
melalui google form atau yang lainnya.
3)Tahap
menerapkan kemampuan siswa dalam proyek dan simulasi video. Pada tahap ini siswa
akan membuat dan menayangkan melalui video/PPT yang sudah dibuat tentang penguasaannya
terhadap materi/keterampilan yang diberikan oleh guru.
4)Siswa
berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Peran guru saat diskusi adalah
memfasilitasi siswa agar mampu menuliskan ide atau gagasannya terkait masalah
yang diberikan.
5) Tahap
akhir guru melakukan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman/penguasaan siswa melalui
quiz pada akhir pembelajaran.
6)Memberikan
video/penugasan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
Tipe-tipe
Flipped Classroom
Menurut Utami (2017),
model pembelajaran flipped classroom memiliki beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Traditional Flipped
Traditional Flipped
merupakan model pembelajaran flipped classroom yang paling sederhana. Langkah
pembelajarannya adalah siswa menonton video pembelajaran yang diberikan guru di
rumah, lalu ketika di kelas maya atau secara daring melakukan kegiatan dengan mengerjakan
tugas yang diberikan. Kemudian di akhir pembelajaran dilakukan kuis.
b. Mastery Flipped
Mastery Flipped
merupakan perkembangan dari Traditional Flipped. Tahapan pembelajarannya hampir
serupa dengan Traditional Flipped, hanya saja pada awal pembelajaran diberikan
pengulangan materi pada pertemuan sebelumnya.
c. Peer Instruction Flipped
Peer Instruction
Flipped adalah model pembelajaran dimana siswa mempelajari materi dasar sebelum
memulai kelas melalui video. Ketika di kelas siswa menjawab pertanyaan
konseptual secara individu dan siswa diberikan kesempatan untuk saling beradu
pendapat terhadap soal yang diberikan untuk meyakinkan jawaban kepada temannya.
Di akhir pembelajaran diberikan tes pemahaman secara individu.
d. Problem Based Learning Flipped
Problem Based
Learning Flipped adalah model pembelajaran dimana siswa diberikan video yang
memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah yang akan muncul ketika di
kelas. pada model ini siswa bekerja dengan bantuan guru. Ketika di kelas, siswa
melakukan eksperimentasi dan evaluasi.
Agar lebih memahami model pembelajaran flipped classroom dapat dilihat dari tayangan video berikut ini.
Video Model Pembelajaran Flipped Classroom
2.Model Pembelajaran Blended Learning
Menurut
menurut Harding, Kaczynski dan Wood
(2005), Model
pembelajaran Blended Learning adalah pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran
jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang berbasis web)
dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta
didik. Pembelajaran tatap muka mempertemukan pendidik dengan murid dalam satu
ruangan untuk belajar dimana terdapat model komunikasi synchronous (langsung),
dan terdapat interaksi aktif antara sesama murid, murid dengan pendidik, dan
dengan murid lainnya. Pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik terencana
dan berorientasi pada tempat (place-based) dan interaksi sosial (Bonk
&Graham:2006).
Secara umum model pembelajaran blended
learning merupakan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka
virtual dan pembelajaran luring. Dalam pembelajaran luring siswa berkegiatan untuk
mendalami lagi materi yang sudah diberikan sebelumnya melalui penjelasan video,
audio, teks berupa e-modul atau ebook, dan lainnya yang sudah diberikan oleh
guru sebelumnya. Sumber pembelajaran ini dapat juga dimuat di blog/website guru
atau melalui portal e-learning yang dimiliki oleh sekolah.
Ada tiga hal yang menjadi kunci
kesuksesan dalam pembelajaran dengan model blended learning :
a.Interaksi positif antara guru dan
siswa.
b.b. Terdapat proses pendampingan guru
terhadap siswa secara berkesinambungan.
c. Pengintegrasian daring dan luring
memang mempunyai hubungan.
Tujuan Model Pembelajaran Blended Learning
Tujuan pembelajaran ini adalah:
1. Membuat siaw untuk berkembang lebih
baik di dalam pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dan prerefernsi dalam belajar.
2. Menyediakan peluang yang praktis dan
realistis bagi guru dan siswa untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat dan
terus berkembang.
3. Peningkatan penjadwalan fleksebilitas
bagi siswa dengan menggabungkan aspek terbaru dari tatap muka dan instruksi
online
Haughey (1998) mengungkapkan bahwa
terdapat tiga model dalam pengembangan pembelajaran Blended Learning, yaitu
model web course, web centric course, dan web enhanced course:
1. Model Web Course
adalah penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik
dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan
kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui Internet/e-learning.
2. Model Web Centric Course adalah penggunaan Internet yang memadukan antara belajar
jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui
Internet,dan sebagian lagi melalui tatap muka yang fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini pendidik bisa memberikan petunjuk pada peserta didik untuk
mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Peserta didik
juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan.
Dalam tatap muka, peserta didik dan pendidik lebih banyak diskusi tentang
temuan materi yang telah dipelajari melalui Internet tersebut.
Model ini lebih relevan untuk digunakan dalam
pengembangan pendidikan guru, dilihat dari kondisi, kultur dan infrastruktur
yangdimiliki saat ini. Secara substansial materi keguruan identik dengannilai
yang tidak hanya dapat ditransfer melalui pembelajaran tanpatatap muka,
melainkan diperlukandirect learning, sehingga unsur-unsurmodelling dari seorang
guru dapat diadaptasi dengan baik.Untuk penguasaan materi konseptual,
teoritikal dan keterampilandapat menggunakanBlended e-learning dengan sistem
jarak jauh.
3. Model Web Enhanced
Course adalah pemanfaatan Internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Oleh karena itu peran
pendidik dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di
Internet, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui Internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Penerapan pada model Web Enhanced Course digunakan
sebagai penunjang saja dalam memberikan materi pengayaan, berkomunikasi antar
peserta didik atau dengan narasumber lain yang dilakukan di luar jam
pembelajaran formal.
Langkah-Langkah Pembelajaran Model Web Course
a.Seeking of Information (Mencari Informasi)
Peserta didik mendengarkan penjelasan dari pendidik
secara luring melalui video/audio yang diberikan guru terkait materi yang akan
dipelajari dan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pendidik terkait
materi
Pada Langkah ini secara mandiri siswa
mempelajari informasi secara online dari berbagai sumber yang terkait dengan
topik yang telah ditentukan (youtube, blog guru, atau tautan lainnya) dan
mencatat sumber referensi yang sudah dibaca dan membuat rangkuman.
b.Acquisition of Informaation (Pemerolehan Informasi)
Peserta didik mendiskusikan hasil belajar mandiri
secara luring dengan teman-temannya orang Menginterprestasi dan mengelaborasi
informasi secara kelompok.
Pada tahap ini siswa secara individual
maupun bergabung dalam forum diskusi secara online untuk menanggapi topik yang
telah diposting oleh guru (dapat dilakukan di luar jam pelajaran) sampai mereka
mampu mengkomunkasikan Kembali dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil
intrepetasinya.
c.Synthesizing of Information (Mensintesis Pengetahuan)
Pada tahap ini siswa menyampaikan
hasil diskusi dan kesimpulan dari informasi yang diperoleh berupa laporan hasil
diskusi secara virtual atau menggunakan LMS (Learning Management System) seperti Moodle, Edmodo, Quipper, Kelase, dll yang berupa bahan presentasi (PPT, Video) ataupun tugas
yang dapat dikirim ke email guru, kelas maya, ataupun WAG.
Contoh sederhana langkah-langkah pembelajaran
secara umum dengan menerapkan Blended Learning.
Penerapan model blended learning
dilakukan terlebih dahulu harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang
ingindicapai, aktifitas pembelajaran yang
relevan,serta menentukan aktifitas mana
yang relevan dengan pembelajaran konvensional dan aktifitas mana yang relevan
untuk online learning, bagaimanakah penyampaian kontennya? Berapa persen untuk
pembelajaran tatap muka? dan berapa persen untuk pembelajaran online?
Kerangka
Pembelajaran Blended Learning
Kesulitan membuatblended
learning project plan? Ikutilangkah-langkah kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dan daring.
a.Lakukan analisis
Dalam merencanakan
kegiatan blended learning, mulailah dengan menganalisis karakteristik
peserta didik, materi, dan langkah-langkah yang akan dilakukan saat
pembelajaran tatap muka dan daring.
b.Buatlah rancangan
model blended learning
Tahap ini lebih
kepada membuat rencana pembelajaran, sistem sosial antara guru dan peserta
didik, gambaran reaksi cara guru mengajar dan respons terhadap peserta didik,
sistem pendukung untuk memaksimalkan pelaksanaan blended learning, serta
evaluasi hasil belajar.
c.Merancang materi
pembelajaran
Langkah selanjutnya
adalah merancang materi pembelajaran. Saat merancang materi, konten harus
berisi tentang profil guru, deskripsi mata pelajaran, capaian pembelajaran,
cara belajar, penilaian, dan sumber atau referensi materi. Sumber belajarnya
dapat berupa video, ebook, e-modul dan lainnya.
d.Panduan blended learning
untuk guru dan peserta didik
Dalam panduan ini,
Anda bisa membuat penjelasan peran guru dalam merespons peserta didik, dan
peran peserta didik dalam melaksanakan kewajiban dan tugas pembelajaran.
Video Model Pembelajaran Blended Learning
3.Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik biasanya diterapkan untuk tingkat sekolah dasar. Namun pada kondisi
pandemi ini dan sesuai dengan kurikulum pada kondisi khusus, maka pembelajaran
tematik ini dapat juga dilaksanakan untuk sekolah menengah seperti SMP dan
SMA/SMK.
Pembelajaran
tematik ini dilaksanakan karena sering guru memberikan penugasan yang terlalu
memberatkan siswa dan seringkali penugasan yang diberikan oleh guru antar mata
pelajaran hamper-hampir sama bentuk penugasannya. Sehingga alangkah baiknya
antar beberapa mata pelajaran yang mempunyai keterkaitan dalam materi atau
kompetensi dasar dibuat tugas secara bersama dengan pembelajaran berbasis tema.
Sebenarnya
selain pembelajaran tematik ini sebelumnya kita kenal juga pembelajaran dengan
penugasan proyek bersama. Dalam penugasan proyek bersama ini, siswa atau
kelompok siswa yang membuat suatu penugasan dapat dinilai oleh berbagai guru
dari beberapa mata pelajaran. Sehingga kesimpulannya penugasan tersebut tidak
memberatkan siswa dan sangat bermanfaat.
Karakteristik
model tematik
a.Menyenangkan karena
berangkat dari minat dan kebutuhan murid
b.Memberikan pengalaman
dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan murid
c.Hasil belajar dapat
bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d.Mengembangkan
keterampilan berpikir (critical thinking) murid sesuai dengan persoalan yang
dihadapi.
e.Menumbuhkan
keterampilan sosial melalui kerja sama (collaboration).
f.Memiliki sikap
toleransi, komunikasi (communicative), dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
g.Menyajikan kegiatan
yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi (problem solving and
creativity) dalam lingkungan murid
h.Murid tidak terbebani
tugas, karena produk tugas terpadu
Langkah-Langkah
Pendekatan Tematik
a.Menentukan KD yang dapat digunakan dalam
pembelajaran tematik.
KD
disini dapat berasal dari pemetaan sendiri atau menggunakan KD yang sudah dikeluarkan
Kemdikbud yang disebut dengan kurikulum pada kondisi khusus atau kurikulum
darurat.
b.Menentukan IPK untuk KD yang digunakan
dalam pembelajaran tematik.
IPK
dan KD ini disesuaikan dengan mata pelajaran lain yang mempunyai kesamaan untuk
menentukan topik dari tema yang akan dibahas dalam pembelajaran. Langkah ini
dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
a.Menentukan waktu pembelajaran bersama
guru mata pelajaran lain sesuai dengan jadwal pelajaran di sekolah.
Pada
tahap ini untuk menentukan jadwal secara bersama dengan guru lainnya dalam bentuk
team teaching nantinya. Perancangan ini dapat dilihat seperti pada tabel
di bawah ini.
Di bawah ini adalah
contoh indikator dari beberapa mata pelajaran yang sudah dipetakan dan sudah
ditentukan temanya.
IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH Oleh Wendhie Prayitno, S.Kom. M.T Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta
PELAKSANAAN
KURIKULUM PADA SATUAN PENDIDIKAN DALAM KONDISI KHUSUS (Kepmendikbud RI No.
719/P/2020) Oleh HM.
Hamka Cholil Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud
FLIP YOUR CLASS NOW;FLIPPED CLASSROOM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXO OLO
TASK oleh : Dr. Nofrion, M. Pd Dosen
Program Studi Pendidikan Geografi
Menurut UU Sisdiknas No
20 Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jadi perubahan
kurikulum adalah menyangkut kompetensi, materi, proses, dan penilaian. Kalau kompetensi
berhubungan dengan tujuan, materi berhubungan dengan isi dan bahan, proses berhubungan
dengan cara, dan penilaian berhubungan dengan pengaturan.
Tujuan
Pelaksanaan Kurikulum Pada Kondisi Khusus:
Pelaksanaan
Kurikulum pada Kondisi Khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi
Satuan Pendidikan untuk menentukan Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran Peserta Didik.
Tulisan ini mengenai cara membuat dan
melakukan asesmen diagnostik akademik dan merupakan lanjutan dari tulisan
sebelumnya tentang asesmen diagnostik non akademik. Tulisan dimulai dengan
pendahuluan tentang apa itu tes atau asesmen diagnostik, cara membuat asesmen
diagnostik untuk pembelajaran jarak jauh, melaksanakan asesmen, dan mengolah
hasil asesmen diagnostik akademik. Selain itu juga ada buku saku sebagai panduan
dalam merancang dan melaksanakan asesmen diagnostik akademik. Mudah-mudahan
bermanfaat agar pembelajaran jarak jauh yang kita laksanakan dalam masa pandemi
Covid-19 ini lebih bermakna bagi siswa-siswa kita.
Pendahuluan
Tes atau asesmen diagnostik dapat digunakan untuk mengukur
seberapa baik pemahaman siswa terhadap konsep–konsep kunci sebelum,
selama dan setelah proses pembelajaran (Edusains 2014, 21 Oktober 2016). Menurut
Arikunto (2013), tes atau asesmen diagnostik adalah tes atau asesmen yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal
tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Asesmen diagnostik dapat
dilakukan terhadap siswa yang sedang mempelajari materi. Hal ini perlu
dilakukan karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam
menangkap pelajaran. Ada siswa yang memiliki kesulitan dalam mengikuti
pelajaran, oleh karena itu guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa.
Selain terhadap siswa yang sedang
mempelajari suatu materi, asesmen
diagnostik dilakukan pada saat siswa akan mengakhiri materi. Melalui asesmen
ini maka guru akan mengetahui sejauh mana pelajaran dapat diikuti oleh siswa.
Melalui asesmen ini guru dapat memetakan pada bagian mana siswa mengalami
kesulitan, sehingga dapat segera disiapkan materi remedial.