Slide 1

Berbagai macam moda pembelajaran

Slide 2

Literasi

Slide 3

Kegiatan Pramuka

Slide 4

Kerucut Pengalaman

Slide 5

Pembelajaran Aktif

Tampilkan postingan dengan label Pengelolaan Pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengelolaan Pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Februari 2017

Strategi Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah

Oleh :
Adi Saputra, M.Pd

Tulisan ini merupakan kupasan singkat tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Hal ini sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan kita, dahulu kita para guru juga disibukkan dengan salah satunya membuat RPP yang mengintegrasikan 18 karakter. Kemudian saat ini kembali lagi dengan PPK ini yang sesuai dengan nawacita dalam bentuk revolusi mental yang dicanangkan oleh president kita. Sekarang memang untuk tahap awal implementasinya masih untuk tingkat SD dan SMP, namun SMA/SMK bukan berarti tidak mengimplentasikannya didalam pembelajaran atau menjadi budaya sekolah. Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memberikan gambaran tentang PPK dan di akhir tulisan ini terdapat bahan yang dapat Anda download untuk dipelajari lebih lanjut.
Pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan pe rwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyrakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual           & emotional development ); (2) olah pikir (intellectual development); (3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development).

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu: (a) pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti: karakter religious, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
2.Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.

Minggu, 22 Januari 2017

Informasi Lomba-Lomba Tingkat SMA Sepanjang Tahun 2017

Dibawah ini informasi seputar kegiatan lomba yang dilaksanakan oleh direktorat pembinaan SMA.
Informasi ini dilengkapi dengan tanggal dan tempat.  Pada bagian bawah terdapat link download untuk mengunduh dokumen ini. Semoga Bermanfaat.
Jadwal Cuti Bersama
Jadwal Akademik UN dan USBN
Jadwal Berbagai Agenda Kegiatan

 Jadwal Olimpiade Sains (OSN)
Jadwal O2SN

Jadwal FLS2N
Jadwal Debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Jadwal Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI)
Jadwal FIKSI
Jadwal ARKI
Jadwal Kawah Kepemimpinan Pelajar


Link Download Informasi Lomba-Lomba:
Link 1

Kamis, 27 Oktober 2016

Cara Mengembangkan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Tulisan ini akan menjelaskan tentang gerakan literasi di sekolah. Gerakan literasi ini merupakan amanat dari Permendikbud No 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Program ini terdiri dari 3 tahap pelaksanaan, yakni tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Kegiatan literasi di sekolah biasanya dimulai dengan 15 menit peserta didik membaca buku yang bukan buku pelajaran. Selanjutnya bisa dibaca dari paparan ini tentang GLS ini. Tulisan ini juga dilengkapi dengan bahan panduan gerakan literasi, bahan presentasi yang bisa Anda download pada akhir tulisan. Mudah-mudahan bermanfaat.
Latar Belakang

Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Berdasarkan hal itulah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).  GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Taufik Ismail pada tahun 1997 mengadakan penelitian pada tingkat SMA di 13 negara. Beliau meneliti tentang kewajiban buku dalam pembelajaran, tersedianya buku wajib di perpustakaan sekolah, bimbingan menulis, dan pengajaran sastra di sekolah. Ternyata dari penelitiannya tersebut diperoleh data bahwa negara yang siswanya membaca buku tertinggi adalah amerika serikat dengan 32 judul buku, belanda dan perancis 30 judul buku, jerman 22, jepang dan swiss 15 buku, kanada 13, rusia, 12, brunei 7, singapura dan Malaysia 6, dan Thailand 5. Sedangkan Indonesia rata-rata 0 buku. Jadi dapat disimpulkan di zaman yang modern ini, 90% siswa Indonesia hanya mengandalkan hidupnya dengan melihat dan mendengar saja. Pada hal teknologi semakin modern tapi tanpa membaca buku maka berarti kita masih primitif.
Kalau kita bandingkan dengan siswa Algemene Middelbare School (SMA zaman Belanda dulu) di Yogyakarta wajib membaca 25 buku sastra dalam waktu 3 tahun, tak jauh di bawah SMA Forest Hills (New York), di atas SMA Wanne-Eickel (Jerman) hari ini. Superioritas AMS Hindia Belanda itu jadi luar biasa karena 25 buku itu dalam 4 bahasa, yaitu Belanda, Inggeris, Jerman dan Perancis. Siswa AMS wajib menulis 1 karangan seminggu. Karangan disetor, diperiksa guru, diberi angka. panjang karangan 1 halaman. 36 karangan setahun, 108 karangan 3 tahun. Ketika mereka masuk universitas, tugas menulis makalah dan skripsi dilaksanakan dengan sangat baik dan lancar.
Selanjutnya kalau kita hubungkan dengan bonus demografi pada tahun 2045 atau ulang tahun Republik Indonesia ke- 100 tahun. Maka seandainya kita tidak menyiapkan generasi kita sekarang maka bonus demografi pada saat itu hanya akan lewat begitu saja tanpa memberikan manfaat bagi Negara ini. Ledakan penduduk usia kerja adalah hal penting karena dengan peningkatan penduduk usia kerja memberikan peluang mendapatkan bonus demografi. Apabila ada respon kebijakan pemerintah daerah yang positif pada saat bonus demografi, maka akan terjadi peningkatan produktivitas. Bonus Demografi juga memberikan keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan penduduk usia non produktif sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang. 
Dalam konteks internasional, pemahaman membaca tingkat sekolah dasar (kelas IV) diuji oleh Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEAthe International Association for the Evaluation of Educational Achievement ) dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang dilakukan setiap lima tahun (sejak tahun 2001). Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD— Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Dalam PIRLS 2011 International Results in Reading , Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (IEA, 2012). Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA 2009  menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor ratarata OECD 496) (OECD, 2013) dari 65 negara yang berpartisipasi.  Data PIRLS dan PISA, khususnya dalam keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah.
Rendahnya keterampilan tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajaran yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat. Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS. Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini.

Minggu, 25 September 2016

Cara Mudah Membuat RPP Kurikulum 2013 Sesuai dengan Aturan Terbaru


Tulisan ini merupakan tulisan yang ketiga di dalam buku kerja guru yang pertama. Sebelumnya kita sudah membahas silabus dan sekarang kita akan membahas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP. Silabus yang sudah kita buat sebelumnya akan digunakan dalam pengembangan RPP. RPP yang baik bukalah RPP yang hanya bagus dalam redaksionalnya namun lebih penting adalah RPP tersebut bisa diterapkan dalam pembelajaran. Selanjutnya juga RPP tersebut idealnya akan berbeda pada setiap sekolah atau pun lebih ekstrim lagi akan berbeda pada setiap kelas, karena kondisinya akan berbeda pada setiap sekolah atau setiap kelas.
Pada tulisan ini dilengkapi uraian tentang komponen RPP serta contoh RPP yang telah mengalami perbaikan dan kita tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 selama peraturan ini belum direvisi dan Permendikbud No 53 Tahun 2015. Kemudian juga terdapat Permendikbud No 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses yang mengatur komponen-komponen yang terdapat pada RPP.
Tulisan ini juga dilengkapi dengan bahan pendukung yang bisa di-download untuk sebagai bahan bagi Bapak/Ibu guru dalam mengembangkan RPP-nya. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Maju Bersama, Hebat Semua!

Pendahuluan
Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang salah satunya tertera pada Permendiknas tentang Pembelajaran  Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah - Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014. Namun peraturan ini bisa jadi direvisi sesuai dengan beberapa perbaikan kurikulum 2013.
Perbaikan seperti disebutkan di atas itu salah satunya adalah 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah data, dan memgkomunikasikan) bukanlah prosedur atau langkah-langkah atau pendekatan pembelajaran. Namun 5M merupakan kemampuan proses berpikir yang perlu dilatih secara terus menerus melalui pembelajaran agar peserta didik terbiasa berpikir secara saintifik. Jadi penekanan pada kegiatan inti pada pembelajaran adalah pembelajaran yang berupa pembelajaran aktif (active learning).
Perbaikan selanjutnya yang berkaitan dengan RPP adalah rumusan KD pada KI-1 dan KD pada KI-2. Rumusan ini untuk mata pelajaran selain mata pelajaran pendidikan agama-budi pekerti dan PPKN tidak disusun secara koheren dan linier. Artinya KD-1 dan KD-2 hanya satu, yang ada nanti di silabus adalah KD-3 dan KD-4 yang disusun secara koheren dan linier yang selalu berpasangan.
Kemudian juga kurikulum 2013 sebenarnya menekankan pada pencapaian kompetensi yang terdapat pada KD bukan pada materi pelajaran, sehingga nanti ketuntasannya berupa ketuntasan KD begitu juga dengan penilaiannya. Guru juga seharusnya berpikir bahwasanya indikator-indikator berperan dalam menuntaskan KD, KD-KD berperan menuntaskan KI, KI-KI berperan menuntaskan SKL satuan pendidikan.

Format RPP
Secara lebih jelas komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                       :           SMAS Harapan Batam
Mata pelajaran                        :           Kimia
Kelas/Semester            :           ……/……………
Materi Pokok              :           …………………….
 Alokasi Waktu            :           …………………..

A.     Kompetensi Inti (KI)
KI-1 :  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 :  Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 : memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4 : mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan     
(KI ini sama untuk semua mata pelajaran)    
                                           
B.      Tujuan Pembelajaran

(Pada Permendikbud No 103 tidak terdapat, namun pada Permendikbud No 22 Tahun 2016 dituliskan lagi tujuan pembelajaran. Jadi sebaiknya kita tuliskan lagi, tujuan pembelajaran ini dirumuskan berdasarkan KD dengan kata kerja yang operasional yang dapat diamati dan diukur  yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kemudian tujuan pembelajaran sebaiknya tergambar kegiatan peserta didik di dalam pembelajaran, misalnya menggunakan metode atau melalui kegiatan apa pembelajaran tersebut dilaksanakan)

C.     Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
(KD untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan PPKN tetap dibuat mulai dari KD 1, KD 2, KD 3, dan KD 4, sedangkan mata pelajaran lainnya hanya KD 3 dan KD 4. Masing-masing KD dibuat IPK-nya. Indikator pencapaian kompetensi ini dapat juga ditulis atau dipilah sesuai dengan jumlah pertemuan yang akan dilaksanakan untuk KD tersebut)

D.     Materi Pembelajaran 
(Materi pembelajaran dapat memuat materi yang berupa faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.  Materi pembelajaran ini ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan IPK)

E.      Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (…..JP)
Indikator: …………………………………………………….
(indikator yang dirujuk untuk pembelajaran pertemuan pertama baik pengetahuan dan keterampilan)
      Metode/ Model Pembelajaran :……………………………….

Sabtu, 17 September 2016

CARA MUDAH MEMBUAT SILABUS KURIKULUM 2013 SESUAI DENGAN ATURAN YANG TERBARU

Tulisan ini merupakan tulisan kedua dalam buku kerja guru 1, tulisan pertama kemaren adalah cara membuat analisis SKL, KI, dan KD. Pada tulisan ini seperti pada tulisan sebelumnya juga dilengkapi dengan bahan-bahan pendukung yang bias di-download pada bagian akhir tulisan ini.
Analisis SKL, KI, dan KD menjadi salah satu patokan dalam membuat silabus. Silabus yang ada sekarang diistilahkan dengan “Silabus Inspirasi”, artinya silabus yang sekarang hanya merupakan dasar dalam pengembangan silabus yang akan dibuat oleh guru. Silabus yang dibuat dari Kemdikbud hanya terdiri dari 3 kolom yaitu kolom kompetensi dasar, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Contoh draf silabusnya dapat dilihat pada tabel silabus kimia di bawah ini:
Namun sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses memuat syarat minimal komponen yang terdapat dalam silabus. Komponen-komponennya: 
  1. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
  2. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
  3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
  4. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
  5. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
  6. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
  7. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
  8. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
  9. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
  10. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Sehingga berdasarkan komponen-komponen silabus seperti yang diamanatkan dalam Permendikbud tersebut, maka kita perlu membuat silabus seperti dalam format berikut.
 SILABUS

MATA PELAJARAN        :
SATUAN PENDIDIKAN  :
KELAS/SEMESTER        :
TOPIK/SUB TOPIK        :
KOMPETENSI INTI        :
KI 1
KI 2
KI 3
KI 4



Minggu, 11 September 2016

Cara Mudah Membuat Analisis SKL, KI, KD, dan IPK dalam Buku Kerja Guru Terbaru

Tulisan ini merupakan tulisan pertama dalam serial untuk Buku Kerja Guru yang terdiri dari 4 Buku. Buku 1 terdiri dari Analisis SKL, KI, KD, dan IPK; Silabus; RPP; dan KKM. Keempatnya merupakan suatu urutan yang dimulai dari analisis terlebih dahulu baru ke pembuatan silabus, RPP dan selanjutnya. Analisis SKL, KI, KD, dan IPK ini dilengkapi dengan bahan pendukung untuk mengerjakannya. Selamat mencoba dan mudah-mudahan bermanfaat.
Tolak ukur ketercapaian SKL dilakukan melalui ketercapaian KI, tolok ukur ketercapaian KI dilakukan melalui ketercapaian KD, sedangkan tolok ukur  ketercapaikan KD dilakukan melalui katercapaian IPK. Ketepatan dalam merumuskan IPK akan mempengaruhi efektifitas proses pembelajaran dan ketepatan pemilihan alat penilaian. Analisis kompetensi ini dilakukan untuk melihat keterkaitan dan keselarasan antar komponen dimaksud dan hasilnya digunakan untuk melihat ketercapaian kompetensi. Disamping itu juga analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan terhadap KI-KD pada kurikulum 2013 terbaru. Di bawah ini terdapat bahan yang dapat di-download untuk membantu memahami bahan yang berkaitan dengan analisis ini. 
Penjelasan:
  1. Standar Kompetensi Lulusan Terdapat dalam Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang SKL yang terdiri dari SKL sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
  2. Kompetensi Inti (KI) terdapat dalam Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang KI-KD (KI 1 dan KI 2 tersirat dalam pendahuluannya).
  3. Kompetensi Dasar (KD) terdapat dalam Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang KI-KD (KD 3 dan KD 4 sudah dipasangkan, sedangkan Mapel Agama dan budi Pekerti; PKN lengkap dengan KD 1, 2, 3, dan 4).
  4. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) diturunkan dari KD baik KD 1 dan KD 2 (Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PKN) KD 3 dan KD 4 (untuk mata pelajaran selain dari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PKN). Dalam merumuskan indikator pencapaian kompetensi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni: Kata kerja operasional hanya satu dan sebaiknya di mulai dari kompetensi yang rendah sampai mencapai kata kerja operasional kompetensi dasar terutama untuk materi yang baru dipelajari. Indikator pencapaian kompetensi untuk materi yang tidak sejenis atau sejalan sebaiknya dipisah menjadi beberapa indikator.   Indikator pencapaian kompetensi tujuannya adalah untuk mencapai KD. Penentuan indikator pencapaian kompetensi memperhatikan kemampuan siswa dan  kondisi sekolah.                                                                                                                

Jumat, 13 Mei 2016

KATA-KATA BIJAK UNTUK AFIRMASI DALAM KELAS


Oleh : Adi Saputra, M.Pd

Kelas merupakan tempat pembelajaran atau proses belajar mengajar dan sebagian besar waktu peserta didik berada di sini. Mulai dari pagi sampai pulang sekolah dengan rata-rata 6 - 7 jam dalam satu hari. Jadi memang selayaknya lah kelas harus didesain senyaman dan sebaik mungkin yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kelas sebaiknya juga
di tempeli dengan karya peserta didik, foto pahlawan, lambang negara, dan asesoris lainnya. Namun tidak kalah penting juga perlu ditambahkan juga dengan kata-kata motivasi atau berupa kata-kata afirmasi.
Afirmasi diri adalah pernyataan positif atau kalimat yang ditujukan untuk diri sendiri yang bisa mempengaruhi pikiran bawah sadar untuk membantu peserta didik mengembangkan persepsi yang lebih positif terhadap dirinya sendiri. Adanya sebuah afirmasi bisa membantu peserta didik mengubah perilaku yang merugikan atau untuk mencapai suatu tujuan, dan afirmasi juga bisa memulihkan luka yang disebabkan oleh kalimat-kalimat negatif yang berulang-ulang kita katakan kepada diri sendiri sebagai seorang peserta didik (atau dikatakan berulang-ulang oleh orang lain kepada mereka) sehingga membentuk persepsi diri yang negatif.Di bawah ini terdapat beberapa kata-kata afirmasi yang penulis peroleh dari beberapa sumber dan kata-kata afirmasi ini bisa ditempel di dinding kelas. Mudah-mudahan bermanfaat.

Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia
 – Nelson Mandela

Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini
Malcolm X

"Bila Anda tidak mempunyai visi akan seperti bagaimana masa depan Anda, maka masa depan Anda tersebut terancam menjadi sekedar pengulangan dari semua yang terjadi di masa lalu Anda."
-A. R. Bernard

Tujuan dari belajar adalah terus tumbuh. Akal tidak sama dengan tubuh, akal terus bertumbuh selama kita hidup
Martimer Adler

"Aku mungkin tidak tahu kunci sukses itu apa, tetapi aku tahu dengan pasti bahwa kunci kegagalan itu adalah mencoba menyenangkan semua orang (Ini tidak mungkin bisa Anda lakukan)."
-Bill Cosby-

Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan. Ia harus dicari dengan semangat dan disimak dengan tekun
 Abigail Adams

Minggu, 31 Januari 2016

43 MODEL PEMBELAJARAN



 Oleh:
Adi Saputra, M.Pd
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berikut ini 43 model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Namun model-model ini bukan lah sesuatu yang kaku masih dapat ditambah atau digabung beberapa  model dalam satu kali pertemuan. Di samping itu juga model-model ini kita terapkan tergantung dengan karakteristik mata pelajaran, waktu, sarana prasarana, intake siswa, dan faktor lainnya yang sesuai dengan kondisi di satuan pendidikan masing-masing. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.

1.              PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1.         Menyajikan materi sebagai pengantar
2.         Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
3.         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
4.         Menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.         Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6.         Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.         Kesimpulan/rangkuman.

2.             DEMONSTRATION
Model ini digunakan khusus untuk materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
             Langkah-langkah :
1.         Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.         Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan.
3.         Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4.         Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5.         Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6.         Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan
7.         Guru membuat kesimpulan.

3.             EXPLICIT INTRUCTION
Merupakan model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah. Model  ini dikembangkan oleh  Rosenshina & Stevens tahun 1986.
Langkah-langkah :
1.         Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.         Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3.         Membimbing pelatihan
4.         Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.         Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

4.              PENAMPILAN ACAK
Model ini merupakan pengembangan dari penulis sendiri untuk memaksimalkan atau melihat kemampuan siswa di dalam pembelajaran. Selain itu juga dapat menghidupkan suasana kelas.
Langkah-langkah:
1.            Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.            Menyajikan materi.
3.            Memberikan contoh.
4.            Mengecek pemahaman dengan cara siswa tampil menjelaskan konsep atau mengerjakan soal. Siswa yang tampil secara acak (misalnya melihat tanggal hari itu, maka siswa yang tampil sesuai dengan tanggal yang dicocokkan dengan nomor urut di daftar hadir di kelas).
5.            Seandainya siswa tidak bisa menjelaskan atau mengerjakan soal, maka siswa diminta untuk menampilkan kebolehannya di depan kelas (misal menyanyi, dll).
6.            Guru menyimpulkan.

5.              EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah :
1.         Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.         Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
3.         Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
4.         Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.         Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.         Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.         Kesimpulan.