Kategori
dan Proses Kognitif
|
Kata
Kerja Operasional
|
Defenisi
dan Contoh
|
1. Mengingat = mengambil pengetahuan dari
memori jangka panjang
|
||
1.1
Mengenali
|
Mengidentifikasi
|
Menempatkan
pengetahuan dalam memori jangka panjang
yang sesuai dengan pengetahuan tersebut (misalnya,
mengenali tanggal terjadinya peristiwa penting
dalam sejarah Indonesia)
|
1.2 Mengingat kembali
|
Mengambil
|
Mengambil
pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang
(misalnya mengingat kembali
tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah
Indonesia)
|
2.Memahami = Mengkonstruksi
makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar
oleh guru
|
||
2.1 Menafsirkan
|
Mengklarifikasikan
|
Mengubah satu bentuk
gambaran (misalnya angka) jadi bentuk lain (misalnya
kata-kata),(misalnya memparafrasekan
puisi menjadi karangan bebas)
|
Memparafrasekan
|
||
Mempresentasi
|
||
Menerjemahkan
|
||
2.2 Mencontohkan
|
Mengilustrasikan
|
Menemukan contoh atau ilustrasi tentang
konsep atau prinsip (misalnya memberi
contoh tentang aliran-aliran seni lukis)
|
Memberi contoh
|
||
2.3
Mengklasifikasikan
|
Mengategorikan
|
Menentukan sesuatu
dalam satu kategori (misalnya mengklasifikasikan
hewan-hewan bertulang belakang)
|
Mengelompokkan
|
||
2.4 Merangkum
|
Mengabstraksi
|
Mengabstraksikan tema
umum atau poin-poin
pokok (misalnya menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa
yang ditayangkan di televisi)
|
Menggeneralisasi
|
||
2.5 Menyimpulkan
|
Menyarikan,
|
Membuat
kesimpulan yang logis
dari informasi yang diterima (misalnya dalam
belajar bahasa Inggris,menyimpulkan tata bahasa
berdasarkan contohnya
|
Mengesktrapolasi,
|
||
Menginterpolasi,
|
||
Memprediksi
|
||
2.6 Membandingkan
|
Mengontraskan,
|
Menentukan
hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya (misalnya, membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan
sekarang)
|
Memetakan,
|
||
Mencocokkan
|
||
2.7 Menjelaskan
|
Membuat
model
|
Membuat
model sebab - akibat dalam sebuah sistem
(misalnya,menjelaskan
sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting
pada abad ke-18
di Indonesia
|
Sabtu, 17 Mei 2014
Contoh Kegiatan Pembelajaran Taksonomi Bloom Terbaru
Selasa, 13 Mei 2014
PENDALAMAN MINAT
A. Pengertian Pendalaman Minat
Mengacu kepada
ketentuan Pendalaman Minat dalam PP No. 32 tahun 2013 dan memperhatikan
pengertian program advanced tersebut, maka konsep Pendalaman Minat di SMA pada
dasarnya adalah suatu program yang dirancang bersama antara SMA dengan
Perguruan Tinggi terkait untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar
dapat memperkaya pengetahuan tentang mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia,
dan Biologi yang dipilihnya di SMA dengan mata kuliah dasar MIPA yang akan
dipilihnya di Perguruan Tinggi. Dengan demikian, Program Pendalaman Minat ini
memfasilitasi peserta didik di SMA untuk mengambil mata kuliah dasar MIPA di Perguruan Tinggi sesuai dengan bidang
peminatannya, sehingga akan memperpendek waktu belajarnya dalam mencapai program
tertentu di Perguruan Tinggi tersebut.
Program Pendalaman Minat berupa
pendalaman materi mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan yang diberikan
di kelas XII SMA. Materi pendalaman minat adalah Materi SMA dari kelas X sampai
dengan kelas XII yang memiliki kompetensi yang hampir sama dengan kompetensi/materi yang ada di Struktur
Kurikulum atau Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mata Kuliah Dasar untuk MIPA di
Perguruan Tinggi. Dengan demikian, peserta didik yang mengikuti program ini
pada saat lulus SMA sudah “menabung” sks untuk mata kuliah dasar MIPA, dan tidak perlu
mengambil lagi
mata kuliah tersebut,
sehingga memperpendek
waktu belajarnya dalam mencapai program tertentu di Perguruan Tinggi
B. Tujuan Program Pendalaman Minat di SMA
Tujuan Program Pendalaman Minat di
SMA adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan kompetensi peserta didik untuk persiapan
masuk ke Perguruan Tinggi;
2. Efisiensi pembelajaran dengan sinkronisasi Kompetensi
mata pelajaran MIPA di SMA dengan SAP Mata Kuliah Dasar untuk
MIPA di Perguruan Tinggi;
3.
Mendapatkan pengakuan satuan
kredit semester (sks) dari Perguruan Tinggi untuk mata kuliah dasar MIPA yang
sesuai dengan mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologidi
SMA melalui program pendalaman materi;
4. Memperpendek
waktu belajarnya dalam mencapai program tertentu di Perguruan Tinggi.
Jumat, 11 April 2014
SISTEM KREDIT SEMESTER
Oleh:
Adi Saputra,
S.Pd, M.Pd
a.
Konsep Dasar
SKS di SMA
Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan
program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar
dan mata pelajaran yang diikuti setiap
semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit
semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap
muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
Beban belajar merupakan ukuran yang menunjukan kuantitas
yang harus dilakukan oleh peserta didik mengikuti tugas-tugas pembelajaran
dalam bentuk kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur dalam rangka mencapai kompetensi. Beban belajar
menuntut konsekuensi peserta didik meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan
kegiatan yang telah didesain dalam silabus mata pelajaran yang waktunya telah
ditentukan. Beban belajar dengan kredit lebih besar menuntut pengorbanan lebih
banyak untuk melakukan tugas pembelajaran. Beban belajar mata pelajaran
dihitung untuk kegiatan tiap semester dan dinyatakan dalam satuan kredit
semeter.
Mata pelajaran didesain terdiri dari mata pelajaran yang
wajib diikuti oleh setiap peserta didik dan mata pelajaran pilihan yang diikuti
peserta didik berdasarkan minat, potensi, dan kebutuhannya sesuai dengan
pilihan karier dan masa depannya. Kegiatan tatap muka setiap mata pelajaran
dilaksanakan oleh guru atau tim guru dalam kelas yang berciri khusus mata
pelajaran dengan sistem Subject Based
Classroom dan team teaching.
Kegiatan tatap muka didesain dan ditetapkan waktunya oleh pendidik berdasarkan
jumlah satuan kreditnya.
Sistem subject-based classroom didefinisikan
sebagai manajemen kelas berbasis mata pelajaran; atau dapat dikatakan,
pembagian ruang kelas berdasarkan mata pelajaran, seperti Kelas Fisika, Kelas
Kimia, Kelas Biologi, dan seterusnya. Sistem subject-based classroom juga dinamakan moving class karena siswa berpindah (moving) dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan mata
pelajaran. Namun moving class bukan lah suatu keharusan, tergantung kondisi
sekolah masing-masing.
Model team-teaching didefinisikan sebagai tim
yang terdiri dari dua guru atau lebih yang bekerja bersama dalam merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi aktivitas pembelajaran untuk sekelompok siswa dalam
waktu yang sama. Salah satu model yang dipilih adalah collaborative-teaching, yaitu sebagai tim yang bekerja bersama
dalam perencanaan di kelas, pertukaran
informasi antar guru ataupun antar peserta
didik, evaluasi hasil belajar peserta didik dan tindak
lanjutnya.
Kamis, 10 April 2014
Model atau Metode Pembelajaran untuk Kelas Cerdas Istimewa
Oleh:
Adi Saputra, S.Pd, M.Pd
Pembelajaran di kelas
cerdas istimewa merupakan kegiatan nyata dalam mengimplementasikan kurikulum yang telah didiferensiasikan. Aspek- aspek
yang berkaitan
dengan pembelajaran
penting dibicarakan
diantaranya
adalah model pembelajaran. Pembelajaran untuk siswa cerdas istimewa Barbe dan
Renzulli menyarankan sebagai berikut:
1.
Membentuk
pengalaman
belajar
sesuai dengan rasa ingin tahu
alamiah siswa dengan menghadapkan pada masalah-masalah yang relevan
dengan kebutuhan, tujuan dan minat siswa.
2.
Memperkenankan
siswa untuk ikut
serta dalam menyusun
dan merencanakan kegiatan-kegiatan belajar.
3.
Memberi pengalaman dari kehidupan nyata yang meminta peran serta
aktif siswa dan mengembangkan kemampuan yang diperlukan
untuk itu.
4.
Sedapat mungkin guru bertindak sebagai penyampai informasi dan
tidak
memaksa
memberi pengetahuan yang belum siap diterima oleh
siswa.
5.
Mengusahakan agar
program
belajar cukup
fleksibel untuk
mendorong siswa melakukan penyelidikan, percobaan, dan penemuan
sendiri.
6.
Mendorong dan menghargai inisiatif, keingintahuan dan menguji, serta membangun orisinalitas.
7.
Membiarkan
siswa belajar
dari
kesalahannya dan
menerima akibatnya selama tidak berbahaya atau membahayakan.
Selanjutnya metode pengajaran bagi siswa cerdas istimewa yang disarankan oleh para ahli pendidikan bermacam-macam, namun
menurut
Akbar metode pembelajaran yang
paling sesuai adalah metode
pembelajaran yang
berorientasi pada cara
berpikir
induktif,
divergen
dan evaluatif.
Hafalan pada pembelajaran
di
program kelas
cerdas istimewa sejauh mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada tehnik yang berorientasi pada penemuan dan pendekatan induktif.
Sesuai
dengan
karakteristik
siswa
berbakat intelektual,
maka
guru
harus
menggunakan metode-metode yang
banyak memberi kesempatan
kepada
siswa agar
mereka
dapat
aktif berpikir, dapat menemukan masalah
dan
memecahkannya,
melakukan
percobaan- percobaan
dan penelitian ilmiah, menyusun laporan dan sebagainya.
Kitano mencontohkan metode-metode yang dapat
digunakan untuk mengajar siswa berbakat intelektual sebagi berikut :
1. Independent
study, ialah
memberikan
kesempatan yang luas
kepada siswa
gifted untuk mengerjakan
aktifitas
tertentu seperti melalukan proyek riset.
2. Memberikan kesempatan maju dengan cepat dan kesempatan untuk mempelajari unit
pelajaran yang
lebih tinggi,
yaitu
memberi
kesempatan untuk
mengusahakan aktivitas belajar baru dan menghindarkan
kebosanan
karena pengulangan terhadap
keterampilan
yang
sebenarnya sudah dikuasainya.
3. Mempraktekkan
tingkat proses berpikir tinggi,
yaitu
kegiatan belajar yang menuntut analisis, sintesis, dan cara berpikir divergen.
4. Pelibatan
pembicara
tamu, yaitu
mengundang
pembicara tamu dengan tujuan memperkaya informasi yang berkaitan dengan topik
yang
ada
pada
kurikulum.
5.
Mentors, ialah kegiatan belajar dimana seseorang
yang lebih tinggi
keahliannya melakukan diskusi dan bekerja dalam lapangan interes yang
menarik kedua belah pihak. Mungkin mentor dapat memberikan kesempatan bekerjasama dalam bentuk memberikan
bacaan, ide-ide dan melibatkan siswa dalam aktivitas-aktivitas ilmiah.
6. Pemberian materi yang lebih tinggi.