Minggu, 04 Oktober 2020

INFORMASI TERBARU SEPUTAR ASESMEN NASIONAL 2021 (ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM, SURVEY KARAKTER, DAN SURVEY LINGKUNGAN BELAJAR)

 

Kemendikbud pada tahun 2021 akan menyelenggarakan Asesmen Nasional. Asesmen tersebut tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini diterapkan dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi. 

Namun untuk asesmen pada tahun 2021 ini merupakan asesmen yang dilakukan untuk mencari data awal (baseline) untuk perbaikan mutu satuan pendidikan pada tahun-tahun selanjutnya. Sehingga sejatinya tidak ada yang perlu disiapkan satuan pendidikan untuk menyambut kegiatan asesmen tersebut.

Latar Belakang Asesmen Nasional

Seperti diketahui salah satu indikator yang menjadi acuan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah Programme for International Student Assessment (PISA). PISA sebagai metode penilaian internasional merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, peringkat nilai PISA Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 adalah: Membaca (peringkat 72 dari 77 negara), Matematika (Peringkat  72 dari 78 negara), dan Sains (peringkat 70 dari 78 negara). Nilai PISA Indonesia juga cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan penggantian Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum, yang nantinya akan berfokus pada literasi, numerasi, dan pendidikan karakter.

Dalam rangka menyiapkan siswa yang memiliki kecakapan abad ke-21, pemerintah akan melakukan asesmen kemampuan minimum (AKM) pada tahun 2021 yang meliputi asesmen pada literasi membaca dan numerasi, yaitu asesmen pada kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi membaca) dan asesmen kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi). Literasi membaca bukan hanya sekadar kemampuan membaca secara harfiah tanpa mengetahui isi/makna dari bacaan tersebut, melainkan kemampuan memahami konsep bacaan. Sementara itu, numerasi bukan hanya sekadar kemampuan menghitung, melainkan kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu konteks, baik abstrak maupun nyata.

AKM dapat menghasilkan peta kecakapan tentang literasi membaca dan numerasi siswa pada kelas 5, 8, dan 11 yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di satuan pendidikan. Oleh karena itu, soal-soal yang dikembangkan untuk AKM bersifat kontekstual, berbagai bentuk soal, mengukur kompetensi pemecahan masalah, dan merangsang siswa untuk berpikir kritis. Penilaian dalam AKM mengacu pada tolok ukur yang termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Soal-soal AKM akan membuat siswa melahirkan daya analisis berdasarkan suatu informasi, bukan membuat peserta didik menghapal/mengingat-ingat materi.

Melalui tulisan ini penulis mencoba memberikan gambaran apa itu Asesmen Nasional? Apa itu survey karakter dan Bagaimana kita guru menerapkannya dalam pembelajaran.

Mungkin banyak yang belum mengetahui apa itu Asesmen Nasional?, Apa beda UN dengan Asesmen Nasional? Apa itu AKM? Apa itu Survey Karakter dan Lingkungan Belajar?. Sampai dengan bentuk soal, distribusi soal, persentase soal AKM tersebut dan contoh soal AKM. Serta dilengkapi dengan strategi guru dan bahan yang dapat di unduh pada bagian terakhir tulisan ini. Berikut penjelasannya : 

Pengertian Asesmen Nasional

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

AKM mengukur kompetensi berpikir atau bernalar siswa ketika membaca teks (literasi) dan menghadapi persoalan yang membutuhkan pengetahuan matematika (numerasi). Jadi fokus AKM ini adalah literasi dan numerasi dan dujikan kepada siswa dengan hasilnya berupa hasil belajar kognitif.

Kata Minimum mengacu kepada tidak semua konten di dalam kurikulum diukur di dalam AKM. 

AKM akan mengukur keterampilan dasar: literasi dan numerasi. Kemampuan bernalar tentang teks dan angka. Kompetensi tersebut dibangun dari jenjang dasar sampai menengah dalam suatu learning progression. 

Literasi dan numerasi merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan dibutuhkan oleh semua murid, terlepas dari apa profesi dan cita-citanya di masa depan. Selain itu, kedua kompetensi ini perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Hal ini pun bertujuan untuk mendorong guru semua mata pelajaran untuk lebih fokus pada pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis

AKM berbentuk survey dengan sample siswa kelas 5, kelas 8, dan kelas 11 serta tidak melaporkan hasil individu siswa namun laporan agregat yang berfokus kepada peningkatan internal dari waktu ke waktu bukan komparasi antar kelompok. AKM untuk tahun 2021 merupakan AKM yang pertama dan berguna sebagai data awal dan tidak akan ada implikasi nya kepada guru dan kepala sekolah kalau seandainya mendapatkan hasil AKM yang rendah.

Peserta Asesmen Nasional

Peserta asesmen nasional adalah siswa kelas 5, 8, dan 11 yang di survey agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, ini juga bertujuan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan atau sekolah.

AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

Kisi-Kisi dan Bentuk Nilai AKM

AKM tidak mempunyai kisi-kisi. AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. Pusmenjar menyediakan contoh soal AKM untuk setiap indikator kompetensi.

AKM tidak mempunyai nilai dan hanya melaporkan persentase murid dalam setiap level kompetensi. Diharapkan semua murid mencapai level kompetensi cakap atau mahir

Perbedaan Ujian Nasional dengan AKM

 

 Perbedaan Soal UN dan AN


Jenis AKM Numerasi-Literasi

1.     AKM Nasional (kelas 5, 8, dan 11)

AKM nasional ini untuk mengukur kinerja/mutu sekolah atau berfungsi kualitas sistem pendidikan. Administrasi terstandar. Pelkasanaan AKM nasional tidak untuk semua siswa dari setiap tingkat tersebut. Kelas 5 hanya 30 siswa, sedangkan kelas 8 dan 11 sebanyak 45 siswa dalam satu sekolah. Pelaksanaan AKM nasional untuk SMA/SMK/sederajat rencananya dilaksanakan pada bulan maret 2021 dan untuk jenjang SD/SMP pada bulan Agustus 2021.

2.     AKM Kelas (awal SD – akhir SMA)

AKM kelas untuk mengukur hasil belajar individu siswa mulai dari kelas 1 sampai kelas 12. Bersifat formatif yang dilakukan oleh guru, alat untuk teach at the right level. Target pengukuran adalah literasi membaca dan litrasi matematika. Administrasi tidak terstandar. Timeline AKM kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

3.     AKM Sertifikasi (kelas 12)

AKM Sertifikasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Administrasi terstandar. AKM sertifikasi ini belum akan dilaksanakan pada tahun 2021, kecuali untuk kesetaraan kalau memang dibutuhkan.

Survey Karakter

Sedangkan survey karakter dan Lingkungan belajar adalah mengukur luaran belajar yang lebih bersifat sosial-emosional-spiritual, serta kualitas proses belajar-mengajar di tiap sekolah. Survey karakter fokus kepada siswa dengan aspek terpilih dari 6 profil pelajar Pancasila (iman dan taqwa, bernalar kritis, mandiri, gotong royong, kreatif, dan kebhinekaan global), dan perundungan di sekolah. Hasil dari survey karakter berupa informasi hasil belajar sosial emosional siswa. 


Survey Lingkungan Belajar 

Sedangkan survey lingkungan belajar kepada aspek terpilih dari model sekolah efektif dan sebagai sumber data adalah siswa, guru dan kepala sekolah. Hasil dari survey lingkungan belajar berupa informasi tentang karaketristik input dan proses pembelajaran. Survey lingkungan belajar ini juga akan mengukur praktik-praktik pengajaran/iklim belajar, bagaimana guru mengajar, keadaan sekolah, dan iklim sekolah. Timeline AKM untuk kelas 5, 8, dan 11 serta survey karakternya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

 


Literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka. Dua hal ini yang akan menyederhanakan asesmen kompetensi minimum yang akan dimulai tahun 2021. Jadi bukan berdasarkan mata pelajaran dan penguasaan materi. Ini kompetensi minimum atau kompetensi dasar yang dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar

Lebih lanjut Literasi bisa didefenisikan kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.

Sedangkan numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.

Jadi literasi bukan hanya tanggungjawab guru bahasa saja atau numerasi bukan hanya tanggungjawab guru matematika saja. Semua guru harus menerapkan atau membiasakan siswa dengan kompetensi-kompetensi literasi dan numerasi ini.

Tema AKM

Tema AKM ini terdiri dari 17 tema seperti gambar di bawah ini. Tema-tema ini menjadi fokus negara-negara di dunia. 

 Tema-tema tersebut adalah sebagai berikut:

1.        Tanpa kemiskinan (No Poverty).

Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat;

2.        Tanpa kelaparan (Zero Hunger)

Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan  nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan;

3.     Kehidupan sehat dan sejahtera (Good Health and Well-Being for people) Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia;

4.        Pendidikan berkualitas (Quality Education)

Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang;

5.        Kesetaraan gender (Gender Equality)

Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan;

6.        Air bersih dan sanitasi layak (Clean Water and Sanitation)

Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua;

7.        Energi bersih dan terjangkau (Affordable and Clean Energy)

Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua;

8.     Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (Decent Work and Economic Growth)

Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua;

9.      Industri, inovasi dan infrastruktur (Industry, Innovation and Infrastructure)

Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong inovasi;

10.    Berkurangnya kesenjangan (Reduced Inequalities)

Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara;

11.   Kota dan komunitas berkelanjutan (Sustainable Cities and Communities)

Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan;

12.   Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (Responsible Consumption and Production)

Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan;

13.    Penanganan perubahan iklim (Climate Action)

Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya;

14.    Ekosistem laut (Life Below Water)

Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan;

15.    Ekosistem daratan (Life on Land)

Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati;

16.    Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (Peace, Justice and Strong Institutions)

Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif;

17. Kemitraan untuk mencapai tujuan (Partnerships for the Goals) Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.

Bentuk Soal AKM

Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu pilihan ganda (PG), pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian, dan esai atau uraian.

1.     Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan jawaban. Siswa diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban benar dari beberapa pilihan jawaban yang disediakan.

2.     Pilihan Ganda Kompleks

Soal pilihan ganda kompleks terdiri atas pokok soal dan beberapa pernyataan yang harus dipilih siswa dengan memberi tanda centang () pada kotak yang disediakan di depan setiap pernyataan yang dianggap sesuai dengan permasalahan pada pokok soal, pada kolom Ya/Tidak, pada kolom Benar/Salah, atau pilihan lain yang sesuai.

3.     Menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan mengukur kemampuan peserta tes dalam mencocokkan, menyesuaikan, dan menghubungkan antardua pernyataan yang disediakan. Soal ini terdiri atas dua lajur. Lajur pertama (sebelah kiri) berupa pokok soal dan lajur kedua (sebelah kanan) berupa jawaban. Jumlah jawaban sebaiknya lebih banyak daripada jumlah pokok soal di sebelah kiri.

4.     Isian atau jawaban singkat

Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban secara singkat, berupa kata, frasa, angka, atau simbol. Perbedaannya adalah soal isian disusn dalam bentuk kalimat berita, sementara itu soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.

5.     Esai atau uraian

Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Pada soal uraian disediakan pedoman penskoran yang merupakan acuan dalam pemberian skor. Jawaban siswa akan diskor berdasarkan kompleksitas jawaban.

Komponen AKM

Responden Asesmen Nasional (Peserta Didik)

Sarana dan Prasarana Pelaksanaan AKM

AKM ini dilaksanakan berbasis komputer seperti Ujian Nasional yang lalu dengan jadwal tertentu dan dibagi dalam beberapa sesi. Tempat pelaksanaan juga memungkinkan untuk Sharing Resources (menumpang di sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap).

Waktu Pelaksanaan AKM dan Survey Karakter

 

 Pelaksanaan Asesmen Nasional



Distribusi Soal AKM

 

Konten Teks AKM Literasi

Untuk kepentingan penyusunan soal AKM, konten teks dikelompokkan menjadi dua, yaitu teks sastra dan teks informasi. Melalui teks sastra peserta didik dapat memperoleh hiburan, menikmati cerita, dan melakukan perenungan untuk menghayati permasalahan kehidupan yang ditawarkan pengarang. Di sisi lain, melalui teks informasi peserta didik dapat memperoleh fakta, data, dan informasi untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah.

Distribusi konten teks dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

Level Kognitif AKM Literasi Membaca

Pada  literasi membaca AKM, terdapat tiga level kognitif yang diujikan, yaitu (1) menemukan informasi (access and retrieve), (2) memahami (interpret and integrate), dan (3) mengevaluasi dan merefleksi (evaluate and reflect).

1.    Menemukan informasi (Access and retrieve)

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang seseorang diminta untuk menemukan informasi. Pada level kognitif ini, kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik adalah menemukan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan suatu gagasan atau informasi eksplisit dalam teks. Retrieve mendeskripsikan proses memilih informasi yang diperlukan, sedangkan access lebih pada bagaimana proses mencapai ke tempat atau keberadaan informasi yang diperlukan tersebut. Kemampuan menemukan informasi yang spesifik tersebut merupakan kemampuan dasar ketika seseorang membaca sebuah teks sastra atau teks informasi dalam kehidupan sehari-hari. Informasi dapat ditemukan secara eksplisit dalam teks, pembaca hanya perlu menemukan lokasi informasi tersebut dan memilihnya.  

2.    Memahami (Interpret and integrate) 

Pada level kognitif ini, pembaca diharapkan dapat mengolah apa yang telah dibaca sehingga timbul sebuah pemahaman dalam dirinya dari teks (interpret and integrate). Untuk menuju tahap ini, pembaca harus dapat menguraikan dan mengintegrasikan informasi yang ditemukan dengan cara membandingkan dan mengontraskan ide atau informasi dalam atau antarteks, membuat kesimpulan, mengelompokkan, dan mengombinasikan ide dan informasi dalam teks atau antarteks. Membuat kesimpulan dalam tahap memahami ini bermakna lebih luadaripada tahap menemukan informasi. Pada tahap ini pembaca telah mampu menyimpulkan informasi implisit dalam atau antarteks. 

3.    Mengevaluasi dan merefleksi (Evaluate and reflect)

Pada level kognitif ini, pembaca telah dapat menggunakan pengetahuan, ide, atasikap yang berada di luar teks untuk membuat penilaian pada teks atau membuarefleksi terhadapnya. Tahap ini merupakan tahap tertinggi dari proses membacaDalam tahap ini peserta didik diminta mampu untuk menganalisis, memprediksi, damenilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks. Peserta didik juga diharapkamampu merefleksi atau membuat sebuah gambaran atau opini terhadap apa yandibaca dikaitkan dengan pengalaman diri dan kehidupan sekitarnya.

Distribusi soal literasi membaca AKM berdasarkan level kognitif sebagai berikut.

 

Soal AKM Literasi Berdasarkan Konteks

Konteks yang luas sangatlah berperan penting sehingga peserta didik dapat memahami, mengenali, dan menggunakan informasi untuk memperkaya pengetahuannya, baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat (sosial) yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik diharapkan mampu merefleksi beragam informasi yang ada di kehidupannya. Dengan demikian, bacaan-bacaan yang digunakan dalam penyusunan soal AKM harus mampu mengembangkan potensi individual dan sosial peserta didik dan sekaligus bermanfaat dalam pemecahan permasalahan kehidupan dirinya, masyarakat, maupun global.

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pemahaman informasi yang dekat dengan peserta didik terkait dengan segala aspek kehidupan baik mengenai kearifan lokal, nasional, budaya, sains, teknologi, dan global. Oleh karena itu, bahan bacaan literasi AKM dapat mencakup tiga konteks, yaitu (a) konteks personal, (b) konteks sosialbudaya, dan (c) konteks saintifik.

1.    Konteks Personal

Bahan teks atau bacaan dengan konteks personal adalah teks atau bacaan yang berisi peristiwa, latar, aksi, karakter, atmosfer/suasana, perasaan, ide maupun wawasan yang bersifat personal (individual). Isi bacaan pada konteks personal dapat berupa hobi, cita-cita, peristiwa atau pengalaman pribadinya, memilih/menentukan gaya hidup, pekerjaan/profesi, dan lain-lain yang bersifat personal (individual). Dengan konteks ini diharapkan peserta didik memiliki kemampuan literasi membaca dalam membentuk karakter dengan menggali kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam kehidupan pribadinya.

2.    Konteks Sosial-Budaya

Bacaan dengan konteks sosial-budaya yaitu bacaan yang mencerminkan pandangan masyarakat terkait kondisi sosial-budaya. Contohnya, mengenai informasi kondisi kultural suatu masyarakat atau suatu bangsa. Melalui teks-teks yang memuat informasi yang mencerminkan nilai-nilai sosial-budaya, individu diharapkan mampu mengenali dan memahami kondisi dan gejala-gejala sosial-budaya di dalam maupun di luar lingkungan masyarakatnya yang global. Isi bacaan pada konteks sosialbudaya dapat berupa transportasi publik, permainan tradisional, perekonomian, kebijakan publik, makanan khas, tarian, ataupun kebiasaan masyarakat, dan lain-lain yang meliputi sosial maupun budaya. Dengan konteks ini diharapkan peserta didik memiliki kemampuan literasi membaca  untuk mengatasi berbagai persoalan sosial, budaya, dan akademik yang dihadapinya. 

3.    Konteks Saintifik

Bahan teks atau bacaan dengan konteks saintifik yaitu teks atau bacaan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami pengetahuan kecakapan ilmiah dengan mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). Isi bacaan pada konteks saintifik ini dapat berupa ilmu ruang angkasa, ilmu medis/obat-obatan, kandungan gizi, ilmu fisika, cuaca/iklim, gejala alam, ilmu biologi, dan lain-lain yang terkait dengan ilmiah dan teknologi.

 

Soal AKM Numerasi Berdasarkan Level Kognitif

Pada  literasi membaca AKM, terdapat tiga level kognitif yang diujikan, yaitu (1) menemukan informasi (access and retrieve), (2) memahami (interpret and integrate), dan (3) mengevaluasi dan merefleksi (evaluate and reflect).

1.    Menemukan informasi (Access and retrieve)

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang seseorang diminta untuk menemukan informasi. Pada level kognitif ini, kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik adalah menemukan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan suatu gagasan atau informasi eksplisit dalam teks. Retrieve mendeskripsikan proses memilih informasi yang diperlukan, sedangkan access lebih pada bagaimana proses mencapai ke tempat atau keberadaan informasi yang diperlukan tersebut. Kemampuan menemukan informasi yang spesifik tersebut merupakan kemampuan dasar ketika seseorang membaca sebuah teks sastra atau teks informasi dalam kehidupan sehari-hari. Informasi dapat ditemukan secara eksplisit dalam teks, pembaca hanya perlu menemukan lokasi informasi tersebut dan memilihnya.  

2.    Memahami (Interpret and integrate) 

Pada level kognitif ini, pembaca diharapkan dapat mengolah apa yang telah dibaca sehingga timbul sebuah pemahaman dalam dirinya dari teks (interpret and integrate). Untuk menuju tahap ini, pembaca harus dapat menguraikan dan mengintegrasikan informasi yang ditemukan dengan cara membandingkan dan mengontraskan ide atau informasi dalam atau antarteks, membuat kesimpulan, mengelompokkan, dan mengombinasikan ide dan informasi dalam teks atau antarteks. Membuat kesimpulan dalam tahap memahami ini bermakna lebih luas daripada tahap menemukan informasi. Pada tahap ini pembaca telah mampu menyimpulkan informasi implisit dalam atau antarteks. 

3.    Mengevaluasi dan merefleksi (Evaluate and reflect)

Pada level kognitif ini, pembaca telah dapat menggunakan pengetahuan, ide, atau sikap yang berada di luar teks untuk membuat penilaian pada teks atau membuat refleksi terhadapnya. Tahap ini merupakan tahap tertinggi dari proses membaca. Dalam tahap ini peserta didik diminta mampu untuk menganalisis, memprediksi, dan menilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks. Peserta didik juga diharapkan mampu merefleksi atau membuat sebuah gambaran atau opini terhadap apa yang dibaca dikaitkan dengan pengalaman diri dan kehidupan sekitarnya. Persentase untuk setiap level kognitif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

Konteks AKM Numerasi

Konteks yang luas sangat penting digunakan pada AKM Numerasi sehingga peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan strategi dan penggunaan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menjelaskan kejadian, menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan sangat bergantung pada konteks di mana kejadian atau masalah tersebut timbul. Konteks dalam AKM Numerasi mencakup konteks yang dekat dengan dunia peserta didik, sosial, budaya, lingkungan, sains, maupun keilmuan matematika. Konteks-konteks tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu personal, sosial-budaya, dan saintifik.

1.    Personal

Konteks ini berfokus pada aktivitas seseorang, keluarganya, atau kelompoknya. Jenis-jenis konteks yang dapat dianggap pribadi ini antara lain dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan persiapan makanan, belanja, permainan, Kesehatan pribadi, transportasi pribadi, olahraga, perjalanan, penjadwalan pribadi, dan keuangan pribadi (Definisi Konteks Personal, 2018, PISA Framework). Konteks ini juga mencakup hobi, cita-cita, dan juga cara sesorang dalam melakukan pekerjaan seperti mengukur, menghitung biaya, memesan bahan untuk bangunan, penggajian, akuntansi, kontrol kualitas, penjadwalan, dan pengambilan keputusan terkait pekerjaan (Definisi Konteks Pekerjaan, 2018, PISA Framework). Dengan adanya konteks ini diharapkan peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan pribadi mereka. Misalnya menghitung persentase pendapatan pribadi dalam setahun yang terbuang karena tidak menghabiskan makanan.

2.    Sosial-Budaya

Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini adalah masalah komunitas atau masyarakat (baik itu lokal/daerah, nasional, maupun global). Konteks ini antara lain dapat meliputi sistem pemungutan suara, transportasi publik, pemerintahan, kebijakan publik, demografi, periklanan, statistik, dan ekonomi nasional. Meskipun individu tidak terlibat secara pribadi dalam hal-hal yang telah disebutkan, namun kategori konteks ini memfokuskan masalah pada perspektif/pandangan masyarakat (Definisi KonteksSosial, 2018, PISA Framework). Konteks ini juga meliputi masalah sosial dan kebudayaan. Peserta didik diharapkan dapat mengenali peran matematika dalam hidup sebagai anggota komunitas yang konstruktif. Misalnya menghitung persentase makanan yang terbuang (wastefood) di seluruh dunia setiap harinya atau menghitung persentase penduduk yang mengalami kelaparan.

3.    Saintifik

Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini berkaitan dengan aplikasi matematika di alam semesta dan isu serta topik yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Konteks ini dapat meliputi antara lain cuaca atau iklim, ekologi, ilmu medis (obat-obatan), ilmu ruang angkasa, genetika, pengukuran, dan keilmuan matematika itu sendiri. Konteks yang terkait dengan keilmuan matematika disebut konteks intra-matematika, sedangkan yang terkait dengan keilmuan lainnya disebut ekstra-matematika. Misalnya menghitung volume bangun ruang termasuk intramatematika, sedangkan menghitung waktu paruh zat radioaktif termasuk ekstramatematika.

Persentase distribusi soal AKM Numerasi berdasarkan konteks dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Level Kognitif AKM Numerasi

Asesmen Kompetensi Minimum mengharuskan peserta didik menggunakan berbagai keterampilan kognitif dalam menjawab soal-soal. Level kognitif numerasi Asesmen Kompetensi Minimum dibagi menjadi tiga level.

1.    Knowing

Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan pengetahuan peserta didik tentang fakta, proses, konsep, dan prosedur. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain mengingat, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menghitung, mengambil/memperoleh, dan mengukur.

Tabel berikut memuat aspek-aspek kemampuan yang termasuk pada level kognitif Knowing.

 


 2.    Applying (Penerapan)

Soal pada level kognitif ini menilai kemampuan matematika dalam menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode pada konteks situasi nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain memilih/menentukan, menyatakan/membuat model, dan menerapkan/melaksanakan.

Tabel berikut memuat aspek-aspek kemampuan yang termasuk pada proses kognitif Applying.

3.    Reasoning (Penalaran)

Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan penalaran peserta didik dalam menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas pemahaman mereka dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks. Pertanyaan dapat mencakup lebih dari satu pendekatan atau strategi. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain menganalisis, memadukan (mensintesis), mengevaluasi, menyimpulkan, dan membuat justifikasi.

Tabel berikut memuat aspek-aspek kemampuan yang termasuk pada proses kognitif reasoning.

Persentase distribusi soal berdasarkan level kognitif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

Konten Domain Numerasi 

Domain konten pada numerasi dibagi menjadi 4, yaitu Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Aljabar, serta Data dan Ketidakpastian.

1.    Bilangan

Domain bilangan terdapat pada kelas 2 hingga kelas 6. Domain ini terdiri atas subdomain Representasi, Sifat Urutan, dan Operasi. Pada kelas dasar domain ini menilai pemahaman peserta didik dalam representasi bilangan cacah dan pecahan. Dalam hal itu termasuk memahami posisi bilangan cacah dan pecahan dalam garis bilangan. Pada kelas dasar, dinilai pula pemahaman mengenai sifat urutan di antaranya membandingkan pecahan dan bilangan cacah serta operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah, termasuk menghitung kuadrat dari suatu bilangan (maksimal tiga angka).

2.    Geometri dan Pengukuran

Domain geometri dan pengukuran terdiri atas subdomain bangun geometri dan pengukuran. Domain ini menyebar ke semua kelas dari kelas 2 hingga kelas 10, dan menilai kompetensi peserta didik dari mulai mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku.

3.    Aljabar

Domain aljabar terdiri atas subdomain persamaan dan pertaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. Untuk subdomain persamaan dan pertidaksamaan, serta relasi dan fungsi dinilai dari kelas dasar hingga kelas tinggi, sedangkan rasio dan proporsi hanya pada kelas menengah (kelas 6 dan kelas 8).

4.    Data dan Ketidakpastian

Banyak data yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk dari penyajian data-data itu sangatlah beragam. Penyajian informasi untuk menginterpretasikan data pun jumlahnya banyak. Dari mulai data mengenai teknologi, data perdagangan, data banyaknya konsumen makanan, data penggunaan media sosial setiap hari, bahkan daftar nilai dalam rapor pun merupakan data. Hal ini membuat pemahaman cara memperoleh informasi dari sebuah data mutlak diperlukan. Selain itu, pemahaman cara penyajian dan pengolahan data secara sederhana juga akan sangat berguna. Dalam kehidupan sehari-hari, ketidakpastian juga dapat ditemui di mana saja. Misalnya, ketidakpastian hari ini hujan atau tidak. Banyak bidang yang menggunakan ilmu ketidakpastian, contohnya ramalan cuaca, model ekonomi, prediksi ilmiah, dan lain-lain.

Persentase distribusi soal berdasarkan konten dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

Contoh Soal AKM

Contoh 1

Temanku Menyelamatkanku

Pertanyaannya:

Contoh 2

Contoh 3

Contoh 4 (AKM Kelas 11)

Pendapatan Penduduk


 Contoh 5 (AKM Kelas 11)

 

Dari soal di atas, siswa dituntut untuk memiliki kompetensi menyajikan data dalam beragam bentuk, menginterpretasi data, selain itu siswa dituntut mampu bernalar terhadap informasi yang dimiliki untuk memberikan sebuah justifikasi.

Persiapan Guru dan Sekolah

Lantas apa saja yang harus disiapkan guru atau pihak sekolah terkait upaya untuk memfokuskan pada literasi dan numerasi?

Bagaimanakah strategi mendorong literasi membaca?

Siswa mampu menarik informasi dari teks:

Siapa tokohnya? Dimana kejadiannya? Kapan terjadinya? Apa definisinya?

Siswa memahami isi teks

Bagaimana perubahan isi cerita? Apakah pesan yang ingin disampaikan penulis?

Mengapa terjadi konflik? Apakah setiap informasi berikut berdasarkan isi teks? Apakah simpulannya?

Siswa mampu mengevaluasi isi teks

Bagaimana membuat teks tersebut lebih menarik? Apakah informasi pada teks bias?

Apakah teks tersebut layak untuk kamu sebarkan kepada orang lain? Jelaskan!

Siswa mampu merefleksi isi teks pada hal lain di dirinya atau lingkungannya

Apakah isi teks relevan dengan kehidupan saat ini? Pengetahuan atau wawasan apa yang kamu dapatkan dari teks tersebut? Apakah kamu memiliki pengalaman yang sama dengan isi teks? Apakah ada hal/pengetahuan dalam dirimu yang menjadi berubah setelah membaca isi teks?

 Ada 5 kegiatan yang bisa dilakukan dalam rangka penguatan numerasi:

1.   Memberikan contoh kepada murid bagaimana beberapa masalah yang tampak sulit dapat diselesaikan dengan lebih mudah dengan memahami pola antar masalah.

(dekomposisi – mencari pola – generalisasi – formulasi/algoritma)

2.  Mencari masalah dari kehidupan sehari-hari yang bisa diselesaikan dengan pengetahuan matematika yang sudah pelajari.

3.  Mengajar cara menggunakan logika matematika saat menemukan masalah dengan situasi yang baru.

4.   Memberikan suatu situasi dari kehidupan sehari-hari yang melibatkan angka dan meminta siswa untuk mengambil keputusan tentang situasi tersebut.

5.   Mengajak siswa mencari masalah yang membuktikan bahwa topik-topik yang berbeda terkoneksi sebagai suatu dengan solusi numerasi yang generik.

 
Guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan literasi dan numerasi ini perlu merubah cara berpikir yang tidak terikat pada satu pola atau satu disiplin, ini yang paling penting. Karena fokus pada literasi, numerasi, karakter ini sebenarnya ujung-ujungnya adalah interdisipliner (antar mata pelajaran), dan itulah arah pendidikan pada saat ini dan realitas dunia yang kita hadapi. Seperti pada contoh di bawah ini dalam pembelajaran PJOK, maka guru olah raga nya perlu mengintegrasikan literasi dan numerasi juga dalam kegiatan pembelajarannya.

 

Dengan menerapkan pembelajaran konsep antar mata pelajaran tadi maka akan muncul inovasi-inovasi karena lintas disiplin saling berdiksusi, kemudian saling melakukan project atau penugasan dan nanti ke depannya juga kita tidak bisa survive dengan menguasai konten dari disiiplin ilmu yang dipelajari. Kita harus menguasai fleksibilitas secara kognitif dan soft skills sehingga kita bisa bergerak dari satu bidang ke bidang lainnya.

Ragam Aktivitas Pendorong Literasi dan Numerasi

Misalnya guru memberikan suatu masalah seperti Pandemi Covid-19, maka aktivitas berikut dapat dilatih kepada siswa sebagai aktivitas pendorong literasi dan numerasi.

       Temukan artikel, hasil survei serta data-data yang menjelaskan fenomena

tersebut terjadi ataukah tidak terjadi di Indonesia!

       Kajilah sektor usaha yang terimbas secara positif dengan adanya fenomena sosial tersebut!

      Kajilah sektor usaha yang terimbas secara negatif dengan adanya fenomena sosial tersebut!

Tujuan akhir dari  Asesmen Kompetensi Minimum merupakan upaya menjawab tantangan zaman dan mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan.

Di masa depan tidak bisa kita hanya, bahkan masa sekarang juga ya bekerja hanya pada satu bidang. Kita nanti bidangnya diambil sama teknologi dan lain-lain, lebih efisien, ternyata ilmu kita sudah tidak relevan lagi sehingga harus pindah atau mencari keterampilan lain dan sebagainya. Prediksinya ke depan itu siswa yang tamat tahun sekarang itu bisa sampai pindah 4, 5 bidang pekerjaannya di masa depan. Betul-betul pindah bidang karena bidangnya sudah tidak diperlukan lagi dengan teknologi sudah bisa menggantikan.

Tautan Informasi AKM : https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/AKM/

Tautan Download Dokumen: 

1. Buku Desain Pengembangan Soal AKM

2. Tanya Jawab Seputar Asesmen Nasional

3. AKM dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Tautan Melihat Video :

1. Video Penjelasan Mendikbud

2. Video Asesmen Nasional 

3. Video Kecakapan Abad 21

 



0 comments:

Posting Komentar