Minggu, 22 Januari 2012

Penggunaan Musik dalam Pembelajaran


Oleh:
Adi Saputra, M.Pd
 
Sejarah musik dalam peradaban manusia sudah sangat tua, setua usia peradaban itu sendiri. Musik merupakan satu aspek penting dalam hidup manusia dan respon kita terhadap musik, tampaknya sudah terukir dalam otak sejak kita dilahirkan. Dalam buku Music, Mind and Brain, Manfred Clynes menjelaskan bagaimana musik dapat mempengaruhi seluruh  aktivitas otak. Struktur musik yang harmonis, kualitas interval, timbre, pola nada dan tempo diproses pada otak kanan kita. Sedangkan perubahan yang cepat seperti pada volume suara, penataan nada suara, dan lirik diproses pada otak kiri.
Pengaruh musik juga dapat kita rasakan pada detak jantung kita. Saat kita mendengarkan musik, otak memproses apa yang kita dengar sehingga detak jantung kita cenderung  mengikuti atau sinkron dengan kecepatan musik tersebut. Hal ini menjelaskan mengapa saat kita mendengarkan musik dengan tempo yang tinggi, detak jantung kita  meningkat dan kita menjadi semangat. Saat kita mendengar musik dengan tempo yang rendah, misalnya sekitar 55-70 bit per menit, detak jantung akan melambat dan kita akan menjadi rileks.

 
Dari Adi Gunawan (2007:257) ada satu hasil  penelitian yang sangat mengejutkan yang diperoleh saat melakukan studi terhadap aktivitas otak saat belajar dan saat otak mendengarkan musik Mozart. Hasil pemindaian (scanning) terhadap aktivitas kedua belah otak menunjukkan gambar yang mirip atau hampir sama. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Frances Rauscher di Centre for the Neurobiology of Learning and Memory di Universitas California, menunjukkan bahwa dengan hanya dengan musik Mozart selama 10 menit telah dapat meningkatkan hasil tes pada bidang spasial dan abstrak reasoning. Hal ini berakibat pada meningkatnya nilai IQ sebesar 8-9 point. Walaupun efek peningkatan ini hanya bertahan selama sekitar 5 sampai 15 menit, namun ini merupakan penemuan yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa IQ dapat ditingkatkan.
          Selanjutnya, kalau kita hubungkan dengan teori multiple intelegences Howard Gardner, jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, logika-matematis, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal,  intrapersonal dan naturalis. Melalui delapan  jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu juga Amstrong menyebutkan kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Salah satu dari delapan jenis kecerdasan tersebut adalah kecerdasan musikal dan kita harus memahami karakteristik dari kecerdasan musikal ini. Karena di dalam kelas, siswa yang mempunyai kecerdasan ini biasanya menunjukkan perilaku yang kadang-kadang menurut guru yang belum memahaminya melakukan kegiatan yang kurang mengenakkan, misalnya sambil belajar bersenandung, bersiul, atau memukul-mukul mejanya dengan pena/pensil seperti seorang drummer.
Seorang anak yang memiliki kecerdasan musikal biasanya senang bernyayi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampu mendengarkan perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan secara bersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang membuat suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari, atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut.
Pembelajaran yang menerapkan kecerdasan musikal antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan musik sebagai musik latar, membuat inti materi ke dalam bentuk sebuah lagu, dan mengkaitkan materi pelajaran dengan musik. Musik sebagai musik latar digunakan dengan memilih lagu berupa musik instrumentalia yang terutama adalah musik klasik. Materi pelajaran dibuat ke dalam bentuk sebuah lagu dapat dilakukan dengan menggubah lirik atau syair lagu yang berisi materi pelajaran tersebut sesuai dengan irama lagu tertentu. Sedangkan mengkaitkan materi pelajaran dengan musik dapat dilakukan dengan cara mencari relevansi materi dengan musik tertentu.
                        Ada beberapa keuntungan dari penggunaan musik di dalam pembelajaran, yaitu: 1) membuat siswa rileks dan mengurangi stres, 2) mengurangi masalah disiplin, 3) meransang aktivitas dan kemampuan berpikir, 4) membantu kreativitas dengan membawa otak pada gelombang tertentu,  5) meransang minat baca, keterampilan motorik, dan perbendaharaan kata, dan 6) sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar.
                        Manfaat musik sebenarnya sangat tergantung pada cara kita menggunakannya, kapan dan apa jenis musiknya. Berikut adalah 10 cara untuk menggunakan musik di dalam pembelajaran terutama sebagai musik latar.
1.      Musik sebagai Pembukaan Pembelajaran
Musik bila digunakan pada waktu yang sesuai akan sangat membantu mempengaruhi mood dan atmosfir belajar.
Contoh musik: Sonata for Two Pianos in D dari Mozart, Paganini for Two dari Nicolo Paganini, The Universal (The Great Escape) dari Blur, atau dapat juga menggunakan musik yang lagi populer saat ini.
2.      Musik sebagai Pembatas Waktu
Musik dapat digunakan untuk menetapkan waktu bagi siswa di dalam proses pembelajaran. Caranya dengan menyebutkan bahwa siswa akan melakukan aktivitas tertentu selama musik berjalan, begitu musik selesai dibunyikan maka aktivitas selesai.
Contoh musik: Flight of the Bumble Bee dari Nicholas Risky Korsakof, Theme tune from Mission Impossible, Everyday is a Winding Road dari Sheryl Crow.
3.      Musik untuk Memperbaiki dan Meningkatkan Mood
Musik dapat digunakan untuk membuat perubahan mood dan suasana kelas. Misalnya musik dimainkan pada saat kelas merayakan suatu keberhasilan, maka yang terjadi adalah perasaan, emosi, sukses, kegembiraan, mood, dan atmosfir positif pada saat itu sedang berlangsung di kelas dijangkarkan pada musik.
Contoh musik: Tubthumping dari Chumbawamba dan Greatest Hits dari Gipsy Kings.
4.      Musik untuk Membangkitkan Semangat dan Energi
Saat suasana kelas yang agak menurun, siswa yang sudah mulai terlihat mengantuk, bosan atau letih, maka mainkan musik yang mempunyai tempo tinggi sambil melakukan aktivitas kinestetik atau brain gym. Lakukan selama 1-2 menit saja yang penting selain musiknya semangat, siswa juga diminta untuk bergerak dengan semangat dan antusias. Ini akan memperlancar sirkulasi darah ke otak sehingga badan akan terasa lebih segar.
Contoh musik: Sonata in C Major (K.388) dari Mozart, Walking in the Sun dari Usura/Datura, dan The Final Count Down dari Europe.
5.      Musik untuk Relaksasi
Bila ingin siswa ingin rileks setelah selesai mengerjakan tugas yang membutuhkan pemikiran yang dalam dan berat, atau sebelum mengerjakan tugas yang berhubungan dengan kreativitas maka mainkan musik yang temponya lambat. Musik tersebut bisa mempunyai tempo sekitar 40-55 atau 55-70 bit per menit.
Contoh musik: Nocturne in E Flat Major dari Chopin, Pachelbel’s Canon in D dari The Motion Picture, Symphony no 6 dari Beethoven, The Four Seasons dari Antonio Vivaldi, dan Water Music dari Handel.
6.      Musik untuk Membantu dan Mengarahkan Visualisasi
Musik yang tepat dapat sangat membantu melakukan visualisasi dan musik ini akan menjadi musik latar untuk membantu proses relaksasi.
Contoh musik: Air (Suite for Orchestra no 3) dari Bach, Symphonies no 94, 100, dan 101 dari Haydn, dan Clarinet Quintet in A dari Mozart.
7.      Musik untuk Membantu Diskusi
Saat melakukan diskusi, mainkan musik sebagai latar yang berperan dalam menciptakan atmosfir yang mendukung proses diskusi tersebut. Saat diskusi baru dimulai, mainkan musik dengan volume yang agak keras. Hal ini memaksa peserta diskusi untuk berbicara dengan suara keras. Ini akan sangat berguna untuk menyiasati siswa yang pemalu dan tidak berani berbicara dengan suara keras. Setelah diskusi berlangsung pada level suara yang diinginkan, maka turunkan volume musiknya.
Contoh musik: Galaxia dan Allegria dari Gypsy Kings, Life is a Rollercoaster dari Ronan Keating.
8.      Musik untuk Memperkuat Tema
Bila materi pelajaran dikemas dalam suatu tema, musik dengan tema yang sama akan sangat membantu untuk memperkuat tema tersebut. Yang paling mudah digunakan adalah musik yang berasal dari tema suatu film.
Contoh musik: The Whole New World dari Theme songs from Alladin, We Are the Champion dari Queen, dan What a Wonderful World dari Louis Armstrong.
9.      Musik Menemani Kegiatan Fisik untuk Membantu Sinkronisasi Otak
Musik digunakan untuk menemani aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan sinkronisasi otak, misalnya dengan brain gym.
Contoh musik: Let’s Twist Again dari Chubby Checker, Dancing Queen dari ABBA, La Bamba dari Los Lobos, dan Asereje dari Las Ketchup.
10.  Musik untuk Penutup
Kalau ada musik untuk pembukaan, maka harus ada musik untuk penutup. Musik ini dimainkan saat siswa telah selesai belajar dan bersiap untuk pulang.
Contoh musik: We Are the Champion dari Queen, Theme tune to the Lion King, Celebration dari Fun Factory.
Daftar Pustaka
Adi W. Gunawan.2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Armstrong, Thomas.1994. Multiple Intelegences in the Classroom. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Campbell, C. dan  Dickinson. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences. Jakarta : Intuisi Press.



2 komentar: