Minggu, 20 Juli 2025

Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu Sebagai Salah Satu Kokurikuler Pengganti P5 pada Pembelajaran Mendalam

Berdasarkan Permendikdasmen No 13 Tahun 2025 tentang Struktur Kurikulum terdapat pembelajaran yang bersifat kokurikuler. Kalau pada struktur kurikulum sebelumnya digunakan untuk Proyek P5. Kokurikuler dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat, dan/atau cara lainnya. Pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu ini dapat dilaksanakan berupa pembelajaran berbasis proyek, STEM, STEAM, atau pembelajaran kolaboratif lainnya.

Penerapan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu ini dapat juga dihitung dari pelaksanaan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat atau profil lulusan yang selama ini sudah dilaksanakan sekolah. Misalnya sekolah selama ini sudah melaksanakan senam, gotong royong, literasi, dan kegiatan lainnya yang dapat berupa budaya sekolah.Di samping itu juga dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran STEM, STEAM, projek atau yang lainnya. Hal ini dilakukan dengan memilih tujuan pembelajaran yang dapat dikolaborasikan antar mata pelajaran dan penilaiannya diakomodasi ke mata pelajaran masing-masing. Secara ringkas dapat dilihat perbedaan P5 dang pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu pada gambar di bawah ini dan sebentar lagi memang akan dikeluarkan panduan atau pedoman kokurikuler ini dari Kemendikdasmen.

Kokurikuler memuat kompetensi profil lulusan; muatan pembelajaran yang berupa tema untuk merumuskan topik yang relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik peserta didik; dan beban belajar Kokurikuler dirumuskan dalam bentuk alokasi waktu 1 (satu) tahun ajaran. Kokurikuler ini dikembangkan oleh Satuan Pendidikan mengacu pada panduan yang ditetapkan oleh pejabat pimpinan tinggi madya yang melaksanakan tugas di bidang Kurikulum. Tulisan ini akan memaparkan definisi, manfaat, strategi, model, dan contoh penerapannya termasuk dengan topik 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Secara singkat dapat di simak melalui tayangan video di bawah ini:
 

Bentuk kegiatan kokurikuler Pengganti P5 pada Satuan Pendidikan

Dalam panduan ini, kegiatan kokurikuler diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama yang dapat dipilih dan dikembangkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik murid dan konteks satuan pendidikan. Kokurikuler pada pendidikan kesetaraan dilaksanakan paling sedikit melalui pemberdayaan dan keterampilan.

Kokurikuler pada satuan pendidikan dapat diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler atau diberikan tema dan alokasi waktu tersendiri. Integrasi dapat dilakukan selama tujuan dan hasil pembelajaran untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan. Ketiga bentuk utama kokurikuler adalah:

1.  Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu

Kegiatan kokurikuler melalui pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu Pembelajaran kolaboratif lintas disiplin merupakan kegiatan kokurikuler yang mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran dalam satu tema yang relevan dengan kehidupan nyata murid. Tujuannya adalah membantu murid melihat keterkaitan antarilmu sebagai upaya mengembangkan delapan dimensi profil lulusan serta memperdalam pemahaman melalui pengalaman kontekstual. Tema yang akan digunakan dapat ditentukan oleh satuan pendidikan dengan didasarkan pada hasil analisis potensi dan kebutuhan satuan pendidikan serta dimensi profil lulusan yang perlu ditingkatkan. Lintas disiplin ilmu di satuan pendidikan dapat dipahami seperti layaknya lintas aspek perkembangan pada elemen Capaian Pembelajaran satuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran satuan pendidikan yang holistik.

2.  Kegiatan Kokurikuler melalui Gerakan 7KAIH 

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) berbasis kebiasaan dan pembelajaran mendalam yang mengedepankan pembelajaran penuh kesadaran (meaningful learning), bermakna (mindful learning), dan menyenangkan (joyful learning). Dalam rangka mencapai sebuah kebiasaan diperlukan pembiasaan, dan pembiasaan memerlukan ekosistem pendukung yang dilakukan bersama mitra yang disebut dengan Catur Pusat Pendidikan.

Kegiatan kokurikuler G7KAIH ini fokus pada pembentukan karakter murid melalui pembangunan pembiasaan positif yang dilakukan secara rutin, konsisten, dan terencana. Ketujuh kebiasaan tersebut meliputi: 1) Bangun pagi; 2) Beribadah; 3) Berolahraga; 4) Makan sehat dan bergizi; 5) Gemar belajar; 6) Bermasyarakat, dan 7) Tidur Cepat. Sebagai kegiatan kokurikuler, G7KAIH bukan sekedar ajakan moral atau slogan harian, melainkan bagian dari proses pendidikan karakter yang perlu dirancang melalui identifikasi kebutuhan, tujuan yang jelas, langkah pelaksanaan yang sistematis, pendampingan, dan asesmen untuk merefleksikan perubahan kebiasaan dan sikap murid. Pada satuan PAUD, kegiatan kokurikuler G7KAIH dapat diintegrasikan dengan intrakurikuler selama tema dan kegiatan terkait dengan 7KAIH.

Kegiatan kokurikuler G7KAIH perlu memperhatikan persyaratan, antara lain;  

a.  Tujuan memperkuat minimal satu dari delapan dimensi profil lulusan;

b.  memperhatikan paduan antara aktivitas pembiasaan dan pengolahan lanjut hasil catatan harian; dan

c. asesmen boleh dikaitkan dengan satu atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran yang relevan

Implementasi 7KAIH dapat dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas yang menggembirakan, seperti jurnal kebiasaan harian, tantangan kelas mingguan, kampanye kebiasaan baik, turun ke lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama, riset, hingga aksi kolaboratif antar kelas atau tingkat. Berikut gambaran tahapan Pengembangan kegiatan kokurikuler G7KAIH:

Penguatan karakter melalui G7KAIH dilakukan beberapa tahapan, antara lain penentuan dimensi profil lulusan, penentuan tema, penentuan pembiasaan (pelaksanaan G7KAIH), penyusunan perencanaan kokurikuler, pelaksanaan kokurikuler, dan evaluasi dan tindak lanjut.

Penentuan tema dalam kegiatan kokurikuler wajib memperhatikan dimensi profil lulusan yang ingin dicapai, sekaligus menentukan pembiasaan yang akan dilakukan. Pembiasaan ditentukan dengan memperhatikan aktivitas kebiasaan yang akan dilakukan dan dukungan dari Catur Pusat Pendidikan guna membangun ekosistem pendukung.

Dalam penyusunan perencanaan memperhatikan praktik pedagogis yang dilakukan, lingkungan dan kemitraan pembelajaran, pemanfaatan teknologi digital, aktivitas kegiatan yang dilakukan, dan evaluasi dan tindak lanjut.

Pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama, yaitu (i) membangun kesepakatan antara guru dan murid sebagai upaya membangun kesadaran sekaligus menjelaskan pelaksanaan kegiatan kokurikuler yang akan dilakukan (catatan harian, aktivitas pendampingan, dan refleksi); (ii) melaksanakan kebiasaan dan melakukan monitoring serta melakukan pembahasan secara berkala hasil evaluasi dari kebiasaan yang dilakukan melalui catatan harian atau jurnal (jurnal kebiasaan harian, tantangan kelas mingguan, kampanye kebiasaan baik, turun ke lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama, riset, hingga aksi kolaboratif antar kelas atau tingkat); (iii) melakukan diseminasi dan advokasi dengan memberikan materi-materi penting dan berinteraksi dengan praktisi maupun narasumber terkait dengan  kebiasaan; dan (iv) membangun kemitraan.

Pada tahapan evaluasi terdiri asesmen dan evaluasi serta tindak lanjut. Asesmen yang dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi setelah dilakukan pembiasaan. Evaluasi yang dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan kokurikuler, dengan melihat masukan (input), proses (process), hasil (outcome. Dan tindak lanjut merupakan kebijakan atau program atau aktivitas yang akan dilakukan setelah melihat hasil asesmen dan evaluasi untuk menyempurnakan keluaran maupun hasil yang dicapai yang dihasilkan

3.  Kegiatan Kokurikuler melalui cara lainnya

Bentuk kegiatan kokurikuler dalam kategori cara lainnya berupa kegiatan kokurikuler ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal dan kegiatankegiatan berbasis nilai-nilai satuan pendidikan, dan kegiatan satu disiplin ilmu yang dalam aktivitasnya terjadi kolaborasi beragam keilmuan dan keahlian.

Dalam hal ini, satuan pendidikan diberi kebebasan untuk mengembangkan bentuk kegiatan kokurikuler lain yang sesuai dengan nilai-nilai satuan pendidikan, potensi satuan pendidikan, kebutuhan murid, dan konteks lokal, sepanjang kegiatan tersebut memenuhi kriteria kokurikuler.

Kegiatan yang dirancang oleh satuan pendidikan berdasarkan keunikan lokal, nilai-nilai khas satuan pendidikan, potensi yang berkembang di masyarakat sekitar, dan kekayaan budaya atau sosial di daerah tersebut. Misalnya, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan kelas membatik, belajar permainan tradisional, praktik bertani atau berkebun, sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan lokal sekaligus menanamkan kecintaan terhadap lingkungan dan budaya sendiri. Kegiatan berdasarkan nilai-nilai khas Lembaga atau yayasan, seperti nilai keislaman di satuan-satuan Pendidikan dan/atau pondok pesantren yang berafiliasi dengan lembaga keislaman, nilai kristiani di satuan pendidikan Kristen/Katolik, atau terafiliasi dengan Lembaga agama lainnya. Kegiatan dari monodisiplin seperti pagelaran seni, karena dalam aktivitas pagelaran seni terjadi kolaborasi keilmuan dan keahlian seni serta bidang lainnya yang mendukung.

Bentuk kegiatan kokurikuler “cara lainnya” ini mengakui bahwa setiap satuan pendidikan memiliki identitas, konteks, dan kekuatan unik yang patut diangkat dan menjadi sumber belajar. Selama kegiatan tersebut dirancang secara terencana, melibatkan murid secara aktif, terdapat asesmen yang relevan dengan mata pelajaran, serta berorientasi pada delapan dimensi profil lulusan, maka kegiatan tersebut merupakan kokurikuler. Berikut tahapan pengembangan kegiatan kokurikuler cara lainnya:

Simak Juga: 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat:

Apa itu Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu?

Pembelajaran lintas disiplin adalah integrasi pengetahuan dan metodologi dari berbagai disiplin ilmu untuk memahami suatu topik atau memecahkan masalah. Pembelajaran ini menggunakan koneksi lintas mata pelajaran, memberikan anak-anak pemahaman yang lebih holistik tentang isu-isu kompleks.

Integrasi lintas disiplin ilmu ini mengacu pada proses menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan metodologi dari berbagai disiplin ilmu akademik untuk meningkatkan pembelajaran dan pemecahan masalah. Pendekatan ini mendorong keterkaitan antar berbagai bidang, memungkinkan pemahaman yang lebih holistik tentang konsep-konsep kompleks dan isu-isu dunia nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dan menarik bagi siswa.

Pengajaran lintas disiplin mengubah batasan kelas tradisional menjadi ekosistem pembelajaran dinamis di mana mata pelajaran mengalir secara alami. Dengan mengintegrasikan pendekatan pembelajaran terhubung, para pendidik menciptakan pemahaman yang lebih mendalam dan relevansi dunia nyata bagi siswa. Ketika matematika mengalir ke dalam seni, atau sejarah berpadu dengan sastra, siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang melampaui bidang studi masing-masing.

Bayangkan seorang guru sains berkolaborasi dengan guru seni dan bahasa untuk mengeksplorasi isu-isu lingkungan melalui analisis data dan penulisan persuasif. Perpaduan praktis ini tidak hanya memperkuat konsep inti tetapi juga menunjukkan bagaimana pengetahuan beroperasi di dunia nyata. Siswa memperoleh perspektif holistik yang mencerminkan sifat saling terkait dari tantangan dan karier modern.

Kekuatan pengajaran lintas disiplin terletak pada kemampuannya untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan menciptakan hubungan yang bermakna. Alih-alih memandang mata pelajaran sebagai unit yang terisolasi, siswa mulai mengenali pola, hubungan, dan penerapan di berbagai bidang. Pendekatan komprehensif ini mempersiapkan mereka untuk masa depan di mana pemecahan masalah yang kompleks membutuhkan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu secara bersamaan.

Apa yang Membuat Pembelajaran Lintas Disiplin Ilmu Penting Saat Ini?

Di dunia nyata, permasalahan tidak dikemas rapi dalam satu bidang mata pelajaran saja. Sarjana teknik menggunakan matematika dan fisika sambil mempertimbangkan dampak lingkungan dan implikasi sosial. Ilmuwan berkomunikasi melalui tulisan dan presentasi visual sambil berkolaborasi lintas budaya. Dengan meruntuhkan sekat-sekat mata pelajaran tradisional, pengajaran lintas disiplin lebih mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia nyata ini.

Ketika guru berkolaborasi lintas mata pelajaran, siswa mulai melihat hubungan yang alami. Pelajaran sejarah tentang Revolusi Industri dapat menggabungkan konsep ilmu lingkungan, prinsip ekonomi, dan literatur dari periode tersebut. Siswa dapat menganalisis data polusi menggunakan model matematika sambil menulis esai persuasif tentang hak-hak pekerja.

Pendekatan terpadu ini membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis saat siswa belajar mentransfer pengetahuan antar konteks. Misalnya, strategi pemecahan masalah yang dipelajari dalam matematika dapat meningkatkan inkuiri ilmiah, sementara keterampilan menulis kreatif dapat meningkatkan dokumentasi teknis. Hal ini mencerminkan bagaimana para profesional mengatasi tantangan kompleks dalam karier mereka, di mana kesuksesan seringkali bergantung pada penggabungan wawasan dari berbagai bidang.

Dengan menunjukkan hubungan alami ini, pendidik membantu siswa memahami mengapa mereka mempelajari berbagai mata pelajaran dan bagaimana mata pelajaran tersebut bekerja sama dengan cara yang bermakna.

Bagaimana Strategi Implementasi Pembelajaran Lintas Disiplin Ilmu?

Penyusunan rencana pembelajaran terpadu yang sukses dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang jelas untuk berbagai mata pelajaran. Mulailah dengan memeriksa standar kurikulum Anda dan mencari hubungan alami antara berbagai bidang konten. Misalnya, unit tentang perubahan iklim dapat menggabungkan sains, matematika, ilmu sosial, dan seni bahasa.

Ikuti langkah-langkah berikut untuk mengembangkan unit lintas disiplin yang efektif:

1.  Pilih tema sentral atau pertanyaan penting yang mencakup beberapa mata pelajaran.

2.  Petakan tujuan/indikator pembelajaran dari setiap disiplin ilmu yang selaras dengan tema Anda.

3.  Rancang kegiatan yang secara bermakna mengintegrasikan berbagai bidang mata pelajaran

4.  Rencanakan strategi penilaian yang mengevaluasi pembelajaran lintas disiplin ilmu.

5.  Jadwalkan waktu perencanaan kolaboratif dengan rekan kerja dari mata pelajaran lain.

Saat memilih topik, pertimbangkan penerapan di dunia nyata yang akan melibatkan siswa dan menunjukkan sifat pembelajaran yang saling terkait. Misalnya, unit tentang peradaban kuno dapat menggabungkan penelitian sejarah, desain arsitektur, perhitungan matematika, dan penulisan kreatif.

Ingatlah untuk:

1.  Membangun fleksibilitas untuk gaya dan kemampuan belajar yang berbeda

2.  Memasukkan penilaian formatif di seluruh unit

3.  Menciptakan kesempatan bagi pilihan dan suara siswa

4.  Mendokumentasikan strategi yang berhasil untuk referensi di masa mendatang

5.  Berbagi sumber daya dan hasil dengan rekan kerja

Mulailah dari yang kecil dengan unit-unit mini sebelum mengerjakan proyek yang lebih besar, dan jangan ragu untuk menyesuaikan rencana Anda berdasarkan masukan dan tingkat keterlibatan siswa. Keberhasilan dalam pengajaran lintas disiplin berasal dari penyempurnaan dan kolaborasi yang berkelanjutan.

Apa Saja Model Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu?

Model pembelajaran kolaboratif menawarkan beragam pendekatan untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dan gaya mengajar di dalam kelas.

1.  Pembelajaran Paralel

Model yang paling umum adalah pengajaran paralel, di mana dua guru bekerja secara bersamaan dengan kelompok siswa yang berbeda, masing-masing membawa keahlian mata pelajaran mereka ke topik yang sama. Misalnya, seorang guru sains mungkin berfokus pada sifat kimia cat sementara seorang guru seni mengeksplorasi teori warna dan komposisi.

2.  Pembelajaran Tim

Pembelajaran timmerupakan pendekatan ampuh lainnya, dengan guru berbagi tanggung jawab yang setara dalam perencanaan, pengajaran, dan penilaian. Model ini sangat efektif untuk pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa dapat terlibat dalam kegiatan yang secara alami memadukan berbagai disiplin ilmu, seperti membuat kebun sekolah yang menggabungkan biologi, matematika, dan studi lingkungan.

3.  Pembelajaran Komplementer

Model pembelajaran komplementer melibatkan satu guru yang memimpin pembelajaran utama sementara guru lain memberikan dukungan tambahan atau kegiatan pengayaan. Pendekatan ini terbukti sangat efektif ketika memperkenalkan konsep-konsep kompleks yang membutuhkan beragam perspektif, seperti menganalisis peristiwa sejarah melalui kacamata ilmu sosial dan sastra.

4.  Pembelajaran Stasiun

Pembelajaran di stasiun membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang bergantian melalui berbagai stasiun pembelajaran yang berfokus pada mata pelajaran. Setiap guru mengelola stasiun khusus mereka sementara siswa mempelajari berbagai perspektif disiplin ilmu. Model ini membantu menjaga keterlibatan siswa sekaligus memastikan cakupan konten lintas disiplin ilmu yang komprehensif.

Keberhasilan dalam setiap model pengajaran kolaboratif bergantung pada komunikasi yang teratur, waktu perencanaan bersama, dan rasa saling menghormati antar mitra pengajar. Refleksi dan penyesuaian strategi pengajaran yang teratur memastikan bahwa model yang dipilih secara efektif memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Apa Contoh Nyata Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu?

Tingkat Pendidikan Dasar

Ruang kelas dasar menyediakan lahan subur bagi pengajaran lintas disiplin, dengan banyak kesempatan untuk memadukan mata pelajaran secara alami dan bermakna. Contoh populernya adalah proyek siklus hidup kupu-kupu, yang menggabungkan sains dengan seni, menulis, dan matematika. Siswa mengamati dan mendokumentasikan metamorfosis, membuat representasi artistik, menulis jurnal deskriptif, dan mengukur laju pertumbuhan.

Guru membaca sering kali berkolaborasi dengan ilmu sosial untuk meningkatkan pemahaman melalui konteks sejarah. Misalnya, ketika mempelajari Revolusi Amerika, siswa dapat membaca fiksi sejarah sambil mempelajari kehidupan kolonial, membuat garis waktu, dan memecahkan soal matematika berdasarkan data sejarah.

Aktivitas STEM secara alami mendukung pembelajaran lintas disiplin. Sebuah proyek sederhana untuk membangun jembatan menggabungkan prinsip-prinsip teknik, pengukuran matematika, prediksi ilmiah, dan keterampilan komunikasi kolaboratif. Siswa dapat menulis laporan teknis, membuat materi presentasi, dan bahkan memasukkan unsur budaya dengan mempelajari jembatan dari seluruh dunia.

Guru musik dan pendidikan jasmani sering berkolaborasi dengan guru kelas untuk memperkuat konsep. Mempelajari berhitung lompat tali melalui rima lompat tali, memahami pecahan melalui not balok, atau menjelajahi geografi melalui tarian budaya membantu siswa mengingat informasi melalui gerakan dan ritme.

Integrasi seni di berbagai mata pelajaran membantu pembelajar visual memahami konsep yang kompleks. Membuat gambar botani yang detail dalam sains, merancang pola geometris dalam matematika, atau mengilustrasikan adegan dari karya sastra meningkatkan keterampilan artistik dan pemahaman subjek.

Guru meraih keberhasilan dengan unit bertema yang mencakup berbagai mata pelajaran. Unit "Pejuang Cuaca" dapat mencakup pelacakan cuaca (sains), grafik perubahan suhu (matematika), puisi terkait cuaca (seni bahasa), dan mempelajari bagaimana cuaca memengaruhi berbagai komunitas (ilmu sosial).

Ingatlah untuk memulai dari hal kecil saat menerapkan pengajaran lintas disiplin. Pilih dua mata pelajaran yang secara alami selaras dan secara bertahap perluas upaya integrasi Anda seiring dengan tumbuhnya rasa nyaman dan percaya diri.

Tingkat Pendidikan Menengah

Para pendidik sekolah menengah memiliki kesempatan unik untuk menerapkan pengajaran lintas disiplin karena meningkatnya kemampuan siswa dalam berpikir dan menganalisis secara kompleks. Pendekatan yang populer adalah menggabungkan Bahasa Inggris dan Sejarah melalui studi literatur yang mengeksplorasi konteks sejarah, seperti menganalisis "To Kill a Mockingbird" bersamaan dengan Gerakan Hak Sipil.

Sains dan Matematika secara alami saling melengkapi dalam pendidikan menengah. Misalnya, guru fisika dapat berkolaborasi dengan guru matematika untuk menunjukkan penerapan praktis aljabar dan trigonometri dalam studi gerak. Kelas kimia dapat bermitra dengan ilmu lingkungan untuk mempelajari kualitas air di ekosistem lokal, dengan menggabungkan analisis data dan penulisan ilmiah.

Pembelajaran berbasis proyek di dunia nyata berkembang pesat dalam lingkungan lintas disiplin, terutama ketika membahas isu-isu kontemporer. Siswa dapat mengembangkan proyek komunitas berkelanjutan yang mengintegrasikan biologi, kewarganegaraan, dan teknologi, atau membuat presentasi penceritaan digital yang menggabungkan seni, teknologi, dan seni bahasa.

Integrasi seni tetap berpengaruh di tingkat sekolah menengah. Guru musik dapat bermitra dengan kelas fisika untuk mengeksplorasi gelombang suara dan harmonik, sementara seni visual berkolaborasi dengan geometri untuk mengkaji perspektif dan hubungan spasial. Kelas drama sering kali bekerja sama dengan jurusan sastra dan sejarah untuk menghidupkan peristiwa sejarah dan karya sastra melalui pertunjukan.

Kelas teknologi berfungsi sebagai jembatan alami antardisiplin ilmu, mendukung presentasi digital, visualisasi data, dan proyek multimedia di berbagai mata pelajaran. Integrasi ini membantu siswa mengembangkan keterampilan teknis dan kreatif sekaligus melihat penerapan praktis pembelajaran mereka di berbagai bidang.

Seperti Apa Contoh Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu Berdasarkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat?

1.  Bangun Pagi – Disiplin dan Produktif Sejak Awal Hari

Tema/Topik: “Hari Terbaikku Dimulai Pagi Hari”

Kegiatan Pembelajaran:

a.    Siswa membuat jurnal harian yang berisi kegiatan pagi mereka sebelum sekolah, seperti bangun tidur, membantu orang tua, sarapan sehat, dan berangkat tepat waktu.

b.   Alternatif lainnya, siswa membuat poster yang menggambarkan rutinitas pagi yang sehat dan bermanfaat.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.    Bahasa Indonesia (menulis cerita pengalaman pagi)

b.   Seni Budaya (membuat poster kreatif)

c.    PJOK (pembiasaan aktivitas pagi sehat)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik jurnal harian dan rubrik poster.

2.  Beribadah – Membentuk Karakter Spiritual dan Empati

Tema/Topik: “Panggung Nilai & Doa”

Kegiatan Pembelajaran:

a.  Siswa membuat jurnal harian tentang ibadah (sholat berjamaah, puasa, membaca Al Quran

b.  Menulis cerita tentang pengalaman membantu sesama, menjenguk orang sakit, dan lainnya

c.    Siswa tampil membacakan puisi tentang kasih sayang, membuat drama pendek bertema kejujuran, atau menyanyikan lagu rohani/lagu kebaikan.

d.   Kegiatan ini bisa dilaksanakan dalam apel pagi atau Hari Karakter.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.  PABP (jurnal harian untuk penguatan nilai-nilai agama)

b.  Bahasa Indonesia (menulis cerita, membaca puisi, menulis naskah drama)

c.   Seni Budaya (penampilan panggung, vokal, ekspresi)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik jurnal harian, rubrik cerita, rubrik puisi/drama/lagu.

3.  Berolahraga – Menumbuhkan Jiwa Sehat dan Kerja Sama

Tema/Topik: “Senam Tematik & Permainan Tradisional”

Kegiatan Pembelajaran:

a.    Membuat video pendek kemudian di-upload tentang aktivitas kegiatan berolahraga baik secara individu mapun dengan keluarga.

b.   Setiap minggu, guru membuat tema nilai seperti kerja sama, sportifitas, atau kejujuran. Nilai ini ditanamkan melalui senam tematik (misalnya, gerakan berpasangan) atau permainan tradisional seperti gobak sodor, bentengan, atau engklek.

c.   Setelah bermain, siswa diajak menulis refleksi pendek tentang apa nilai yang mereka pelajari hari itu.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.    PJOK (aktivitas fisik)

b.   PPKn (penguatan nilai karakter)

c.    Bahasa Indonesia (refleksi tertulis)

d.   Informatika (video pendek)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik video pendek, observasi permaianan dan refleksi.

4.  Makan Sehat dan Bergizi – Peduli Pola Hidup Sehat Sejak Dini

Tema/Topik: “Proyek Bekal Sehat Keluargaku”

Kegiatan Pembelajaran:

a. Siswa dan orang tua merancang bekal sehat bersama di rumah dengan metode pembelajaran berbasis proyek.

b. Di sekolah, siswa mempresentasikan isi bekal mereka, menjelaskan kandungan gizinya dan alasan memilih menu tersebut.

c.  Guru bisa mengajak siswa membuat laporan dari menghitung takaran gizi atau harga makanan.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.  IPAS (gizi dan tubuh sehat)

b.  Bahasa Indonesia (presentasi lisan)

c.   Matematika (menghitung kandungan atau biaya bahan makanan)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik proyek, rubrik presentasi dan laporan.

5.  Gemar Belajar – Mendorong Minat dan Rasa Ingin Tahu

Tema/Topik: “Klub Eksplorasi Topik Favorit”

Kegiatan Pembelajaran:

a.   Siswa memilih satu topik yang sangat mereka sukai (contoh: hewan langka, planet, tarian daerah, kendaraan masa depan).

b.   Mereka melakukan eksplorasi sederhana dari buku atau internet, lalu membuat produk seperti presentasi PowerPoint, video pendek, atau poster informasi.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.    IPAS (topik eksploratif)

b.   Bahasa Indonesia (penulisan dan penyampaian informasi)

c.    TIK (jika menggunakan alat digital)

d.   Seni Budaya (desain poster atau visual)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik presentasi, video dan poster.

6.  Bermasyarakat – Mengenal Peran Sosial dan Peduli Lingkungan Sekitar

Tema/Topik: “Kampung Sekolahku”

Kegiatan Pembelajaran:

a.    Siswa membuat miniatur lingkungan sekolah dari barang bekas atau menggambar peta sekolah.

b.   Di setiap titik (kantin, perpustakaan, ruang UKS), mereka menambahkan cerita pendek tentang siapa yang berperan di sana (contoh: Ibu kantin ramah, Pak Satpam penyabar).

c.    Guru bisa menghubungkannya dengan cerita tokoh masyarakat sekitar.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.    IPS (struktur sosial dan peran masyarakat)

b.   Bahasa Indonesia (menulis cerita peran tokoh)

c.    Matematika (konsep skala jika membuat peta)

d.   Seni Budaya (kerajinan miniatur)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik karya tulis, produk peta dan kerajinan.

7.  Tidur Cepat – Mengatur Waktu dan Keseimbangan Hidup

Tema/Topik: “Kampanye Tidur Sehat”

Kegiatan Pembelajaran:

a.  Siswa membuat poster dan lagu sederhana yang mengajak teman-temannya untuk tidur lebih awal.

b.  Guru bisa memfasilitasi lomba kampanye terbaik atau membuat pameran kelas tentang pola tidur sehat.

c. Siswa juga bisa membagikan cerita pribadi tentang pengalaman begadang dan dampaknya.

Mata Pelajaran yang Terlibat:

a.  Bahasa Indonesia (membuat iklan atau kampanye)

b.  Seni Budaya (poster dan lagu)

c.   PABP (keseimbangan hidup dan etika pribadi)

Instrumen Asesmen yang diperlukan: rubrik poster, lagu, kampanye dan cerita.

Catatan Tambahan untuk Guru:

1.  Seluruh kegiatan ini bersifat fleksibel, bisa disesuaikan dengan jenjang kelas dan kondisi sekolah.

2. Guru bisa melibatkan orang tua dan komunitas sebagai bagian dari pembelajaran kontekstual.

3.  Kegiatan ini sejalan dengan semangat Profil Lulusan dan Kerangka Pembelajaran Mendalam.

4.  Asesmen yang dilakukan dapat berupa observasi, kinerja, dan produk dengan menggunakan rubrik.

0 comments:

Posting Komentar