Minggu, 03 April 2016
Minggu, 13 Maret 2016
Contoh Sertifikat Hasil Ujian Nasional SMA Tahun 2016
Sertifikat
Hasil Ujian Nasional untuk tahun pelajaran 2015/2016 ini berbeda
formatnya dengan SHUN tahun pelajaran sebelumnya. Perbedaan ini
terutama dari penggolongan nilai hasil ujian nasional yang berupa
kategori sangat baik (>85 - 100), baik (>70 - kurang atau sama
85), cukup (>55 - kurang atau sama 70), kurang (kurang atau sama
dengan 55). Kemudian juga ada penjelasan capaian setiap kompetensi siswa
untuk 6 mata pelajaran yang diujikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar SHUN:
Gambar Capaian Kompetensi Siswa:
Rabu, 09 Maret 2016
Pedoman Penilaian Kurikulum 2013 SMA Terbaru
Oleh:
Adi Saputra, M.Pd
A.
Penilaian Sikap
1.
Pengertian Penilaian
Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian
terhadap kecenderungan perilaku siswa sebagai hasil pendidikan, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda
dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang
digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk
mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi pekerti siswa sesuai
butir-butir sikap pada KD pada
KI1 dan KI2.
Penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial dilakukan secara berkelanjutan oleh guru mata
pelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas dengan menggunakan
observasi dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber.
Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4.
Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self
assessment) dan penilaian antarteman (peer
assessment) dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter siswa, yang
hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil
penilaian sikap oleh guru. Hasil penilaian sikap
selama periode satu semester ditulis dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan
perilaku siswa.
2.
Indikator Penilaian Sikap
a.
Sikap Spiritual
Penilaian sikap spiritual
dilakukan dalam rangka mengetahui
perkembangan sikap siswa dalam
menghargai, menghayati, dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya. Indikator sikap spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan butir-butir
nilai sikap yang tersurat. Sementara itu, indikator untuk penilaian
sikap spiritual yang dilakukan oleh guru mata pelajaran lain tidak selalu dapat
diturunkan secara langsung dari KD pada KI-1, melainkan dirumuskan dalam perilaku
beragama secara umum.
Berikut ini contoh indikator
sikap spiritual yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran: (1) berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; (2) menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya; (3) memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan; (4) bersyukur
atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa; (5) mensyukuri kemampuan manusia
dalam mengendalikan diri; (6) bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu;
(7) berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan
usaha; (8) menjaga lingkungan hidup di sekitar sekolah; (9) memelihara hubungan
baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; (10) bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia; (11) menghormati orang lain yang
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
b.
Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial
dilakukan untuk mengetahui
perkembangan sikap sosial siswa dalam
menghargai, menghayati, dan berperilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya. Sikap sosial dikembangkan terintegrasi dalam pembelajaran KD dari KI-3 dan
KI-4.
Indikator KD dari KI-2 mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn dirumuskan dalam perilaku
spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD mata pelajaran tersebut.
Sementara indikator KD dari KI-2 mata pelajaran lainnya dirumuskan dalam
perilaku sosial secara umum. Sebagai contoh: tidak menyontek dalam ujian,
mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.
Disamping itu, pada mata
pelajaran tertentu pada KD tertentu, dapat dikembangkan indikator yang secara
spesifik sesuai dengan karakteristik KD pada mata pelajaran tersebut.
Minggu, 31 Januari 2016
43 MODEL PEMBELAJARAN
Oleh:
Adi Saputra, M.Pd
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Berikut
ini 43 model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Namun model-model ini bukan lah sesuatu yang kaku masih dapat ditambah atau
digabung beberapa model dalam satu kali
pertemuan. Di samping itu juga model-model ini kita terapkan tergantung dengan
karakteristik mata pelajaran, waktu, sarana prasarana, intake siswa, dan faktor
lainnya yang sesuai dengan kondisi di satuan pendidikan masing-masing.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
1.
PICTURE AND
PICTURE
Langkah-langkah
:
1.
Menyajikan materi sebagai pengantar
2.
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi
3.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
4.
Menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.
Kesimpulan/rangkuman.
2.
DEMONSTRATION
Model ini
digunakan khusus untuk materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
Langkah-langkah :
1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan.
3.
Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4.
Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan.
5.
Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6.
Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga
pengalaman siswa didemontrasikan
7.
Guru membuat kesimpulan.
3.
EXPLICIT INTRUCTION
Merupakan model pembelajaran langsung khusus
dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan
pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah. Model ini dikembangkan oleh Rosenshina
& Stevens tahun 1986.
Langkah-langkah
:
1.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.
Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3.
Membimbing pelatihan
4.
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.
Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
4.
PENAMPILAN ACAK
Model ini merupakan pengembangan dari penulis
sendiri untuk memaksimalkan atau melihat kemampuan siswa di dalam pembelajaran.
Selain itu juga dapat menghidupkan suasana kelas.
Langkah-langkah:
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Menyajikan materi.
3.
Memberikan contoh.
4.
Mengecek pemahaman dengan cara siswa
tampil menjelaskan konsep atau mengerjakan soal. Siswa yang tampil secara acak
(misalnya melihat tanggal hari itu, maka siswa yang tampil sesuai dengan
tanggal yang dicocokkan dengan nomor urut di daftar hadir di kelas).
5.
Seandainya siswa tidak bisa
menjelaskan atau mengerjakan soal, maka siswa diminta untuk menampilkan
kebolehannya di depan kelas (misal menyanyi, dll).
6.
Guru menyimpulkan.
5.
EXAMPLES NON
EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus atau gambar yang
relevan dengan KD.
Langkah-langkah
:
1.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2.
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
3.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.
Sabtu, 16 Januari 2016
KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING, PROBLEM BASED LEARNING, DAN PROJECT BASED LEARNING
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran
pada pendidikan dasar dan menengah pada lampirannya menyatakan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempunyai nama, ciri,
sintak, pengaturan, dan budaya. Pada lampiran tersebut juga disebutkan model pembelajaran yang
mendukung penerapan pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran
Berbasis Penemuan (Discovery Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning). Tulisan ini akan memaparkan defenisi, konsep,
penjelasan kegiatan siswa/guru dalam sintak, penilaian, dan contoh dalam
kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk setiap model.
1.
Pembelajaran Berbasis
Penemuan (Discovery Learning)
a.
Definisi dan Konsep
1)
Definisi
Discovery mempunyai prinsip
yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada
peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Pada Discovery Learning materi
yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan
tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui
dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.
2)
Konsep
Di dalam proses belajar,
Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,
peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah
hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui
kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan
hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Senin, 11 Januari 2016
Indikator Sekolah yang Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013
Oleh :
Adi Saputra, M.Pd
Adi Saputra, M.Pd
Sesuai dengan kurikulum 2013
pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan saintifik yang mengedepankan siswa
yang aktif dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik ini dipengaruhi oleh aliran
konstruktivisme. Konstruktivisme ini memantapkan
teori-teori belajar sebelumnya dan memberikan pencerahan bagi peralihan dari konsep
belajar yang berpusat pada guru (teacher-centred learning) ke arah konsep belajar
yang berpusat pada peserta didik (student-centred
learning).
Orientasi yang berpusat kepada peserta didik pada akhirnya diwujudkan dalam pendekatan belajar aktif (active learning approach).
Kriteria penerapan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dikemukakan dalam bentuk
indikator proses belajar. Indikator dirumuskan agar dapat digunakan
sebagai pedoman observasi
di tingkat sekolah.
1. Indikator Sekolah yang Melaksanakan Pembelajaran yang Berpusat
Pada Peserta Didik
Indikator (tanda-tanda) terjadinya
proses belajar yang aktif dan kreatif pada setting
sekolah, ditinjau dari aspek sumber daya manusia, ekspektasi/harapan sekolah, tata tertib, fokus kurikulum, kegiatan sekolah, lingkungan, fasilitas, nilai dan norma, serta kreativitas
dan inovasi, adalah sebagai
berikut:
a. Ekspektasi sekolah, kreatifitas, dan inovasi
1) Prestasi belajar peserta didik lebih ditekankan pada ”menghasilkan”daripada ”memahami.”
2) Sekolah menyelenggarakan ajang ‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat.
3) Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, pot bunga, tempat sampah).
4) Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis/
kapital untuk dijual.
5) Lebih baik jika ada pameran karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya sekali
dalam satu tahun.
6) Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut sekolah.
7) Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang.
8) Sekolah rapi, bersih, dan teratur.
9) Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah.
10) Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
11) Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru.
12) Ada forum penyaluran keluhan peserta didik.
13) Iklim sekolah lebih demokratis.
14) Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat pendidikan menengah
ada lomba karya ilmiah peserta didik.
15) Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat.
16) Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif.
17) Peserta didik mengetahui dan dapat menjelaskan tentang lingkungan sekolah (misalnya, nama
guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu).
18) Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
19) Ada forum diskusi atau musyawarah antara kepala sekolah dan guru maupun tenaga
kependidikan lainnya secara rutin.
20) Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra dari berbagai pihak yang terkait
(stakeholders).
a. Ekspektasi sekolah, kreatifitas, dan inovasi
1) Prestasi belajar peserta didik lebih ditekankan pada ”menghasilkan”daripada ”memahami.”
2) Sekolah menyelenggarakan ajang ‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat.
3) Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, pot bunga, tempat sampah).
4) Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis/
kapital untuk dijual.
5) Lebih baik jika ada pameran karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya sekali
dalam satu tahun.
6) Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut sekolah.
7) Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang.
8) Sekolah rapi, bersih, dan teratur.
9) Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah.
10) Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
11) Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru.
12) Ada forum penyaluran keluhan peserta didik.
13) Iklim sekolah lebih demokratis.
14) Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat pendidikan menengah
ada lomba karya ilmiah peserta didik.
15) Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat.
16) Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif.
17) Peserta didik mengetahui dan dapat menjelaskan tentang lingkungan sekolah (misalnya, nama
guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu).
18) Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
19) Ada forum diskusi atau musyawarah antara kepala sekolah dan guru maupun tenaga
kependidikan lainnya secara rutin.
20) Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra dari berbagai pihak yang terkait
(stakeholders).
KUMPULAN BAHAN SERBA SERBI TENTANG KURIKULUM 2013 TERBARU
Kurikulum 2013 sudah mengalami revisi sampai dengan bulan desember tahun 2015. Maka pada tahun 2016 ini merupakan tahun implementasi kurikulum 2013 yang mengalami revisi tersebut. Sejak bulan september tahun 2015 kemaren melalui program pendampingan kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA telah ditunjuk 300 sekolah SMA se Indonesia menjadi sekolah model. Sekolah penulis menjadi salah satu dari 300 sekolah tersebut dan penulis menjadi koordinator di klaster sekolah penulis, maka melalui tulisan ini penulis ingin berbagi bahan-bahan tentang kurikulum 2013 yang bisa di download. Bahan ini terdiri dari bahan presentasi dan bahan naskah yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari topik tertentu tentang kurikulum 2013.Bahan-bahan ini dimulai dari bahan untuk penyusunan dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan, bahan peminatan, panduan penyusunan silabus, RPP, penilaian, dan sebagainya. Mudah-mudahan bahan-bahan ini bermanfaat.
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2. Peminatan
3. Panduan Rencana Kerja Anggaran Sekolah
4.Analisis Konteks
5. Panduan Penyusunan Silabus
6. RPP
Bahan naskah
Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
Instrumen verivikasi dokumen 3 KTSP
Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
Instrumen verivikasi dokumen 3 KTSP
7. Model Pembelajaran
8. Penilaian
9. Remidial dan Pengayaan
10. Kepramukaan