Slide 1

Berbagai macam moda pembelajaran

Slide 2

Literasi

Slide 3

Kegiatan Pramuka

Slide 4

Kerucut Pengalaman

Slide 5

Pembelajaran Aktif

Selasa, 09 Mei 2017

Kumpulan Modul Kurikulum 2013 untuk SMP dan SMA Terbaru Tahun 2017

Di bawah ini terdapat modul kurikulum 2013 untuk semua mata pelajaran yang terdapat di SMP (15 mata pelajaran) dan SMA (31 mata pelajaran + BK). Modul ini berisikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 sesuai dengan konsep dan pelaksanaannya. Modul ini juga menjelaskan cara membuat silabus, RPP, sampai dengan penilaian. Anda dapat mendownload dengan cara meng-klik judul modulnya. Mudah-mudahan bermanfaat.
SMP
Kelompok Umum A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Bahasa Inggris
Kelompok Umum B
1. Seni Budaya
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3. Prakarya

SMA
Kelompok Umum A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
Kelompok Umum B
1. Seni Budaya
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3. Prakarya dan Kewirausahaan
Kelompok Peminatan 
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 
1.    Matematika 
2.    Biologi 
3.    Fisika 
4.    Kimia 
Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial 
1.    Geografi 
2.    Sejarah 
3.    Sosiologi 
4.    Ekonomi
Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya 
1.    Bahasa dan Sastra Indonesia 
2.    Bahasa dan Sastra Inggris 
3.    Bahasa dan Sastra Asing Lainnya
4.    Antropologi
Bimbingan dan Konseling

Senin, 01 Mei 2017

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk dapat menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 atau 4C (Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem Solving, Communication, dan  Collaboration). Seandainya guru masih menggunakan metode atau pendekatan yang masih berpusat kepada guru di dalam pembelajarannya tanpa mengaktifkan peserta didik dalam menemukan sendiri kompetensinya, maka keterampilan abad 21 tersebut tidak akan dikuasai oleh peserta didik kita. Misalnya untuk Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis atau pemecahan masalah) maka seharusnya peserta didik dibiasakan dengan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Model ini juga menuntut peserta didik untuk Collaboration (kerjasama), Communication (komunikasi), Creativity and Innovation (kreatif dan inovasi) dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini akan membahas model tersebut mulai dari pengertiannya, langkah-langkah pembelajaran, sampai contoh penerapannya pada mata pelajaran yang disini dicontohkan untuk mata pelajaran sejarah. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
a.         Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning
Menurut (Kemdikbud, 2015:10) model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, dan inquiry learning.
Model Problem Based Learning menuntut adanya diskusi siswa secara berkelompok. Selain hal tersebut, informasi yang ada di dalam situs-situs di internet tidak semuanya boleh siswa baca. Terdapat situs-situs di internet yang menyajikan content yang belum saatnya siswa tahu.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Adapun definisi Problem Based Learning menurut beberapa ahli antara lain :
1)      Kamdi 2007:77: Problem Based Learing  adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari penetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
2)       Menurut Duch (1995) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
3)    Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, meningkatkan kepercayaan dirinya.
4)      Menurut Glazer (2001) Problem Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah yang kompleks dalam situasi yang nyata. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan kurikulumnya disajikan dalam bentuk masalah yang ada (nyata) sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang kemudian akan memecahkan masalah tersebut.
Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Leraning  dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Dalam Problem Based Leraning  telah dirancang masalah-masalah yang menuntuu siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalh dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisiapasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekaran yang sistematik untuk memecahkan masalah-masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Model Problem Based Learning  bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata Problem Based Learning sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Prob diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan masalah, kecakanapan berfikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi.
Dalam PBL pembelajaran lebih mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, mengadakan dialoh, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuri dan intelktual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
b.        Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
            Langkah-langkah penerapan metode Pembelajaran Berbasis Masalah secara umum, yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. Selain itu, ada juga pendapat lain yaitu meliputi langkah orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisa serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Menurut (Kemdikbud, 2015:11) Problem Based Learning terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja. Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Minggu, 16 April 2017

15 Sekolah Negeri Paling Inovasi di Amerika Serikat



Tulisan ini merupakan tulisan pertama dari dua tulisan tentang sekolah-sekolah paling inovasi di Amerika Serikat. Tulisan pertama ini tentang sekolah negeri dan tulisan kedua tentang sekolah swasta. Pada tulisan ini penulis akan menggambarkan praktek-praktek pembelajaran terbaik yang telah mereka lakukan agar menghasilkan out came yang terbaik juga. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua, termasuk guru, kepala sekolah, unsur dinas pendidikan, dunia industri, dunia usaha, dan masyarakat umumnya. Sekolah disini mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, SMA, SMK, dan sekolah khusus perempuan.
Sekolah-sekolah terbaik amerika ini tidak semuanya sekolah yang mewah dengan siswa pilihan. Bahkan banyak berasal dari siswa imigran, bermasalah dengan narkoba, mengalami kekerasan, dan lainnya. Namun dari permasalahan-permasalahan tersebut, pihak sekolah melakukan inovasi-inovasi di dalam pembelajaran dan pengelolaan sekolah sehingga menghasilkan siswa-siswa berkualitas.
Tulisan ini dilengkapi juga uraian tentang setiap sekolah yang menerapkan inovasi-inovasi tersebut.
Sekolah-sekolah ini melakukan pembelajaran jauh dari papan tulis yang berdebu, buku pelajaran yang berat, dan lonceng pengingat seperti pabrik. Beberapa sekolah tidak memiliki gedung seperti sekolah tradisional selama ini. Sekolah-sekolah ini menerapkan metodologi visioner dan menantang gagasan yang telah mapan mengenai pendidikan dasar dan menengah. 
Beberapa sekolah memberdayakan siswa dalam komunitas yang banyak menggunakan metode pengajaran yang revolusioner, termasuk ruang kelas membalik, pembelajaran game, pembelajaran berbasis fenomena, dan pemerintahan dipimpin siswa. Sekolah-sekolah di daftar ini juga memperluas penggunaan teknologi dengan kemitraan antara ahli IT dan pendidik. Beberapa telah melembagakan terobosan kurikulum yang mendorong belajar di luar tembok ruang kelas dan bahkan sekolah sepenuhnya. Beberapa telah menata ulang gagasan tentang sebuah sekolah dengan menciptakan lingkungan belajar inspirasi di tempat-tempat yang tak terduga, dan dengan menggunakan desain arsitektur untuk membimbing belajar. Dari kebun binatang, laboratorium teknologi, pembelajaran individual sampai dengan proyek kelompok kolaboratif. Di bawah ini penulis uraikan secara singkat inovasi-inovasi yang dilakukan sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. 
A. Sekolah Dasar
1.  Sekolah Dasar Clairemont












Bagaimana Inovasi Sekolah Dasar Clairemont?
Sebuah sekolah dasar umum tingkat bawah (K-3) di Decatur, Georgia, Clairemont. Sekolah Dasar ini menjadi salah satu lembaga ysng pertama menerapkan model pembelajaran Ekspedisi Learning (EL) di negara itu. Produk dari kolaborasi antara Outward Bound dan Harvard Graduate School of Education, EL sendiri didefinisikan oleh kurikulum berbasis pada belajar melalui eksplorasi kolaboratif di dalam dan di luar kelas. Sekolah yang menerapakan model EL, seperti Clairemont atau Evergreen Komunitas Charter School, dan sekolah yang inovatif Noodle lain, yang didirikan pada 10 prinsip yang menekankan hubungan dengan alam, keseimbangan antara bekerja sama dengan orang lain dan persaingan dengan diri sendiri, dan haus untuk rasa ingin tahu dan penemuan diri. Dalam program EL, siswa diarahkan pada topik tertentu berujung dengan 'ekspedisi' dan presentasi pembelajaran di depan umum. Model pembelajaran EL berorintasi pada model kelas yang khas dan menekankan bahwa "semua anggota komunitas sekolah adalah pembelajar."
Sekolah Dasar Clairemont, yang didirikan pada tahun 1936, meluncurkan program EL revolusioner pada tahun 1994, tahun kedua pilot project model EL nasional. Model ini begitu sukses di sana awalnya bahwa semua sekolah dasar awal (K-3)di semua kota/kabupaten mengimplementasikan model ini; dan sejak tahun 2004, metode pembelajaran ini telah diadopsi di seluruh tingkatan kelas untuk semua wilayah. Karena sekolah dasar awal Clairemont menampilkan praktik terbaik dan hasil yang bagus untuk mengajar dan belajar EL, itu terpilih sebagai salah satu dari 18 sekolah mentor model EL (dalam komunitas lebih dari 160 sekolah).Sekolah ini juga menjadi tuan rumah residensi guru untuk melatih pendidik dalam metode EL.
Pada Sekolah Dasar Clairemont, siswa bekerja sama untuk menciptakan proyek-proyek luar biasa yang membawa pelajaran mereka ke dalam kehidupan nyata. Salah satu proyek tersebut adalah PSA tentang pentingnya pemungutan suara yang dibuat oleh anak kelas ketiga. Proyek lainnya ditujukan untuk pertumbuhan dan hasil panen tanaman sebagai cadangan swasembada pangan.
Apa hasil dari inovasi Sekolah Dasar Clairemont ini?
Pembelajaran ekspedisi, secara keseluruhan, telah menunjukkan hasil dalam meningkatkan pemahaman membaca dan matematika pada siswa sekolah menengah. Pada tahun 2014, sekolah ini pada tes kinerja sekolah pada tes perguruan tinggi dan kesiapan karir adalah tertinggi keenam di Georgia. Sekolah Dasar Clairemont mencetak tertinggi dari semua sekolah di distrik dari College dan Karir Siap Performance Index (CCRPI), melebihi rata-rata negara sebesar 37 persen. Pada tahun 2011, Sekolah Dasar Clairemont adalah salah satu dari 26 sekolah di Amerika Serikat untuk catatan yang luar biasa akademis pada Georgia School of Excellence.
Bagaimana inovasi Sekolah Dasar Clairemont yang relevan dengan pembelajaran yang lebih luas?
Kecenderungan penggunaan EL pada Sekolah Dasar Clairemont memberikan siswa pemahaman yang tinggi tentang proses pembelajaran. Pendekatan The learning by doing adalah komponen dari metode pembelajaran lainnya sangat efektif, seperti pembelajaran berbasis proyek dan gerakan pembuat. Selain itu, langkah Sekolah Dasar Clairemont untuk program EL berfungsi sebagai contoh reformasi kurikulum yang sukses secara komprehensif dan menunjukkan secara efektif dukungan dari staf sekolah.

Minggu, 02 April 2017

CARA PELAPORAN PELAKSANAAN KKG/MGMP UNTUK KENAIKAN PANGKAT GURU

Oleh:
Adi Saputra, M.Pd

Tulisan merupakan uraian singkat tentang pembuatan laporan kegiatan KKG/MGMP yang akan digunakan untuk kenaikan pangkat. Sering kali guru di dalam setiap kegiatan KKG/MGMP kurang memperhatikan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk setiap pertemuannya, sehingga pada akhirnya nanti tidak keteteran di dalam melengkapi adminsitrasinya ketika untuk mengurus kenaikan pangkat. Tulisan ini dilengkapi juga bahan yang bias anda download pada akhir tulisan. Semoga bermanfaat.
Memberdayakan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang mewadahi guru SD, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang mewadahi guru bidang studi di SMP, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), Musyawarah Kerja Program Studi (MKPS). Peningkatan kompetensi guru dapat ditingkatkan salah satunya dengan memberdayakan KKG dan MGMP sehingga mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan pengembangan profesional guru termasuk pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi bagi guru yang belum memiliki Ijazah S1/D4 dan juga bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah/madrasah maupun di luar sekolah/madrasah (seperti KKG/MGMP, KKKS/MKKS, asosiasi profesi guru lainnya) yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Berdasarkan buku Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru Pembelajar Tahun 2016 kegiatan kolektif guru dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1.    Mengikuti lokakarya atau kegiatan di kelompok/ musyawarah kerja guru.
2. Mengikuti in house training (< 30 jam) di sekolah/ madrasah untuk penyusunan perangkat kurikulum dan/atau kegiatan pembelajaran berbasis TIK, penilaian, pengembangan media pembelajaran, dan/atau kegiatan lainnya.
3.  Sebagai pembahas atau peserta dalam seminar, koloqium, diskusi panel, atau bentuk pertemuan ilmiah lainnya.
4.  Mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru terkait dengan pengembangan keprofesiannya.
5.   Merupakan kegiatan wajib setiap guru pada setiap jenjang jabatan sebagaimana telah diatur dalam Rambu-rambu penyelenggara KKG/MGMP. Dalam 1 tahun, guru diwajibkan mengikuti kegiatan KKG/MGMP paling sedikit 12 kali pertemuan untuk membahas paket topik pertemuan dalam penigkatan kompetensi guru yang telah disepakati dalam program kegiatan KKG/MGMP dalam satu tahun paket kegiatan. Setiap  1 (satu) paket kegiatan paling sedikit memerlukan 3 (tiga) kali pertemun. Satu pertemuan minimal 3 (tiga) jam pelajaran @ 60 menit.
6.    Paket kegiatan guru di KKG/MGMP dlm 1 tahun dapat berupa:
  • Paket Pengembangan Silabus, RPP, Bahan Ajar  perlu minimum 3 kali pertemuan = 0.15 
  • Paket Pengembangan Instrumen Penilaian perlu minimum 3 kali pertemuan = 0.15 
  • Paket Pengembangan Model-model Pembelajaran dan Jurnal Belajar perlu minimum 3 kali
  • pertemuan = 0.15 
  • Paket Pembuatan/Pengembangan Alat Peraga perlu minimum 3 kali pertemuan = 0.15
  • Paket Pengembangan Karya Ilmiah Guru (PTK/Tinjauan Ilmiah/Buku/Modul/Diktat/ Kajian Buku/ karya terjemahan/karya seni/karya teknologi) perlu minimal 4 kali pertemuan = 0.15 
 Keterangan: 
  • Untuk mendapatkan AK, setiap paket yang diambil oleh KKG/MGMP atau guru adalah paket minimal dan kelipatannya.  Misalnya, apabila kegiatan KKG/MGMP Kota Bunga dalam 1tahun merencanakan 4 paket kegiatan angka 1), 2), 3), dan 4) yang memenuhi kriteria minimal 3 kali pertemuan sebagaimana tersebut di atas, maka setiap guru yang aktif akan memperoleh AK sebesar 4 x 0.15 = 0.60.  Jika yang diperlukan adalah angka 1) adalah 4 kali pertemuan, maka nilai AK yang diperoleh tetap 0.15. Apabila kebutuhan guru untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari kegiatan di atas lebih besar, maka yang diambil harus 2 paket yang sama, dan konsekuensinya guru akan mendapatkan AK yang lebih besar dari 0.15, yaitu 2 x 0.15 = 0.3. 
  • Setiap paket kegiatan yang diikuti oleh setiap guru harus dibuatkan laporannya dan produk kegiatannya.  Apabila dalam 1 tahun seorang guru mengambil 4 paket kegiatan, maka ia harusmenyiapkan 4  laporan hasil kegiatan KKG/MGMP besertalampiran hasil/produk kegiatannya dan bukti fisik pendukung. 
  • Seorang guru dapat memperoleh angka kredit dari kegiatan KKG/MGMP paling sedikit telah hadir aktif sebanyak 85%. 
  • Ketua KKG/MGMP membuat rekap keikutsertaan peserta dalam kegiatan kolektif selama satu tahun, dan sertifikat/surat keterangan ditandatangani oleh kepala dinas pendidikanprovinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya atau kepala UPTD atas nama kepala dinas pendidikan kabupaten/kotaatas usulan dari ketua KKG/MGMP. 
  • Guru dapat mengikuti kegiatan kolektif guru atas dasar penugasan baik oleh kepala sekolah/madrasah atau institusi yang lain, maupun atas kehendak sendiri. 
  • Angka kredit untuk setiap kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan kolektif guru ditunjukkan pada Tabel berikut.
 

Keikutsertaan guru dalam kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan bukti fisik sebagai berikut.
1. Fotokopi surat tugas dari kepala sekolah/madrasah atau instansi lain yang terkait, yang telah disahkan oleh kepala sekolah/madrasah. Apabila penugasan bukan dari kepala sekolah/madrasah (misalnya dari institusi lain atau kehendak sendiri), harus disertai dengan surat persetujuan mengikuti kegiatan dari kepala sekolah/madrasah.