Pada tulisan sebelumnya kita
sudah membahas tentang pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning)
dan sekarang kita akan membahas pembelajaran yang menyenangkan (Joyful
Learning). Walaupun dalam pembelajaran kita sekarang dengan kurikulum yang
sudah berlaku sudah terdapat komponen ini, maka pendekatan ini merupakan
penguatan dalam penerapannya. Banyak hal dapat dilakukan guru dalam menerapkan
pembelajaran yang menyenangkan ini. Misalnya pembelajaran harus melibatkan
siswa, kelas yang aman bagi semua siswa, adanya proses umpan balik maupun
refleksi, sumber belajar yang berfariasi sesuai profil belajar siswa, dan lainnya.
Agar lebih memahami pendekatan ini silakan simak tulisan di bawah ini.
Baca Juga:
Pendekatan Meaningful Learning
(Pembelajaran Bermakna)
Pendekatan Mindful Learning
(Pembelajaran Penuh Kesadaran)
Pengertian Pendekatan Joyful
Learning
Frasa “belajar yang
menyenangkan” sering kali mengingatkan kita pada permainan dan aktivitas
kreatif. Meskipun elemen-elemen ini penting, memastikan bahwa siswa merasa
aman merupakan prasyarat penting agar mereka dapat menikmati sekolah.
Joyful Learning adalah pendekatan yang
meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Dengan menciptakan suasana
menyenangkan, siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Keunggulan
pendekatan ini adalah meningkatkan daya serap, membangun sikap positif, serta
mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri siswa.
Joyful Learning adalah pendekatan
pembelajaran yang menciptakan suasana belajar nyaman dan menyenangkan. Tujuannya
adalah agar siswa dapat belajar tanpa tekanan dan lebih bersemangat. Pendekatan
ini melibatkan berbagai metode kreatif yang menggabungkan elemen bermain,
kolaborasi, dan pengalaman yang bermakna. Dengan Joyful Learning,
siswa merasa bahagia, puas, dan terlibat aktif dalam proses belajar.
Penerapan Joyful Learning
sangat relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini. Banyak siswa yang merasa
jenuh dan kurang aktif, terutama saat belajar materi yang sulit atau monoton.
Konsep ini muncul sebagai jawaban terhadap masalah rendahnya motivasi belajar.
Suasana kelas yang terlalu formal dan menyajikan materi yang monoton membuat
siswa cepat bosan. Kurangnya variasi dalam metode pembelajaran juga menurunkan
antusiasme siswa. Joyful Learning berupaya mengatasi hal ini dengan
menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan penuh kreativitas. Pada
tabel di bawah ini dapat kita bandingkan antara pembelajaran yang menyenangkan
dengan yang tidak menyenangkan bagi siswa.
Joyful Learning menciptakan suasana belajar yang
rileks sehingga siswa merasa nyaman. Kondisi ini membantu siswa menerima
informasi dengan lebih mudah dan berpartisipasi aktif. Pendekatan ini
memungkinkan siswa lebih ekspresif dan berani menyampaikan ide tanpa takut
salah. Kenyamanan ini juga membangun kepercayaan diri, terutama dalam
kegiatan yang membutuhkan pemikiran kritis dan kreatif.
Selain itu, Joyful Learning
meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Motivasi ini mendorong siswa untuk
belajar dengan kemauan sendiri, karena mereka menikmati proses pembelajaran. Dengan
metode ini, siswa lebih mandiri dan cenderung mencari pengetahuan di luar kelas.
Joyful Learning juga mendorong kreativitas kreativitas melalui
eksperimen, permainan, dan proyek kolaboratif. Jadi, pembelajaran tidak
hanya sebatas hafalan, tetapi juga pengembangan keterampilan siswa.
Ciri-Ciri Pembelajaran yang
Menyenangkan
Adapun ciri-ciri pokok
Pembelajaran yang menyenangkan ( joyful learning ) ialah:
1. Adanya lingkungan yang rileks,
menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat
siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan
tinggi;
2. Terjaminnya ketersediaan materi
pelajaran dan metode yang relevan;
3. Terlibatnya semua indera dan
aktivitas otak kiri dan kanan;
4. Adanya situasi belajar yang
menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berfikir jauh ke depan
dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;
5. Adanya situasi belajar emosional
yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat,
waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.
Prinsip – Prinsip Joyful Learning
1. Enjoyble
Belajar
menyenangkan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
dan menyenangkan yang mendorong motivasi dan keterlibatan siswa. Ini berfokus
pada mengintegrasikan bermain dengan belajar, membuat proses belajar
santai dan menyenangkan bagi siswa, pada akhirnya mengarah pada keadaan
intelektual dan emosional yang positif bagi kedua pendidik dan siswa.
2. Real-Word
Belajar
yang menyenangkan melibatkan menghubungkan pengalaman belajar dengan situasi
kehidupan nyata, memungkinkan siswa untuk memahami relevansi dan aplikasi
dari apa yang mereka pelajari ke dunia di sekitar mereka. Prinsip ini menekankan
pentingnya membuat pembelajaran berarti dan praktis bagi siswa.
3. Relevant
Prinsip
relevansi dalam pembelajaran yang menyenangkan menekankan pentingnya membuat konten
dan kegiatan belajar relevan dengan minat siswa, pengalaman, dan dunia di
sekitar mereka. Dengan menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan siswa,
pendidik dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi, membuat pengalaman belajar
lebih berarti dan berdampak.
4. Collaboration
Belajar
yang menyenangkan mendorong kolaborasi di antara siswa, mempromosikan kerja
tim, komunikasi, dan keterampilan sosial. Prinsip ini menekankan nilai pengalaman
belajar kolaboratif, kegiatan kelompok, dan diskusi interaktif, yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan perkembangan sosial.
5. Student-Centered
Belajar
yang menyenangkan berpusat di sekitar kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa.
Ini melibatkan memberikan pilihan untuk penyelidikan, tanggapan, dan penciptaan
kepada siswa, memungkinkan mereka untuk mengambil kepemilikan pengalaman
belajar mereka. Prinsip ini menekankan pentingnya menyesuaikan pembelajaran
untuk siswa individu dan menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada
siswa dan tidak didominasi oleh guru yang menjelaskan atau metode ceramah.
Manfaat Pendekatan Joyful
Learning
Manfaat Joyful Learning
tampak pada keterlibatan siswa yang lebih tinggi. Siswa yang mengikuti Joyful
Learning cenderung lebih fokus dan mampu mengingat materi dengan lebih
baik. Pendekatan ini menurunkan kecemasan siswa, menciptakan lingkungan
positif, dan meningkatkan daya serap materi. Siswa menjadi lebih aktif bertanya
dan tidak ragu menyampaikan pendapat, sehingga terbentuk pola pikir positif
yang mendukung pembelajaran berkelanjutan.
Selain itu, Joyful Learning
membentuk sikap positif terhadap pendidikan. Pengalaman belajar yang
menyenangkan membuat siswa lebih terbuka terhadap kesempatan belajar di masa
depan. Sikap ini membantu membentuk pola pikir untuk belajar sepanjang hayat,
yang penting dalam pendidikan modern. Dengan Joyful Learning, siswa tidak hanya
memahami materi tetapi juga belajar menghargai proses belajar itu sendiri.
Langkah-langkah Joyful Learning
Penerapan Joyful Learning
membutuhkan kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar interaktif. Guru
dapat menggunakan berbagai metode, seperti permainan edukatif, video, atau
kegiatan praktis. Misalnya, metode "Loose Part" memanfaatkan
benda sederhana sebagai alat pembelajaran. Metode ini memberikan kebebasan
siswa untuk bermain dengan objek di sekitar mereka, sehingga meningkatkan
imajinasi dan kreativitas.
Langkah-langkah penerapan Joyful
Learning mencakup:
1. Persiapan: Guru memahami karakteristik
siswa dan memilih metode sesuai minat dan gaya belajar mereka. Pada tahap ini,
yel-yel atau ice-breaking dapat membangkitkan semangat siswa sejak awal kelas.
2. Penyampaian Materi: Materi disampaikan secara
bervariasi, misalnya melalui video, permainan, atau pembelajaran kooperatif.
Guru dapat menggunakan metode Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan
kompetisi sehat dan kolaborasi.
3. Latihan: Siswa diberikan latihan atau
tugas dengan metode kreatif, seperti proyek kelompok atau kegiatan eksploratif
yang berkaitan dengan materi kehidupan sehari-hari.
4. Penutup: Guru memberi waktu siswa untuk
menyampaikan pendapat dan menyimpulkan pelajaran. Ini membantu siswa memahami
informasi dengan kata-kata mereka sendiri, meningkatkan pemahaman secara
keseluruhan.
Joyful Learning akan efektif jika memenuhi
beberapa syarat utama. Pertama, guru perlu menciptakan lingkungan
yang nyaman dan bebas tekanan. Kedua, materi dan metode harus
relevan dengan kehidupan siswa. Guru juga perlu memahami karakter siswa
dan menyesuaikan pendekatan dengan gaya belajar mereka. Selain itu, guru
harus memiliki keterampilan mengelola kelas agar suasana tetap nyaman
selama proses pembelajaran.
Teknik Strategi Pembelajaran
Joyful Learning
Strategi pembelajaran joyful
learning diaplikasikan dalam beberapa teknik oleh seorang guru yang
profesional. Utami mengemukakan beberapa teknik untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan (Utami, 2013) sebagai berikut:
1. Mengawali kegiatan pembelajaran
dengan hal-hal yang menyenangkan.
Guru menciptakan suasana riang gembira dalam mengawali kegiatan pembelajaran
baik di dalam maupun di luar kelas. Sikap riang gembira dari guru akan
berpengaruh besar dalam membangkitkan motivasi peserta didik. Seorang guru yang
kreatif tentu dapat menciptakan “kondisi” (ice breaking) yang tepat
dalam suasana pembelajaran ataupun mampu mengkondisikan kembali suasana
pembelajaran yang mulai membosankan dan melelahkan sehingga kembali kepada
suasana yang penuh semangat. Guru harus pula memahami perasaan peserta
didiknya. Perasaan memberi kekuatan kepada mereka untuk bertindak sesuai dengan
apa yang dipercayainya. Dalam kehidupan sehari-hari peserta didik membutuhkan
guru yang dapat memahami perasaannya, namun yang sering terjadi dan sangat
memilukan hati peserta didik adalah terabaikannya perasaan peserta didik.
2. Menjauhi berbagai gaya komunikasi
yang kurang patut.
Gaya komunikasi yang kurang patut, akan berdampak negatif terhadap peserta
didik. Terdapat beberapa gaya komunikasi yang kurang patut yang harus dihindari
yakni:
a. gaya memerintah. Gaya ini paling sering terjadi
karena pendidik merasa dirinya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam kelas.
Peserta didik harus patuh dan taat kepada guru dan siapa yang melanggar akan
ditundukkan melalui ancaman. Contoh : Bu guru tidak suka kamu menangis, ayo
diam…! Awas…Jika kamu sekali lagi lupa membawa PR,
b. gaya memojokkan/menyalahkan. Gaya ini sering terjadi ketika kesabaran
guru sebagai pendidik menjadi tawar, tidak mau mngambil resiko dan tanggung
jawab, selalu menuding peserta didik sebagai sumber kesalahan. Contoh : Nah,
betulkan, kalau pak guru menerangkan kamu tidak serius, ulanganmu hasilnya jelek
semua. Kamu sih, malas belajar sehingga nilaimu jelek semua,
c. gaya meremehkan. Gaya ini sering terjadi karena
kurangnya pemahaman pendidik terhadap karakteristik dan keunikan masing-masing
peserta didik. Guru cenderung meremehkan peserta didik yang kemampuan
belajarnya sangat kurang dan menganggapnya sebagai anak bawang, begitu terhadap
peserta didik yang usil dan nakal. Contoh : Masa, pelajaran mudah seperti ini
kamu tidak dapat mengerjakan. Ah, kamu duduk di sana saja, biar tidak rebut dan
mengganggu,
d. gaya membandingkan. Gaya ini sering terjadi karena
pendidik terlalu memiliki harapan yang tinggi dan berlebih-lebihan, seakan-akan
kemampuan semua peserta didik sama. Contoh : Apa kalian tidak malu sama kelas
lain yang dapat piala. Apa kamu tidak merasa malu sama kakakmu yang selalu
juara kelas, (
e. gaya mencap termasuk melanggar
hak asasi peserta didik.
Biasanya gaya ini timbul akibat adanya sepenggal kelakuan yang melekat pada
penilaian guru terhadap peserta didik sebelumnya. Contoh : Kamu memang si anak nakal,
bandel, tidak tahu aturan, persis seperti kelakuan kakakmu dulu,
f. gaya mengancam. Gaya ini memperlihatkan ketidak
matangan dan ketidak siapan pendidikdalam mengahadapi berbagai sikap peserta
didik. Pendidik sering mengancam karena tidak mau terlibat berlama-lama dengan
kondisi yang tidak diharapkan. Contoh : Hei diam, rebut saja…! Kenapa kamu
cengar-cengir Badu, ayo keluar, mengganggu kosentrasi saya saja.
3. Menguasai keterampilan dasar
mengajar. Hal
tersebut sangat penting karena setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda, maka guru harus mengimbanginya dengan berbagai macam keterampilan
mengajar. Terdapat beberapa macam keterampilan mengajar yang harus dimiliki
seorang guru yakni:
a. keterampilan bertanya memegang peranan yang sangat penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran dengan tepat
akan memberikan dampak positif terhadap terhadap semangat belajar peserta
didik,
b. keterampilan memberi penguatan (reinforcement) merupakan
respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya
kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal, dan non
verbal. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian, seperti
bagus, tepat dan lain-lain. Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan
sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan,
c. keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan yang
harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengurangi atau menghilangkan
kebosanan peserta didik agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi dalam
pembelajaran. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan,
d. keterampilan menjelaskan yaitu penyajian informasi secara
lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan
yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, defenisi
dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi
yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan
ciri utama kegiatan menjelaskan,
e. keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran
yaitu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik agar mental atau perhatian
mereka terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan
efek yang positif terhadap kegiatan pembelajaran. Kegiatan membuka pembelajaran
tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pembelajaran, tetapi juga pada
awal setiap penggal kegiatan inti pembelajaran yang diberikan selama jam
pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan
yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi acuan dan membuat
kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh peserta didik dengan
bahan yang akan dipelajarinya,
f. keterampilan membimbing diskusi yaitu suatu proses yang teratur
dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil
kesimpulan dan memecahkan masalah,
g. keterampilan mengelola kelas yaitu keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran atau kegiatan untuk menciptakan
atau mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses pembelajaran,
misalnya penghentian tingkah laku peserta didik yang mengganggu perhatian,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh peserta didik,
dan penetapan norma kelompok yang produktif,
h. keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan yaitu
suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap
setiap peserta didik dan mengadakan interaksi antara guru dan peserta didik
maupun sesama peserta didik. Melakukan pembelajaran perorangan, perlu
diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir peserta didik agar apa yang
disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Jadi dalam
pembelajaran guru selain memberikan perhatian pada kelompok juga harus
memperhatikan peserta didik secara perorangan. Hal tersebut dilakukan karena
setiap peserta didik mempunyai gaya belajar dan daya serap yang berbeda-beda.
Dengan adanya perhatian guru terhadap kelompok dan perorangan, maka diharapkan
apa yang disampaikan oleh guru dapat diserap dan diterima peserta didik dengan
baik.
4. Menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat
mempertinggi motivasi peserta didik dan pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar peserta didik. Ada beberapa alasan bahwa media
pembelajaran dapat mempertinggi minat peserta didik dalam pembelajaran yakni:
a. pembelajaran akan lebih menarik
perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar,
b. bahan pembelajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan
memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran lebih baik,
c. metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
d. peserta didik lebih banyak melakukan
kegiatan pembelajaran sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan dan lain-lain.
5. Menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi.
Dalam kegiatan pembelajaran, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran karena metode menjadi sarana yang
memberi makna bagi materi yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian
rupa, sehingga dapat dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik. Tanpa
metode, suatu materi pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien
dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tidak tepat pula akan
menjadi penghalang dalam kelancaran proses pembelajaran sehingga banyak tenaga
yang terbuang dengan sia-sia. Oleh karena itu, metode yang ditetapkan oleh guru
dapat berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
6. Belajar dengan melakukan (learning
by doing).
Pada hakikatnya peserta didik senang apabila belajar sambil bekerja atau
melakukan aktivitas. Peserta didik akan punya harga diri apabila diberi
kesempatan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Untuk itu, peserta didik perlu
diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan
pikirannya, sehingga mereka belajar bagaimana cara belajar menemukan, mencari
dan menyelesaikan permasalahan. Lebih dari 2.400 tahun yang lalu Confucius
menyatakan :Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa
yang saya lakukan, saya paham.Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot
penting belajar aktif. Seperti yang digambarkan dalam kerucut pengalaman di
bawah ini juga.
Perbedaan Joyful Learning dan Fun
Learning
Joyful Learning dan Fun Learning sering
dianggap serupa karena keduanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Perbedaannya terletak pada pendekatan dan tujuan. Fun Learning fokus
pada kegiatan yang menghibur dan menarik perhatian siswa, tanpa mengutamakan
pemahaman yang mendalam. Fun Learning lebih mementingkan kesenangan
sementara, dengan aktivitas yang melibatkan fisik, tetapi tanpa kekekalan kuat
pada tujuan pembelajaran.
Joyful Learning lebih mendalam. Pendekatan
ini menggabungkan unsur kesenangan dan mencapai pemahaman kognitif siswa. Joyful
Learning tidak hanya membuat siswa bahagia selama belajar, tetapi juga
membantu mereka memahami manfaat dan relevansi materi. Pendekatan ini
melibatkan keterlibatan emosi dan kognitif secara seimbang, sehingga siswa
tidak hanya menikmati belajar tetapi juga memahami materi yang diajarkan. Joyful
Learning melibatkan diskusi, pemecahan masalah, atau eksperimen, yang
merangsang siswa berpikir kritis dan reflektif.
Secara umum, perbedaan ini dapat
dilihat dari hasil yang diharapkan. Fun Learning menghasilkan pengalaman
yang menyenangkan setiap saat, sedangkan Joyful Learning mengarah pada
keterampilan berpikir dan pemahaman yang mendalam. Joyful Learning bukan
sekedar kesenangan, tetapi juga melibatkan kesenangan dengan keterampilan
kognitif dan keterlibatan siswa. Dengan Joyful Learning, siswa tidak
hanya menikmati belajar, tetapi juga memperoleh kemampuan berpikir yang lebih
baik.
Meski efektif, Joyful Learning
memiliki beberapa tantangan. Proses penerapan model ini membutuhkan waktu dan
energi lebih dibandingkan metode tradisional. Guru perlu menyiapkan materi yang
kreatif dan merencanakan aktivitas menarik agar belajar tidak membosankan.
Pendekatan ini juga membutuhkan keterampilan tinggi dari guru, terutama dalam
hal kreativitas dan pemahaman karakteristik siswa. Selain itu, fasilitas yang
memadai diperlukan, seperti alat permainan atau media pembelajaran yang sesuai.
Kesimpulan
Joyful Learning adalah pendekatan yang meningkatkan
motivasi dan keterlibatan siswa. Dengan menciptakan suasana menyenangkan, siswa
merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Keunggulan pendekatan ini adalah
meningkatkan daya serap, membangun sikap positif, serta mengembangkan
kreativitas dan kepercayaan diri siswa. Meskipun membutuhkan usaha lebih dari
guru, Joyful Learning diharapkan mampu menjadikan pendidikan Indonesia
lebih bermakna. Model ini terbukti meningkatkan minat dan motivasi siswa,
menjadikan belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan dan bermakna.
Sumber:
Sufiani. 2021. JOYFUL LEARNING:
STRATEGI ALTERNATIF MENUJU PEMBELAJARAN MENYENANGKAN. Zawiyah, Jurnal Pemikiran
Islam. Vol. 7, No. 1, Juli 2021
Sholehuddin. 2013. JOYFUL
LEARNING. Bandung. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
Ghozali, Dkk. 2024. JOYFUL
LEARNING & MEDIA PEMBELAJARAN TEORI DAN PENERAPANNYA PADA KONTEKS
PENDIDIKAN. Sidoarjo. UMSIDA Press Redaksi.
https://tirto.id/metode-belajar-deep-learning-tak-usah-buru-buru-jika-belum-siap-g5H5
https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka
https://repository.radenintan.ac.id/4825/1/SKRIPSI%20MARLINA.pdf
https://www.indonesiana.id/read/176987/mengenali-joyful-learning
0 comments:
Posting Komentar