Minggu, 29 Desember 2024

Pendekatan Pembelajaran Menyenangkan (Joyful Learning)

Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas tentang pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning) dan sekarang kita akan membahas pembelajaran yang menyenangkan (Joyful Learning). Walaupun dalam pembelajaran kita sekarang dengan kurikulum yang sudah berlaku sudah terdapat komponen ini, maka pendekatan ini merupakan penguatan dalam penerapannya. Banyak hal dapat dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran yang menyenangkan ini. Misalnya pembelajaran harus melibatkan siswa, kelas yang aman bagi semua siswa, adanya proses umpan balik maupun refleksi, sumber belajar yang berfariasi sesuai profil belajar siswa, dan lainnya. Agar lebih memahami pendekatan ini silakan simak tulisan di bawah ini.

Baca Juga:

Pendekatan Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna)

Pendekatan Mindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran)

Informasi Seputar Deep Learning (Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning) sebagai Penguatan pada Kurikulum Merdeka

Pengertian Pendekatan Joyful Learning

Frasa “belajar yang menyenangkan” sering kali mengingatkan kita pada permainan dan aktivitas kreatif. Meskipun elemen-elemen ini penting, memastikan bahwa siswa merasa aman merupakan prasyarat penting agar mereka dapat menikmati sekolah.

Joyful Learning adalah pendekatan yang meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Dengan menciptakan suasana menyenangkan, siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Keunggulan pendekatan ini adalah meningkatkan daya serap, membangun sikap positif, serta mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri siswa.

Joyful Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar nyaman dan menyenangkan. Tujuannya adalah agar siswa dapat belajar tanpa tekanan dan lebih bersemangat. Pendekatan ini melibatkan berbagai metode kreatif yang menggabungkan elemen bermain, kolaborasi, dan pengalaman yang bermakna. Dengan Joyful Learning, siswa merasa bahagia, puas, dan terlibat aktif dalam proses belajar.

Penerapan Joyful Learning sangat relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini. Banyak siswa yang merasa jenuh dan kurang aktif, terutama saat belajar materi yang sulit atau monoton. Konsep ini muncul sebagai jawaban terhadap masalah rendahnya motivasi belajar. Suasana kelas yang terlalu formal dan menyajikan materi yang monoton membuat siswa cepat bosan. Kurangnya variasi dalam metode pembelajaran juga menurunkan antusiasme siswa. Joyful Learning berupaya mengatasi hal ini dengan menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan penuh kreativitas. Pada tabel di bawah ini dapat kita bandingkan antara pembelajaran yang menyenangkan dengan yang tidak menyenangkan bagi siswa.


Joyful Learning menciptakan suasana belajar yang rileks sehingga siswa merasa nyaman. Kondisi ini membantu siswa menerima informasi dengan lebih mudah dan berpartisipasi aktif. Pendekatan ini memungkinkan siswa lebih ekspresif dan berani menyampaikan ide tanpa takut salah. Kenyamanan ini juga membangun kepercayaan diri, terutama dalam kegiatan yang membutuhkan pemikiran kritis dan kreatif.

Selain itu, Joyful Learning meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Motivasi ini mendorong siswa untuk belajar dengan kemauan sendiri, karena mereka menikmati proses pembelajaran. Dengan metode ini, siswa lebih mandiri dan cenderung mencari pengetahuan di luar kelas. Joyful Learning juga mendorong kreativitas kreativitas melalui eksperimen, permainan, dan proyek kolaboratif. Jadi, pembelajaran tidak hanya sebatas hafalan, tetapi juga pengembangan keterampilan siswa.

Ciri-Ciri Pembelajaran yang Menyenangkan

Adapun ciri-ciri pokok Pembelajaran yang menyenangkan ( joyful learning ) ialah:

1.   Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan tinggi;

2.     Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;

3.     Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;

4.     Adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berfikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;

5.     Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.

Prinsip – Prinsip Joyful Learning


1.  Enjoyble

Belajar menyenangkan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menyenangkan yang mendorong motivasi dan keterlibatan siswa. Ini berfokus pada mengintegrasikan bermain dengan belajar, membuat proses belajar santai dan menyenangkan bagi siswa, pada akhirnya mengarah pada keadaan intelektual dan emosional yang positif bagi kedua pendidik dan siswa.

2.  Real-Word

Belajar yang menyenangkan melibatkan menghubungkan pengalaman belajar dengan situasi kehidupan nyata, memungkinkan siswa untuk memahami relevansi dan aplikasi dari apa yang mereka pelajari ke dunia di sekitar mereka. Prinsip ini menekankan pentingnya membuat pembelajaran berarti dan praktis bagi siswa.

3.  Relevant

Prinsip relevansi dalam pembelajaran yang menyenangkan menekankan pentingnya membuat konten dan kegiatan belajar relevan dengan minat siswa, pengalaman, dan dunia di sekitar mereka. Dengan menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan siswa, pendidik dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi, membuat pengalaman belajar lebih berarti dan berdampak.

4.  Collaboration

Belajar yang menyenangkan mendorong kolaborasi di antara siswa, mempromosikan kerja tim, komunikasi, dan keterampilan sosial. Prinsip ini menekankan nilai pengalaman belajar kolaboratif, kegiatan kelompok, dan diskusi interaktif, yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan perkembangan sosial.

5.  Student-Centered

Belajar yang menyenangkan berpusat di sekitar kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Ini melibatkan memberikan pilihan untuk penyelidikan, tanggapan, dan penciptaan kepada siswa, memungkinkan mereka untuk mengambil kepemilikan pengalaman belajar mereka. Prinsip ini menekankan pentingnya menyesuaikan pembelajaran untuk siswa individu dan menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa dan tidak didominasi oleh guru yang menjelaskan atau metode ceramah.

Manfaat Pendekatan Joyful Learning

Manfaat Joyful Learning tampak pada keterlibatan siswa yang lebih tinggi. Siswa yang mengikuti Joyful Learning cenderung lebih fokus dan mampu mengingat materi dengan lebih baik. Pendekatan ini menurunkan kecemasan siswa, menciptakan lingkungan positif, dan meningkatkan daya serap materi. Siswa menjadi lebih aktif bertanya dan tidak ragu menyampaikan pendapat, sehingga terbentuk pola pikir positif yang mendukung pembelajaran berkelanjutan.

Selain itu, Joyful Learning membentuk sikap positif terhadap pendidikan. Pengalaman belajar yang menyenangkan membuat siswa lebih terbuka terhadap kesempatan belajar di masa depan. Sikap ini membantu membentuk pola pikir untuk belajar sepanjang hayat, yang penting dalam pendidikan modern. Dengan Joyful Learning, siswa tidak hanya memahami materi tetapi juga belajar menghargai proses belajar itu sendiri.

Langkah-langkah Joyful Learning

Penerapan Joyful Learning membutuhkan kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar interaktif. Guru dapat menggunakan berbagai metode, seperti permainan edukatif, video, atau kegiatan praktis. Misalnya, metode "Loose Part" memanfaatkan benda sederhana sebagai alat pembelajaran. Metode ini memberikan kebebasan siswa untuk bermain dengan objek di sekitar mereka, sehingga meningkatkan imajinasi dan kreativitas.

Langkah-langkah penerapan Joyful Learning mencakup:

1.  Persiapan: Guru memahami karakteristik siswa dan memilih metode sesuai minat dan gaya belajar mereka. Pada tahap ini, yel-yel atau ice-breaking dapat membangkitkan semangat siswa sejak awal kelas.

2. Penyampaian Materi: Materi disampaikan secara bervariasi, misalnya melalui video, permainan, atau pembelajaran kooperatif. Guru dapat menggunakan metode Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan kompetisi sehat dan kolaborasi.

3.  Latihan: Siswa diberikan latihan atau tugas dengan metode kreatif, seperti proyek kelompok atau kegiatan eksploratif yang berkaitan dengan materi kehidupan sehari-hari.

4.  Penutup: Guru memberi waktu siswa untuk menyampaikan pendapat dan menyimpulkan pelajaran. Ini membantu siswa memahami informasi dengan kata-kata mereka sendiri, meningkatkan pemahaman secara keseluruhan.

Joyful Learning akan efektif jika memenuhi beberapa syarat utama. Pertama, guru perlu menciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas tekanan. Kedua, materi dan metode harus relevan dengan kehidupan siswa. Guru juga perlu memahami karakter siswa dan menyesuaikan pendekatan dengan gaya belajar mereka. Selain itu, guru harus memiliki keterampilan mengelola kelas agar suasana tetap nyaman selama proses pembelajaran.

Teknik Strategi Pembelajaran Joyful Learning

Strategi pembelajaran joyful learning diaplikasikan dalam beberapa teknik oleh seorang guru yang profesional. Utami mengemukakan beberapa teknik untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (Utami, 2013) sebagai berikut:

1. Mengawali kegiatan pembelajaran dengan hal-hal yang menyenangkan. Guru menciptakan suasana riang gembira dalam mengawali kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Sikap riang gembira dari guru akan berpengaruh besar dalam membangkitkan motivasi peserta didik. Seorang guru yang kreatif tentu dapat menciptakan “kondisi” (ice breaking) yang tepat dalam suasana pembelajaran ataupun mampu mengkondisikan kembali suasana pembelajaran yang mulai membosankan dan melelahkan sehingga kembali kepada suasana yang penuh semangat. Guru harus pula memahami perasaan peserta didiknya. Perasaan memberi kekuatan kepada mereka untuk bertindak sesuai dengan apa yang dipercayainya. Dalam kehidupan sehari-hari peserta didik membutuhkan guru yang dapat memahami perasaannya, namun yang sering terjadi dan sangat memilukan hati peserta didik adalah terabaikannya perasaan peserta didik.

2.  Menjauhi berbagai gaya komunikasi yang kurang patut. Gaya komunikasi yang kurang patut, akan berdampak negatif terhadap peserta didik. Terdapat beberapa gaya komunikasi yang kurang patut yang harus dihindari yakni:

a.   gaya memerintah. Gaya ini paling sering terjadi karena pendidik merasa dirinya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam kelas. Peserta didik harus patuh dan taat kepada guru dan siapa yang melanggar akan ditundukkan melalui ancaman. Contoh : Bu guru tidak suka kamu menangis, ayo diam…! Awas…Jika kamu sekali lagi lupa membawa PR,

b.   gaya memojokkan/menyalahkan. Gaya ini sering terjadi ketika kesabaran guru sebagai pendidik menjadi tawar, tidak mau mngambil resiko dan tanggung jawab, selalu menuding peserta didik sebagai sumber kesalahan. Contoh : Nah, betulkan, kalau pak guru menerangkan kamu tidak serius, ulanganmu hasilnya jelek semua. Kamu sih, malas belajar sehingga nilaimu jelek semua,

c.  gaya meremehkan. Gaya ini sering terjadi karena kurangnya pemahaman pendidik terhadap karakteristik dan keunikan masing-masing peserta didik. Guru cenderung meremehkan peserta didik yang kemampuan belajarnya sangat kurang dan menganggapnya sebagai anak bawang, begitu terhadap peserta didik yang usil dan nakal. Contoh : Masa, pelajaran mudah seperti ini kamu tidak dapat mengerjakan. Ah, kamu duduk di sana saja, biar tidak rebut dan mengganggu,

d.   gaya membandingkan. Gaya ini sering terjadi karena pendidik terlalu memiliki harapan yang tinggi dan berlebih-lebihan, seakan-akan kemampuan semua peserta didik sama. Contoh : Apa kalian tidak malu sama kelas lain yang dapat piala. Apa kamu tidak merasa malu sama kakakmu yang selalu juara kelas, (

e.    gaya mencap termasuk melanggar hak asasi peserta didik. Biasanya gaya ini timbul akibat adanya sepenggal kelakuan yang melekat pada penilaian guru terhadap peserta didik sebelumnya. Contoh : Kamu memang si anak nakal, bandel, tidak tahu aturan, persis seperti kelakuan kakakmu dulu,

f.  gaya mengancam. Gaya ini memperlihatkan ketidak matangan dan ketidak siapan pendidikdalam mengahadapi berbagai sikap peserta didik. Pendidik sering mengancam karena tidak mau terlibat berlama-lama dengan kondisi yang tidak diharapkan. Contoh : Hei diam, rebut saja…! Kenapa kamu cengar-cengir Badu, ayo keluar, mengganggu kosentrasi saya saja.

3. Menguasai keterampilan dasar mengajar. Hal tersebut sangat penting karena setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka guru harus mengimbanginya dengan berbagai macam keterampilan mengajar. Terdapat beberapa macam keterampilan mengajar yang harus dimiliki seorang guru yakni:

a.    keterampilan bertanya memegang peranan yang sangat penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran dengan tepat akan memberikan dampak positif terhadap terhadap semangat belajar peserta didik,

b.   keterampilan memberi penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal, dan non verbal. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian, seperti bagus, tepat dan lain-lain. Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan,

c.    keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengurangi atau menghilangkan kebosanan peserta didik agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi dalam pembelajaran. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan,

d. keterampilan menjelaskan yaitu penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, defenisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan,

e.   keterampilan membuka dan menutup pembelajaran yaitu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik agar mental atau perhatian mereka terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan efek yang positif terhadap kegiatan pembelajaran. Kegiatan membuka pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pembelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pembelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan dipelajarinya,

f.   keterampilan membimbing diskusi yaitu suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah,

g. keterampilan mengelola kelas yaitu keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran atau kegiatan untuk menciptakan atau mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses pembelajaran, misalnya penghentian tingkah laku peserta didik yang mengganggu perhatian, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh peserta didik, dan penetapan norma kelompok yang produktif,

h. keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik dan mengadakan interaksi antara guru dan peserta didik maupun sesama peserta didik. Melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir peserta didik agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Jadi dalam pembelajaran guru selain memberikan perhatian pada kelompok juga harus memperhatikan peserta didik secara perorangan. Hal tersebut dilakukan karena setiap peserta didik mempunyai gaya belajar dan daya serap yang berbeda-beda. Dengan adanya perhatian guru terhadap kelompok dan perorangan, maka diharapkan apa yang disampaikan oleh guru dapat diserap dan diterima peserta didik dengan baik.

4. Menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat mempertinggi motivasi peserta didik dan pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar peserta didik. Ada beberapa alasan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi minat peserta didik dalam pembelajaran yakni:

a.    pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar,

b.  bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran lebih baik,

c.  metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,

d. peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan dan lain-lain.

5. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Dalam kegiatan pembelajaran, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran karena metode menjadi sarana yang memberi makna bagi materi yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa, sehingga dapat dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tidak tepat pula akan menjadi penghalang dalam kelancaran proses pembelajaran sehingga banyak tenaga yang terbuang dengan sia-sia. Oleh karena itu, metode yang ditetapkan oleh guru dapat berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

6. Belajar dengan melakukan (learning by doing). Pada hakikatnya peserta didik senang apabila belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Peserta didik akan punya harga diri apabila diberi kesempatan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Untuk itu, peserta didik perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya, sehingga mereka belajar bagaimana cara belajar menemukan, mencari dan menyelesaikan permasalahan. Lebih dari 2.400 tahun yang lalu Confucius menyatakan :Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham.Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif. Seperti yang digambarkan dalam kerucut pengalaman di bawah ini juga.

 

Perbedaan Joyful Learning dan Fun Learning

Joyful Learning dan Fun Learning sering dianggap serupa karena keduanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Perbedaannya terletak pada pendekatan dan tujuan. Fun Learning fokus pada kegiatan yang menghibur dan menarik perhatian siswa, tanpa mengutamakan pemahaman yang mendalam. Fun Learning lebih mementingkan kesenangan sementara, dengan aktivitas yang melibatkan fisik, tetapi tanpa kekekalan kuat pada tujuan pembelajaran.

Joyful Learning lebih mendalam. Pendekatan ini menggabungkan unsur kesenangan dan mencapai pemahaman kognitif siswa. Joyful Learning tidak hanya membuat siswa bahagia selama belajar, tetapi juga membantu mereka memahami manfaat dan relevansi materi. Pendekatan ini melibatkan keterlibatan emosi dan kognitif secara seimbang, sehingga siswa tidak hanya menikmati belajar tetapi juga memahami materi yang diajarkan. Joyful Learning melibatkan diskusi, pemecahan masalah, atau eksperimen, yang merangsang siswa berpikir kritis dan reflektif.

Secara umum, perbedaan ini dapat dilihat dari hasil yang diharapkan. Fun Learning menghasilkan pengalaman yang menyenangkan setiap saat, sedangkan Joyful Learning mengarah pada keterampilan berpikir dan pemahaman yang mendalam. Joyful Learning bukan sekedar kesenangan, tetapi juga melibatkan kesenangan dengan keterampilan kognitif dan keterlibatan siswa. Dengan Joyful Learning, siswa tidak hanya menikmati belajar, tetapi juga memperoleh kemampuan berpikir yang lebih baik.

Meski efektif, Joyful Learning memiliki beberapa tantangan. Proses penerapan model ini membutuhkan waktu dan energi lebih dibandingkan metode tradisional. Guru perlu menyiapkan materi yang kreatif dan merencanakan aktivitas menarik agar belajar tidak membosankan. Pendekatan ini juga membutuhkan keterampilan tinggi dari guru, terutama dalam hal kreativitas dan pemahaman karakteristik siswa. Selain itu, fasilitas yang memadai diperlukan, seperti alat permainan atau media pembelajaran yang sesuai.

Kesimpulan

Joyful Learning adalah pendekatan yang meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Dengan menciptakan suasana menyenangkan, siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Keunggulan pendekatan ini adalah meningkatkan daya serap, membangun sikap positif, serta mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri siswa. Meskipun membutuhkan usaha lebih dari guru, Joyful Learning diharapkan mampu menjadikan pendidikan Indonesia lebih bermakna. Model ini terbukti meningkatkan minat dan motivasi siswa, menjadikan belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan dan bermakna.

Sumber:

Sufiani. 2021. JOYFUL LEARNING: STRATEGI ALTERNATIF MENUJU PEMBELAJARAN MENYENANGKAN. Zawiyah, Jurnal Pemikiran Islam. Vol. 7, No. 1, Juli 2021

Sholehuddin. 2013. JOYFUL LEARNING. Bandung. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

Ghozali, Dkk. 2024. JOYFUL LEARNING & MEDIA PEMBELAJARAN TEORI DAN PENERAPANNYA PADA KONTEKS PENDIDIKAN. Sidoarjo. UMSIDA Press Redaksi.

https://tirto.id/metode-belajar-deep-learning-tak-usah-buru-buru-jika-belum-siap-g5H5

https://www.rri.co.id/iptek/1108764/3-metode-kurikulum-deep-learning-pengganti-kurikulum-merdeka

https://repository.radenintan.ac.id/4825/1/SKRIPSI%20MARLINA.pdf

https://www.indonesiana.id/read/176987/mengenali-joyful-learning

0 comments:

Posting Komentar