Oleh :
Adi Saputra, M.Pd
Tulisan ini merupakan kupasan singkat tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Hal ini sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia
pendidikan kita, dahulu kita para guru juga disibukkan dengan salah satunya
membuat RPP yang mengintegrasikan 18 karakter. Kemudian saat ini kembali lagi
dengan PPK ini yang sesuai dengan nawacita dalam bentuk revolusi mental yang
dicanangkan oleh president kita. Sekarang memang untuk tahap awal
implementasinya masih untuk tingkat SD dan SMP, namun SMA/SMK bukan berarti
tidak mengimplentasikannya didalam pembelajaran atau menjadi budaya sekolah.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memberikan gambaran tentang PPK dan di
akhir tulisan ini terdapat bahan yang dapat Anda download untuk dipelajari lebih lanjut.
Pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan
pe rwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu
manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas
sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan
masyrakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek
totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1)
olah hati (spiritual & emotional development );
(2) olah pikir (intellectual development);
(3) olah raga dan kinestetik (physical
& kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development).
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di
satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari
program
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum
oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui
pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi
dan pengayaan.
1.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter
peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar
dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta
didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif
(olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor
(olah raga).
Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu: (a)
pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran
berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis
kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti:
karakter religious, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
2.Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari
Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,
shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran
dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga
pendidik, dan teman.