Slide 1

Berbagai macam moda pembelajaran

Slide 2

Literasi

Slide 3

Kegiatan Pramuka

Slide 4

Kerucut Pengalaman

Slide 5

Pembelajaran Aktif

Jumat, 01 Januari 2021

Persiapan dan Strategi Sekolah dalam Pembelajaran Tatap Muka Selama Pandemi Covid-19


Pendahuluan

Pemerintah daerah diberikan kewenangan penuh untuk menentukan izin pembelajaran tatap muka. Pemerintah mengumumkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.

Dalam SKB tersebut, pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan penguatan peran pemerintah daerah/kantor wilayah (kanwil)/ kantor Kementerian Agama (Kemenag) sebagai pihak yang paling mengetahui dan memahami kondisi, kebutuhan, dan kapasitas daerahnya. Pemberian kewenangan penuh dalam menentukan izin pembelajaran tatap muka tersebut berlaku mulai semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021, di bulan Januari 2021.

Senin, 21 Desember 2020

TUGAS KEPALA SEKOLAH DALAM MEMPERSIAPKAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA PADA BULAN JANUARI 2021

Pemerintah mengumumkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.

Dalam SKB tersebut, pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan penguatan peran pemerintah daerah/kantor wilayah (kanwil)/ kantor Kementerian Agama (Kemenag) sebagai pihak yang paling mengetahui dan memahami kondisi, kebutuhan, dan kapasitas daerahnya. Pemberian kewenangan penuh dalam menentukan izin pembelajaran tatap muka tersebut berlaku mulai semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021, di bulan Januari 2021.

Minggu, 25 Oktober 2020

PANDUAN SINGKAT APLIKASI EDS 2020 COVID-19

Proses pengisian Evaluasi Diri Sekolah atau yang disingkat dengan EDS untuk tahun 2020 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terutama berbeda dalam hal responden dan aplikasi nya. Dalam rangka pengumpulan data Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tahun 2020 di masa darurat Covid-19, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah merilis Aplikasi EDS 2020 Covid-19. Prosedur pengumpulan data telah mengalami penyesuaian agar efektif digunakan di masa darurat pandemi Covid-19, diantaranya sebagai berikut:

Minggu, 04 Oktober 2020

INFORMASI TERBARU SEPUTAR ASESMEN NASIONAL 2021 (ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM, SURVEY KARAKTER, DAN SURVEY LINGKUNGAN BELAJAR)

 

Kemendikbud pada tahun 2021 akan menyelenggarakan Asesmen Nasional. Asesmen tersebut tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini diterapkan dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi. 

Namun untuk asesmen pada tahun 2021 ini merupakan asesmen yang dilakukan untuk mencari data awal (baseline) untuk perbaikan mutu satuan pendidikan pada tahun-tahun selanjutnya. Sehingga sejatinya tidak ada yang perlu disiapkan satuan pendidikan untuk menyambut kegiatan asesmen tersebut.

Latar Belakang Asesmen Nasional

Seperti diketahui salah satu indikator yang menjadi acuan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah Programme for International Student Assessment (PISA). PISA sebagai metode penilaian internasional merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, peringkat nilai PISA Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 adalah: Membaca (peringkat 72 dari 77 negara), Matematika (Peringkat  72 dari 78 negara), dan Sains (peringkat 70 dari 78 negara). Nilai PISA Indonesia juga cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan penggantian Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum, yang nantinya akan berfokus pada literasi, numerasi, dan pendidikan karakter.

Dalam rangka menyiapkan siswa yang memiliki kecakapan abad ke-21, pemerintah akan melakukan asesmen kemampuan minimum (AKM) pada tahun 2021 yang meliputi asesmen pada literasi membaca dan numerasi, yaitu asesmen pada kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi membaca) dan asesmen kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi). Literasi membaca bukan hanya sekadar kemampuan membaca secara harfiah tanpa mengetahui isi/makna dari bacaan tersebut, melainkan kemampuan memahami konsep bacaan. Sementara itu, numerasi bukan hanya sekadar kemampuan menghitung, melainkan kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu konteks, baik abstrak maupun nyata.

AKM dapat menghasilkan peta kecakapan tentang literasi membaca dan numerasi siswa pada kelas 5, 8, dan 11 yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di satuan pendidikan. Oleh karena itu, soal-soal yang dikembangkan untuk AKM bersifat kontekstual, berbagai bentuk soal, mengukur kompetensi pemecahan masalah, dan merangsang siswa untuk berpikir kritis. Penilaian dalam AKM mengacu pada tolok ukur yang termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Soal-soal AKM akan membuat siswa melahirkan daya analisis berdasarkan suatu informasi, bukan membuat peserta didik menghapal/mengingat-ingat materi.

Melalui tulisan ini penulis mencoba memberikan gambaran apa itu Asesmen Nasional? Apa itu survey karakter dan Bagaimana kita guru menerapkannya dalam pembelajaran.

Mungkin banyak yang belum mengetahui apa itu Asesmen Nasional?, Apa beda UN dengan Asesmen Nasional? Apa itu AKM? Apa itu Survey Karakter dan Lingkungan Belajar?. Sampai dengan bentuk soal, distribusi soal, persentase soal AKM tersebut dan contoh soal AKM. Serta dilengkapi dengan strategi guru dan bahan yang dapat di unduh pada bagian terakhir tulisan ini. Berikut penjelasannya : 

Minggu, 20 September 2020

3 Model Pembelajaran Terbaik Untuk Pembelajaran Jarak Jauh

Sesuai dengan Kepmendikbud No 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus mengamanatkan bahwa pelaksanaan kurikulum saat pandemi Covid-19 adalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, satuan pendidikan dan daerah. Jadi berdasarkan Kepmendikbud ini boleh dikatakan bahwa pembelajarannya pun bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan dan fasiltas yang ada pada siswa, guru, dan sekolah. Maka berdasarkan itu maka penulis mencoba menjelaskan 3 model yang cocok sesuai kondisi saat ini yang masih menerapkan pembelajaran jarak jauh ataupun bagi sekolah yang sudah melalui tatap muka secara bergantian. Bagi sekolah yang sudah melaksanakan tatap muka maka tepat sekali menggunakan model pembelajaran secara Blended Learning dan yang masih pembelajaran jarak jauh dapat juga menggunakan model Blended Learning disamping model Flipped Classroom dan Model Pembelajaran Tematik.

Model-model pembelajaran ini dapat jadi merupakan pembelajaran inovatif atau variatif dari beberapa pembelajaran yang sudah pernah dilakukan oleh guru. Sehingga diharapkan siswa tidak bosan dalam pembelajarnnya.

Tulisan ini juga dilengkapi dengan video tentang seperti apa merancang pembelajaran dengan model-model ini. Video ini merupakan video dari rumah belajar Kemdikbud.

1.    Model Pembelajaran Flipped Classroom (Pembelajaran Terbalik)

Model pembelajaran flipped classroom adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran di dalam kelas dengan pembelajaran di luar kelas dengan tujuan untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar yang biasanya dilakukan di kelas menjadi dilakukan di rumah. Sebaliknya, aktivitas belajar yang biasanya dilakukan di rumah menjadi dilakukan di kelas. Guru sebagai fasilitator mengemas materi pembelajaran dalam bentuk digital berupa video untuk dipelajari siswa di rumah sehingga siswa sudah lebih siap belajar ketika di kelas. 


Sesuai dengan pembelajaran jarak jauh saat ini, maka model pembelajaran flipped classroom aktivitas kelas dilakukan secara virtual atau menggunakan Learning Management System (LMS).

Secara umum skenario pembelajarannya dimulai dengan memberikan penugasan beberapa hari/minggu sebelum dibahas pada saat pembelajaran tatap muka secara virtual atau LMS. Kemudian di dalam kelas secara daring siswa akan mempresentasikan hasil belajarnya kepada guru dan teman-teman sekelasnya.

Pembelajaran flipped classroom pertama siswa mempelajari topik sendiri, biasanya menggunakan pelajaran video yang dibuat oleh guru atau bersama oleh pendidik lain, guru tidak harus menciptakan video pembelajaran sendiri. Kemudian dalam kelas, siswa kemudian mencoba untuk menerapkan pengetahuan dengan memecahkan masalah dan melakukan kerja praktek. Pembelajaran flipped classroom bukan hanya sekedar belajar menggunakan video pembelajaran, namun lebih menekankan tentang memanfaatkan waktu di kelas daring agar pembelajaran lebih bermutu dan bisa meningkatkan pengetahuan siswa.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Flipped Classroom

     a. Persiapan 

1)     Sebelum tatap muka guru memberikan materi dalam bentuk video materi pembelajaran, bank soal, dan lembar kerja.

2)     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 

3)     Guru menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari.

4)     Guru memberi tugas siswa untuk membuat presentasi (video/PPT) tentang penguasaan materi pembelajaran/keterampilan yang telah terdapat dari berbagai sumber/bahan ajar yang diberikan.

     b. Kegiatan Pembelajaran

1)   Setelah diberikan penugasan oleh guru melalui berbagai media, maka siswa belajar secara mandiri dan membuat pertanyaan tentang materi/keterampilan yang belum dipahami/dikuasai. Pada tahap ini siswa mengolah informasi dari berbagai sumber/bahan ajar. Materi pembelajaran dapat berupa video, bank soal, dan lembar kerja yang diberikan oleh guru. Semua sumber belajar dan bahan ajar ini difasilitasi oleh guru.

2)     Siswa masuk ke dalam kelas virtual dan berdiskusi bersama siswa lain di bawah bimbingan guru. Kegiatan ini dimulai dengan proses absensi kehadiran siswa melalui google form atau yang lainnya.

3)     Tahap menerapkan kemampuan siswa dalam proyek dan simulasi video. Pada tahap ini siswa akan membuat dan menayangkan melalui video/PPT yang sudah dibuat tentang penguasaannya terhadap materi/keterampilan yang diberikan oleh guru.

4)     Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Peran guru saat diskusi adalah memfasilitasi siswa agar mampu menuliskan ide atau gagasannya terkait masalah yang diberikan. 

5) Tahap akhir guru melakukan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman/penguasaan siswa melalui quiz pada akhir pembelajaran.

6)   Memberikan video/penugasan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

Tipe-tipe Flipped Classroom 

Menurut Utami (2017), model pembelajaran flipped classroom memiliki beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

 

     a. Traditional Flipped 

Traditional Flipped merupakan model pembelajaran flipped classroom yang paling sederhana. Langkah pembelajarannya adalah siswa menonton video pembelajaran yang diberikan guru di rumah, lalu ketika di kelas maya atau secara daring melakukan kegiatan dengan mengerjakan tugas yang diberikan. Kemudian di akhir pembelajaran dilakukan kuis.

 

     b. Mastery Flipped 

Mastery Flipped merupakan perkembangan dari Traditional Flipped. Tahapan pembelajarannya hampir serupa dengan Traditional Flipped, hanya saja pada awal pembelajaran diberikan pengulangan materi pada pertemuan sebelumnya.

 

     c. Peer Instruction Flipped 

Peer Instruction Flipped adalah model pembelajaran dimana siswa mempelajari materi dasar sebelum memulai kelas melalui video. Ketika di kelas siswa menjawab pertanyaan konseptual secara individu dan siswa diberikan kesempatan untuk saling beradu pendapat terhadap soal yang diberikan untuk meyakinkan jawaban kepada temannya. Di akhir pembelajaran diberikan tes pemahaman secara individu.

 

     d. Problem Based Learning Flipped 

Problem Based Learning Flipped adalah model pembelajaran dimana siswa diberikan video yang memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah yang akan muncul ketika di kelas. pada model ini siswa bekerja dengan bantuan guru. Ketika di kelas, siswa melakukan eksperimentasi dan evaluasi.

Agar lebih memahami model pembelajaran flipped classroom dapat dilihat dari tayangan video berikut ini.

Video Model Pembelajaran Flipped Classroom

 

 

2.    Model Pembelajaran Blended Learning

 

Menurut menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Model pembelajaran Blended Learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang berbasis web) dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik. Pembelajaran tatap muka mempertemukan pendidik dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar dimana terdapat model komunikasi synchronous (langsung), dan terdapat interaksi aktif antara sesama murid, murid dengan pendidik, dan dengan murid lainnya. Pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik terencana dan berorientasi pada tempat (place-based) dan interaksi sosial (Bonk &Graham:2006). 

 

Secara umum model pembelajaran blended learning merupakan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka virtual dan pembelajaran luring. Dalam pembelajaran luring siswa berkegiatan untuk mendalami lagi materi yang sudah diberikan sebelumnya melalui penjelasan video, audio, teks berupa e-modul atau ebook, dan lainnya yang sudah diberikan oleh guru sebelumnya. Sumber pembelajaran ini dapat juga dimuat di blog/website guru atau melalui portal e-learning yang dimiliki oleh sekolah.

Ada tiga hal yang menjadi kunci kesuksesan dalam pembelajaran dengan model blended learning :

     a.Interaksi positif antara guru dan siswa.

b.          b. Terdapat proses pendampingan guru terhadap siswa secara berkesinambungan.

    c. Pengintegrasian daring dan luring memang mempunyai hubungan.

 Tujuan Model Pembelajaran Blended Learning

 Tujuan pembelajaran ini adalah:

      1. Membuat siaw untuk berkembang lebih baik di dalam pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dan prerefernsi dalam belajar.   

      2. Menyediakan peluang yang praktis dan realistis bagi guru dan siswa untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat dan terus berkembang.  

         3. Peningkatan penjadwalan fleksebilitas bagi siswa dengan menggabungkan aspek terbaru dari tatap muka dan instruksi online

 

Haughey (1998) mengungkapkan bahwa terdapat tiga model dalam pengembangan pembelajaran Blended Learning, yaitu model web course, web centric course, dan web enhanced course:

1. Model Web Course adalah penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui Internet/e-learning.  

2. Model Web Centric Course adalah penggunaan Internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui Internet,dan sebagian lagi melalui tatap muka yang fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pendidik bisa memberikan petunjuk pada peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Peserta didik juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pendidik lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui Internet tersebut.    

Model ini lebih relevan untuk digunakan dalam pengembangan pendidikan guru, dilihat dari kondisi, kultur dan infrastruktur yangdimiliki saat ini. Secara substansial materi keguruan identik dengannilai yang tidak hanya dapat ditransfer melalui pembelajaran tanpatatap muka, melainkan diperlukandirect learning, sehingga unsur-unsurmodelling dari seorang guru dapat diadaptasi dengan baik.Untuk penguasaan materi konseptual, teoritikal dan keterampilandapat menggunakanBlended e-learning dengan sistem jarak jauh.

3. Model Web Enhanced Course adalah pemanfaatan Internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Oleh karena itu peran pendidik dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di Internet, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui Internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

Penerapan pada model Web Enhanced Course digunakan sebagai penunjang saja dalam memberikan materi pengayaan, berkomunikasi antar peserta didik atau dengan narasumber lain yang dilakukan di luar jam pembelajaran formal.

 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Web Course

 a.  Seeking of Information (Mencari Informasi)

Peserta didik mendengarkan penjelasan dari pendidik secara luring melalui video/audio yang diberikan guru terkait materi yang akan dipelajari dan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pendidik terkait materi

Pada Langkah ini secara mandiri siswa mempelajari informasi secara online dari berbagai sumber yang terkait dengan topik yang telah ditentukan (youtube, blog guru, atau tautan lainnya) dan mencatat sumber referensi yang sudah dibaca dan membuat rangkuman.

 

 b.  Acquisition of Informaation (Pemerolehan Informasi)

Peserta didik mendiskusikan hasil belajar mandiri secara luring dengan teman-temannya orang Menginterprestasi dan mengelaborasi informasi secara kelompok.

Pada tahap ini siswa secara individual maupun bergabung dalam forum diskusi secara online untuk menanggapi topik yang telah diposting oleh guru (dapat dilakukan di luar jam pelajaran) sampai mereka mampu mengkomunkasikan Kembali dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil intrepetasinya.

 

c.  Synthesizing of Information (Mensintesis Pengetahuan)

Pada tahap ini siswa menyampaikan hasil diskusi dan kesimpulan dari informasi yang diperoleh berupa laporan hasil diskusi secara virtual atau menggunakan LMS (Learning Management System) seperti Moodle, Edmodo, Quipper, Kelase, dll yang berupa bahan presentasi (PPT, Video) ataupun tugas yang dapat dikirim ke email guru, kelas maya, ataupun WAG.



Contoh sederhana langkah-langkah pembelajaran secara umum dengan menerapkan Blended Learning.


Penerapan model blended learning dilakukan terlebih dahulu harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin  dicapai, aktifitas pembelajaran yang relevan,  serta menentukan aktifitas mana yang relevan dengan pembelajaran konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning, bagaimanakah penyampaian kontennya? Berapa persen untuk pembelajaran tatap muka? dan berapa persen untuk pembelajaran online? 

 

Kerangka Pembelajaran Blended Learning

Kesulitan membuat blended learning project plan? Ikutilangkah-langkah kegiatan pembelajaran secara tatap muka dan daring.

a.    Lakukan analisis

Dalam merencanakan kegiatan blended learning, mulailah dengan menganalisis karakteristik peserta didik, materi, dan langkah-langkah yang akan dilakukan saat pembelajaran tatap muka dan daring.

b.   Buatlah rancangan model blended learning

Tahap ini lebih kepada membuat rencana pembelajaran, sistem sosial antara guru dan peserta didik, gambaran reaksi cara guru mengajar dan respons terhadap peserta didik, sistem pendukung untuk memaksimalkan pelaksanaan blended learning, serta evaluasi hasil belajar.

c.    Merancang materi pembelajaran

Langkah selanjutnya adalah merancang materi pembelajaran. Saat merancang materi, konten harus berisi tentang profil guru, deskripsi mata pelajaran, capaian pembelajaran, cara belajar, penilaian, dan sumber atau referensi materi. Sumber belajarnya dapat berupa video, ebook, e-modul dan lainnya.

d.   Panduan blended learning untuk guru dan peserta didik

Dalam panduan ini, Anda bisa membuat penjelasan peran guru dalam merespons peserta didik, dan peran peserta didik dalam melaksanakan kewajiban dan tugas pembelajaran. 

Video Model Pembelajaran Blended Learning

  3.    Model Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik biasanya diterapkan untuk tingkat sekolah dasar. Namun pada kondisi pandemi ini dan sesuai dengan kurikulum pada kondisi khusus, maka pembelajaran tematik ini dapat juga dilaksanakan untuk sekolah menengah seperti SMP dan SMA/SMK.

Pembelajaran tematik ini dilaksanakan karena sering guru memberikan penugasan yang terlalu memberatkan siswa dan seringkali penugasan yang diberikan oleh guru antar mata pelajaran hamper-hampir sama bentuk penugasannya. Sehingga alangkah baiknya antar beberapa mata pelajaran yang mempunyai keterkaitan dalam materi atau kompetensi dasar dibuat tugas secara bersama dengan pembelajaran berbasis tema.

Sebenarnya selain pembelajaran tematik ini sebelumnya kita kenal juga pembelajaran dengan penugasan proyek bersama. Dalam penugasan proyek bersama ini, siswa atau kelompok siswa yang membuat suatu penugasan dapat dinilai oleh berbagai guru dari beberapa mata pelajaran. Sehingga kesimpulannya penugasan tersebut tidak memberatkan siswa dan sangat bermanfaat.

Karakteristik model tematik

a.    Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan murid

b.   Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan murid

c.    Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

d.   Mengembangkan keterampilan berpikir (critical thinking) murid sesuai dengan persoalan yang dihadapi.

e.    Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama (collaboration).

f.     Memiliki sikap toleransi, komunikasi (communicative), dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

g.    Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi (problem solving and creativity) dalam lingkungan murid

h.   Murid tidak terbebani tugas, karena produk tugas terpadu

 

Langkah-Langkah Pendekatan Tematik

a.    Menentukan KD yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik.

KD disini dapat berasal dari pemetaan sendiri atau menggunakan KD yang sudah dikeluarkan Kemdikbud yang disebut dengan kurikulum pada kondisi khusus atau kurikulum darurat.

b.   Menentukan IPK untuk KD yang digunakan dalam pembelajaran tematik.

IPK dan KD ini disesuaikan dengan mata pelajaran lain yang mempunyai kesamaan untuk menentukan topik dari tema yang akan dibahas dalam pembelajaran. Langkah ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini.


 

a.    Menentukan waktu pembelajaran bersama guru mata pelajaran lain sesuai dengan jadwal pelajaran di sekolah.

Pada tahap ini untuk menentukan jadwal secara bersama dengan guru lainnya dalam bentuk team teaching nantinya. Perancangan ini dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.

Di bawah ini adalah contoh indikator dari beberapa mata pelajaran yang sudah dipetakan dan sudah ditentukan temanya.

Contoh RPP Tematik:


Sumber :

https://www.kajianpustaka.com/2020/03/model-pembelajaran-flipped-classroom.html

https://primaindisoft.com/blog/mengenal-dan-menerapkan-metode-blended-learning-di-sekolah/

IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Oleh Wendhie Prayitno, S.Kom. M.T Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta

PELAKSANAAN KURIKULUM PADA SATUAN PENDIDIKAN DALAM KONDISI KHUSUS (Kepmendikbud RI No. 719/P/2020) Oleh HM. Hamka Cholil Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud

FLIP YOUR CLASS NOW;FLIPPED CLASSROOM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXO OLO TASK oleh : Dr. Nofrion, M. Pd Dosen Program Studi Pendidikan Geografi


 

Jumat, 18 September 2020

Kurikulum Pada Kondisi Khusus Sesuai Kepmendkbud No 719/P/2020

Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Jadi perubahan kurikulum adalah menyangkut kompetensi, materi, proses, dan penilaian. Kalau kompetensi berhubungan dengan tujuan, materi berhubungan dengan isi dan bahan, proses berhubungan dengan cara, dan penilaian berhubungan dengan pengaturan.

Tujuan Pelaksanaan Kurikulum Pada Kondisi Khusus:

Pelaksanaan Kurikulum pada Kondisi Khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi Satuan Pendidikan untuk menentukan Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran Peserta Didik.

Minggu, 23 Agustus 2020

Cara Membuat dan Melakukan Asesmen Diagnostik Akademik Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Tulisan ini mengenai cara membuat dan melakukan asesmen diagnostik akademik dan merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang asesmen diagnostik non akademik. Tulisan dimulai dengan pendahuluan tentang apa itu tes atau asesmen diagnostik, cara membuat asesmen diagnostik untuk pembelajaran jarak jauh, melaksanakan asesmen, dan mengolah hasil asesmen diagnostik akademik. Selain itu juga ada buku saku sebagai panduan dalam merancang dan melaksanakan asesmen diagnostik akademik. Mudah-mudahan bermanfaat agar pembelajaran jarak jauh yang kita laksanakan dalam masa pandemi Covid-19 ini lebih bermakna bagi siswa-siswa kita.

Pendahuluan

Tes atau asesmen diagnostik dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik pemahaman siswa terhadap konsep–konsep kunci sebelum, selama dan setelah proses pembelajaran (Edusains 2014, 21 Oktober 2016). Menurut Arikunto (2013), tes atau asesmen diagnostik adalah tes atau asesmen yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Asesmen diagnostik dapat dilakukan terhadap siswa yang sedang mempelajari materi. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap pelajaran. Ada siswa yang memiliki kesulitan dalam mengikuti pelajaran, oleh karena itu guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa.

Selain terhadap siswa yang sedang mempelajari suatu materi, asesmen diagnostik dilakukan pada saat siswa akan mengakhiri materi. Melalui asesmen ini maka guru akan mengetahui sejauh mana pelajaran dapat diikuti oleh siswa. Melalui asesmen ini guru dapat memetakan pada bagian mana siswa mengalami kesulitan, sehingga dapat segera disiapkan materi remedial