Minggu, 09 April 2023

APA, BAGAIMANA, DAN SEPERTI APA PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL?

Waktunya telah tiba untuk membekali masyarakat di seluruh dunia dengan keterampilan literasi digital dan media. Untuk membuat keputusan berdasarkan informasi, orang membutuhkan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan terlibat dalam pemikiran kritis tentang pesan harian yang mereka terima tentang berbagai masalah seperti kesehatan dan politik. “Hampir semua rumah sudah terhubung” saat ini memberi orang akses ke teknologi informasi dan komunikasi terbaru dan apalagi dengan adanya “smartphone”. Untuk menjadi peserta yang efektif dalam masyarakat informasi abad ke-21, orang tidak hanya membutuhkan keterampilan multimedia tetapi juga kemampuan untuk menggunakan keterampilan ini secara efektif. Salah satu cara yang dapat dicapai adalah dengan memasukkan literasi digital dan media dalam pendidikan formal. Maka sekolah sabagai agen perubahan juga harus berubah untuk memenuhi tantangan tersebut dengan membekali siswanya dengan keterampilan-keterampilan untuk menghadapi dunia yang selalu berubah.

Terdapat tiga komponen dalam kegiatan pendidikan. Ketiga komponen tersebut adalah (1) materi yang dibelajarkan, (2) proses pembelajaran, dan (3) hasil belajar. Materi pembelajaran adalah daftar materi ajar yang harus dikuasai peserta didik. Materi ajar bisa berupa pengetahuan, keterampilan, atau nilai-nilai dan perilaku. Muara dari semua kompetensi itu adalah perubahan sikap ke arah yang diharapkan. Namun, biasanya materi ajar yang dianggap penting dalam pendidikan di sekolah adalah pengetahuan. Padahal mestinya satu paket yakni sikap yang terbentuk atas pengetahuan dan keterampilan.

Selama ini materi ajar tertuang dalam daftar kompetensi yang ditentukan pemerintah. Lalu secara terstruktur dituangkan dalam paket-paket yang harus

dikuasai dalam waktu tertentu. Misalnya harus dikuasai dalam satu semester, satu tahun, dan tiga tahun. Materi ajar ini kemudian disajikan dalam buku-buku ajar yang menjadi salah satu sumber belajar. Gambar dibawah ini menjelaskan perkembangan proses pembelajaran.

Materi materi ajar tersebut kemudian diproses dalam sebuah kegiatan pembelajaran sehingga materi ajar tersebut dikuasai peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan. Cara melakukan proses pembelajaran dilakukan secara beragam dengan variasi yang sangat luas. Dalam hal inilah dibutuhkan inovasiinovasi pembelajaran yang tujuannya menyesuaikan dengan konteks lingkungan dan kondisi peserta didik.

Secara periodik, ketercapaian kompetensi peserta didik dinilai dengan pola penilaian yang beragam pula. Hasil dari proses itu adalah peserta didik memiliki sikap yang didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Secara skematis gambaran perubahan pembelajaran dapat dilihat pada gambar.

1.    Pembelajaran Online

Salah satu hal yang terjadi di masa datang adalah pembelajaran online. Pengertian online ini bermakna sangat luas. Bukan hanya ketersediaan materi ajar, melainkan juga interaksi dalam proses belajar bahkan satu paket dengan penilaian. Di dalam aplikasi belajar online bisanya sudah mencakup materi ajar, proses dan penilainnya dalam satu kesatuan.

Dalam hal materi ajar, layanan belajar online bukan hanya menyediakan materi ajar sesuai aturan pemerintah, melainkan berbagai materi yang dibutuhkan untuk kehidupan. Jadi anak tidak terpaku pada daftar kompetensi/materi ajar yang ditentukan pemerintah.

Materi pembelajaran yang dibelajarkan pada abad 21 akan dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan dalam bentuk teks, video, audio dan media interaktif, simulasi, augmented reality, dan beragam jenis lainnya yang dapat diakses dengan mudah. Dalam hal ini siswa didorong untuk  melihat keterkaitan antara apa yang mereka pelajari dengan kenyataan yang mereka lihat pada lingkungan di sekitar mereka serta apa manfaat yang mereka peroleh dari pembelajaran itu. Melalui pembelajaran online akan didorong interaksinya di dunia nyata

Pembelajaran tersedia secara online dalam pola yang diatur dalam sistem pembelajaran yang tertuang dalam learning management system (LMS). Setiap orang dapat mengakses LMS dari mana saja kapan saja, yang terpenting peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini berakibat pada waktu belajar yang ditentukan dalam pola jam pelajaran menjadi tidak lagi relevan.

Terlebih materi ajar berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap  tersedia dalam beragam bentuk, entah itu berbentuk teks, audio, video, permainan, atau media interaktif yang tersedia secara luas di internet. Dunia maya adalah sumber belajar yang luas dan beragam. Peserta didik akan dengan mudah mengakses sumber belajar itu sesuai keinginannya.

Selain dalam bentuk terintegrasi dalam LMS, secara luas kini sudah banyak penyedia bahan ajar sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ditentukan pemerintah. Bahan ajar ini tersedia untuk memudahkan peserta didik memahami dan mencapai kompetensi yang disyaratkan. Misalnya aplikasi seperti Alison, edX, atau yang berbasis lokal seperti Ruang Guru, Quiper Video, termasuk aplikasi gratis yang disediakan pemerintah yakni Rumah Belajar. Kini terdapat cukup banyak situs belajar online yang menyediakan materi ajar dan proses untuk menguasai materi ajar tersebut.

Ke depan situs pembelajaran online itu akan terintegrasi dengan sistem manajemen fisik yang ada di sekolah. Interaksi antara aktivitas fisik dengan dunia cyber akan menyatu sehingga aktivitas yang terjadi di sekolah dalam keseharian akan lebih banyak berupa penerapan dari apa yang dipelajari dalam pembelajaran secara mandiri.


2.    Administrasi Pembelajaran

Bagaimana dengan administrasi pembelajaran? Selama ini sekolah disibukan dengan berbagai hal terkait dengan administrasi. Soal kehadiran peserta didik, tugas-tugas, ulangan, dan berbagai hal lainnya. Hal demikian, agaknya akan tereduksi melalui sistem pembelajaran secara online.

Ketika anak log in saja ke dalam sistem, maka akan tercatat kehadirannya. Lalu aktivitas apa yang dilakukan dalam sistem tersebut, semua akan terekam sebagai jejak digital yang menjadi big data.  Semua profil aktivitas anak akan dicatat secara otomatis dalam ruang penyimpanan di awan (cloud). Big data tersebut akan diolah secara otomatis dengan kecerdasan buatan (artificial intelligent) berupa aplikasi pintar akan diolah untuk menjadi informasi tentang sesuatu yang diinginkan. 

Para guru dapat mengetahui siapa saja yang aktif, jam berapa mereka mulai belajar, apa yang dipelajari, bagaimana capaiannya, dan beragam informasi lainnya dapat diketahui dengan mudah. Tidak ada manipulasi data di sana. Bahkan capaian kompetensi pun dapat diketahui secara detail. Secara real time profil capaian kompetensi peserta didik dapat disajikan dalam grafis.

Apakah tetap diperlukan kehadiran fisik? Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan kebersamaan secara fisik untuk menerapkan semua ilmu dan pengetahuan yang dipelajarinya.

Oleh karena itu kebersamaan di sekolah tetap menjadi sebuah aktivitas yang dibutuhkan. Akan tetapi, kegiatannya sudah jauh berubah. Kualitas interaksi sesuai norma dan nilai yang berlaku di daerah menjadi sebuah kekuatan yang bernilai.

Oleh karena itu, dalam sistem pembelajaran online yang bersifat global, kekuatan yang dapat ditonjolkan di satu wilayah adalah kekuatan lokalnya. Apa yang ada di satu wilayah, itulah kekuatan yang harus dipelajari secara rinci, dan kekuatan lokal itu yang diangkat ke panggung dunia.


3.    Penilaian/Asesmen

Bagaimana dengan penilaian? Proses penilaian juga mengalami perubahan yang cukup berarti. Proses penilaian pendidikan akan menyatu dengan proses pembelajaran secara online. Ketercapaian kompetensi, terutama dalam pengetahuan dan keterampilan akan dengan mudah tercatat dalam aplikasi online. Deskripsi ketercapaian kompetensi dapat diketahui secara real time. Prinsip bahwa setiap orang dapat belajar, hanya saja dengan cara dan lama waktu yang berbeda, akan dapat diakomodasi melalui pembelajaran online.

Sehingga waktu tes yang kaku dalam rentang waktu tertentu menjadi kurang relevan. Kemampuan seseorang untuk mempelajari satu materi akan berbeda satu dengan yang lain.  Ada anak yang membutuhkan waktu satu pekan, sementara yang lain dua pekan. Akan tidak fair manakala waktu tes ditentukan setelah anak belajar satu pekan. Oleh karena itu, dengan pembelajaran online, fleksibilitas akan terjadi mengikuti kemampuan seseorang. Hal ini akan menyebabkan tidak relevannya aktivitas seperti ulangan bersama dan kegiatan sejenis lainnya.

Penilaian akan terjadi secara otomatis dalam capaian setiap kompetensi.  Nilai tidak diperoleh dari ulangan bersama, melainkan dari capaian kompetensi yang secara sistem terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. jadi, rapor dapat ditampilkan kapanpun dibutuhkan.

Sampai di sini, peran guru dalam melakuan penilaian menjadi sangat minimal. Akan tetapi, terkait dengan sikap, terdapat banyak indikator yang harus diketahui dari aktivitas interaksi langsung. Sikap seperti ramah, sopan, pandai bergaul, sederhana, berkomunikasi dengan baik, kolaborasi, adalah hal yang harus diukur dari interaksi langsung antar manusia.

Di sinilah peran guru sebagai sosok orang dewasa memiliki kewajiban untuk mendampingi anak memiliki karakter yang kuat.


4.    Peran Guru

Di mana peran guru di era digital? Peran guru sebagai teladan, pemberi motivasi, pendamping bagi anak-anak adalah sebuah profesi yang tergantikan. Terlebih dengan pembelajaran online yang di dalamnya terdapat beragam materi positif negatif, baik dan buruk, perlu ada sosok yang mendampingi untuk mengarahkan anak hidup dalam rel yang sesuai nilai dan norma agama. Di sinilah peran guru menjadi kunci.

Adapun dalam mengajarkan materi ajar tertentu yang bersifat pengetahuan dan keterampilan, tugas guru makin ringan karena tergantikan oleh perangkat aplikasi yang bersifat online. Lagi pula, mempelajari ilmu pengetahuan, pada dasarnya mempelajari sesuatu yang diperoleh masa lalu. Jika hanya konten ilmu saja yang dipelajari, maka hal ini tidak memberi manfaat bagi kehidupan di masa datang yang kondisinya berbeda. Oleh karena itu yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan adalah landasan yang melahirkan ilmu pengetahuan tersebut. Landasan itulah yang menjadi pijakan bagi anak untuk memecahkan persoalan kehidupan di masa yang akan datang.

Hal inilah yang akan menjadi fokus kerja guru di masa yang akan datang. Ia harus dapat memastikan bahwa peserta didik memiliki kecakapan berpikir kreatif untuk memahami pondasi dari ilmu pengetahuan yang dipelajari. Selain itu, guru harus memiiliki kompetensi digital yang memadai untuk membimbing peserta didik dalam melakukan proses belajar. Sebagai gambaran, kompetensi guru harus terus ditingkatkan, khususnya dalam penguasaan TIK. Paling tidak terdapat empat langkah kompetensi guru dalam penguasaan TIK, yakni ICT literacy, Knowledge Deepening, Knowledge Creation dan Knowledge Sharing. Secara visual dapat digambarkan sebagai berikut.

Dengan demikian, guru harus terus mengembangkan kompetensinya di bidang TIK secara terus menerus. Tentu tidak bisa mengkuti perkembangan secagai ahli, tapi harus dapat memetakan bagaimana pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran. Hal ini adalah mutlak, tidak dapat ditawar lagi, karena bagaimanapun, saat ini, bila kita mengajar, seperti apa yang dilakukan sebelumnya, sejatinya kita telah merenggut masa depan anak.

Oleh karena itu, dalam menjalankan profesinya, guru harus terus meningkatkan kompetensi dirinya dalam memahami landasan pembelajaran yang terus berubah. Guru harus memahami lima perubahan yang senantiasa terjadi di dunia pendidikan yakni:

  1. Konteks kehidupan masa depan. Apa yang harus dipelajari untuk hidup di masa yang akan datang;
  2. Perkembangan Ilmu dan Teknologi. Bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi di masa di mana anak menjalani kehidupannya;
  3. Teori belajar. Sejauh mana teori belajar bisa mengadopsi konteks kehidupan masa depan, dan perkembangan ilmu dan teknologi;
  4. Teori penilaian pembelajaran. Bagaimana cara melakukan penilaian yang sesuai untuk mengukur ketercapaian kompetensi dan pemanfaatan big data di sekolah sebagai sumber penilaian;
  5. Karakteristik peserta didik. Perbedaan karakteristik peserta didik harus dikembangkan sesuai bakat dan minatnya.

Namun ada prinsip dasar yang tetap harus dikuasai dan tidak berubah. Yakni setiap anak harus memiliki adaptabilitas tinggi dengan fondasi yang kuat, yakni karakter dasar manusia. Karakter, perilaku, budi pekerti, dan nama sejenis lainnya, adalah pembeda manusia dengan lainnya, yang tidak berubah.

Jenis keterampilan guru apa yang berpotensi relevan dengan frekuensi penggunaan teknologi digital selama mengajar dan jenis kegiatan belajar siswa yang melibatkan teknologi digital? Keterampilan digital dasar guru dalam hal “kemampuan individu untuk menggunakan komputer untuk menyelidiki, membuat, dan berkomunikasi agar dapat berpartisipasi secara efektif di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan di masyarakat” (Fraillon et al., 2014, hal. .17) juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi digital selama mengajar. Selain keterampilan digital dasar, keterampilan mengajar terkait teknologi khusus selama merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi skenario pembelajaran dan pengajaran digital berpotensi terkait dengan aktivitas pembelajaran konstruktif dan interaktif siswa serta frekuensi penggunaan teknologi digital selama pengajaran. Kami akan memperkenalkan jenis keterampilan guru ini di bagian berikut.

Pengertian penggunaan komputer mengacu pada pengetahuan dan keterampilan dasar untuk memproses informasi melalui teknologi digital. Mengumpulkan informasi mengacu pada mencari, mengakses, mengevaluasi dan mengelola informasi. Memproduksi informasi dengan teknologi digital mengacu pada transformasi dan penciptaan produk baru yang dapat dibangun di atas yang sudah ada. Komunikasi mengacu pada pertukaran informasi melalui teknologi digital.

Kami menganggap keterampilan mengajar terkait teknologi sebagai hal yang berbeda dari keterampilan digital dasar guru dan diperlukan untuk penggunaan teknologi digital secara efektif di ruang kelas. Berdasarkan model TPACK jenis pengetahuan tertentu dianggap perlu untuk menggunakan teknologi secara efektif saat mengajar.

Model TPACK tersebut menekankan interaksi antara tiga jenis pengetahuan: pengetahuan konten, pengetahuan pedagogis, dan pengetahuan teknologi. Interaksi tersebut meliputi pengetahuan konten pedagogis, seperti pengetahuan tentang pendekatan instruksional dalam pendidikan matematika; pengetahuan konten teknologi, seperti pengetahuan tentang teknologi khusus yang digunakan dalam pendidikan matematika; pengetahuan pedagogis teknologi, seperti pengetahuan tentang penggunaan teknologi yang efektif dalam situasi pedagogis; dan pengetahuan konten pedagogis teknologi, seperti pengetahuan tentang integrasi teknologi yang efektif dalam situasi pengajaran matematika.

Pengetahuan pedagogis, teknologi, dan konten dapat menjadi basis pengetahuan profesional bagi guru yang menggunakan teknologi secara efisien, tetapi pendekatan terbaru mengusulkan perspektif yang lebih berorientasi pada tindakan yang menghubungkan keterampilan mengajar dengan fase yang lebih umum dalam mengajar dan memulai kegiatan belajar dengan teknologi digital.

Pendekatan lain untuk mengkonseptualisasikan keterampilan mengajar terkait teknologi dengan mendefinisikan keterampilan inti bagi guru untuk mengajar di dunia digital dan mengintegrasikan keterampilan digital dasar dan keterampilan mengajar terkait teknologi. Pendekatan umum model ini adalah mendalilkan bahwa keterampilan digital dasar adalah prasyarat untuk mengajar dengan teknologi, tetapi tidak cukup untuk mendorong dan menggunakan semua jenis kegiatan belajar siswa. Guru perlu memiliki basis pengetahuan yang memadai, seperti yang digariskan oleh model TPACK, dan keterampilan terkait teknologi yang dibangun di atas basis pengetahuan tersebut dan yang berorientasi pada tahapan tindakan umum dalam berbagai fase pengajaran dengan teknologi. Fase tersebut mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengajaran dengan teknologi. Fase-fase ini dilengkapi dengan fase yang disebut berbagi. Keterampilan mengajar terkait teknologi yang didalilkan dapat ditugaskan ke empat fase penggunaan teknologi yang berbeda di kelas: perencanaan, penerapan, evaluasi, dan berbagi skenario pengajaran terkait teknologi. Perencanaan mencakup keterampilan untuk merencanakan penggunaan teknologi berbasis bukti di kelas. Selama menerapkan teknologi, guru harus mampu mendiagnosa dan mendorong proses belajar siswa mereka dengan bantuan scaffolding adaptif. Keterampilan evaluasi meliputi pengumpulan data dan refleksi penggunaan teknologi digital berdasarkan data yang dikumpulkan sendiri tentang proses pembelajaran dan hasil belajar siswa di kelas. Terakhir, berbagi skenario pengajaran terkait teknologi berarti mendokumentasikan, mengomunikasikan, dan menyerahkan skenario yang dikembangkan dan dijelaskan serta mencari, mengadaptasi, dan menggunakan skenario yang telah dibuat dan dijelaskan oleh orang lain.

Dengan mengalihkan fokus dari teknologi digital ke pengembangan keterampilan guru dan bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut untuk memungkinkan kegiatan belajar siswa. Keterampilan tersebut menjadi salah satu penggerak utama dari berbagai kegiatan belajar siswa yang melibatkan teknologi digital di sekolah.

Sumber:

Kemdikbud. 2019. SMA DI ERA DIGITAL. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0742051X21000706

0 comments:

Posting Komentar